Wa'alaikum salam wa rahmatullah wa barakatuh....

Insya Allah lingkungan pengajian Salaf jauh dari kesan eksklusif. Kesan
tersebut mungkin hanya perasaan Anda saja. Saya kasih gambaran
tentang ini. Mungkin Anda pernah berjalan jalan dan melihat sekelompok anak
anak punk yang berpakaian serba hitam, celana jins ketat warna hitam dan
kaos nya juga hitam. Pakaiannya kumal, dengan atribut dan gaya rambut yang
memang mencirikan mereka adalah anak punk. Tetapi tidak ada cap dari
masyarakat bahwa mereka itu eksklusif. Walaupun sebenarnya mereka sangat
eksklusif.
Tetapi kalau melihat ada sekelompok orang yang celananya 'ngatung' tidak
isbal, berjenggot, yang wanitanya jilbabnya sesuai aturan, bahkan
sebagiannya ada yang warnanya gelap dan memakai cadar, maka sebagian orang
langsung memberi cap bahwa mereka adalah eksklusif. Padahal mereka tidak
eksklusif. Apa buktinya. Bukti yang jelas bila Anda ikut kajiannya Anda
tidak akan diusir... :)
Insya Allah mereka pun memahami bahwa Anda baru mengenal pengajian Salaf.
Bisa jadi waktu pertama kali hadir Anda tidak disapa oleh siapapun. Ya, ini
mudah dipahami karena Anda memang belum kenal siapa siapa. Makanya coba cari
kenalan.... Insya Allah lain waktu kalau ketemu di kajian Anda juga akan
disapa, bagaimana kabarnya, dst. Karena memang sudah saling kenal. Dan ini
jadi start awal komunikasi yang insya Allah baik dan menggembirakan. Tidak
perlu menunggu orang lain untuk proaktif. Anda bisa memulai lebih dulu.
Misalnya saling tuker nomor Hape untuk tahu jadwal kajian berikutnya.
Untuk masalah muamalah ini terkadang tergantung orangnya juga. Kalau
orangnya supel insya Allah lebih mudah diajak omong omong...

Kemudian juga dengan penggunaan bahasa Arab insya Allah tidak mengentalkan
nuansa eksklusifnya. Tidak. Sumber ilmu Islam adalah dari Arab, makanya
wajar kalau banyak digunakan bahasa Arab. Karena tidak semua istilah dalam
bahasa Arab itu punya padanannya yang pas dengan bahasa Indonesia. Contohnya
'dzikir'. Ini dari bahasa Arab. Kalau mau diterjemahkan ke Indonesia jadi
apa?? Demikian juga dengan sangat banyak istilah istilah yang lainnya.
Sama halnya dengan istilah istilah teknologi yang mengacu ke Eropa
(Inggris). Misalnya 'Speaker', kalau diterjemahkan ke Indonesia mau jadi
apa??

Jadi menurut hemat saya, penggunaan istilah Arab tidak mengentalkan nuansa
eksklusifnya. Bahkan seharusnya seorang muslim mengedepankan bahasa Arab
sebagai bahasa yang merupakan ciri khas Islam. Jadi ingat waktu jaman
Jepang, di Indonesia dilarang secara ketat penggunaan bahasa Eropa oleh
Jepang. Anda bisa mengambil hikmah mengapa Jepang melarang penggunaan bahasa
Inggris dan Belanda di Indonesia saat itu....


Wassalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh...
Chandraleka
[Semoga Yang Di Atas Langit mencintainya]





----- Original Message ----- 
  12. Mohon petunjuk untuk berinteraksi dengan para salaffiyun
  Posted by: "udaukal" udau...@yahoo.com   udaukal
  Fri Jan 9, 2009 8:10 pm (PST)
  Assalamualaykum Warrohmatullohiwabarrokatuh

  Ikhwanulfidien, ana ada beberapa hal yang kiranya mohon dapat memberikan
bantuan.
  Ana baru mengenal Ahlussunah wal jamaah dan kebetulan ana sudah beberapa
kali mengunjungi pengajian komentar ana mungkin perlu menjadi pertimbangan :
  - Ana merasa lingkungan pengajian salaf agak eksklusif dan intelektual
sehingga menjadi agak 'minder'. Mungkin karena ana datang masih isbal, belum
berjanggut dan istri belum berhijab dengan benar agak menjadi perhatian dan
kesulitan berkomunikasi. Seharusnya sesama saudara muslim ada interaksi
sosial ( muamalah ) dimana mungkin mereka dapat menambah ilmu atau informasi
berguna lainnya. Dalam hal ini ana berharap ikhwan/akhwat yang sudah lebih
dulu mengenal lebih proaktif untuk mengajak (belum perlu sampai berdakwah).
  - Ada teman ana menilai kalangan kita ini agak sombong. Karena katanya
mungkin saja ada dalil bahwa tidak ada kaidah bersalaman selesai sholat,
tapi apakah harus menolak orang yang mengajak bersalaman.
  - Ada lagi yang mengatakan ; kita ini ada di Indonesia kenapa musti
membiasakan diri dengan istilah istilah bahasa Arab jadi lebih mengentalkan
suasana eksklusivenya.
  - Ada juga yang mengatakan (dan ana juga pernah mendengar pertanyaan di
Radio Roja) dakwah salaf merasa paling benar, diluar itu dikatakan "bodoh",
"sesat", "jahil" atau "bathil" sehingga kata ini terasa terlalu keras buat
orang yang ingin mengenal Salaf, bukankah dakwah harus dilakukan dengan kata
yang baik dan lemah lembut. Manhaj iya paling benar atau "HAQ", tapi
manusianya haram untuk merasa paling benar (mahsum, mudah2an betul
menulisnya) itu yang ana dengar dari Ustad kita.
  - Semoga Alloh Azza wa Jalla membukakan hidayah kepada ana agar tetap
diberikan keteguhan untuk tetap ada dalam Manhaj yang Haq ini. Dan
jazzakolloh khoir atas bantuan rekan2 sekalian

  Wassalamualaykum Warrohmatullohi wabarrokatuh



Kirim email ke