Kebutuhan Manusia Terhadap Konseling Agama

Sebagaimana telah diterangkan terdahulu bahwa manusia memiliki dua
predikat, yaitu sebagai 'abdullah  atau hamba Allah dan sebagai
khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Predikat pertama menunjukkan
kelemahan , kekecilan dean keterbatasan serta ketergantungan manusia
kepada yang lain sehingga setiap manusia  potensil untuk mengidap
masalah, sedangkan predikat kedua menunjukkan kebesaran manusia
sekaligus besarnya tanggung jawab yang dipikul dalam kehidupannya di
muka bumi.

Dari sudut pandang itu maka urgensi Bimbingan dan konseling bagi
manusia merujuk kepada dua predikat tersebut.

1. Sebagai makhluk yang lemah ('abdun)  suatu ketika manusia tidak
tahan menghadapi realita kehidupan yang pahit, sempit dan berat. Dalam
kondisi fisik tak berdaya, orang membutuhkan bantuan orang lain,
dokter misalnya- untuk memulihkan kesehatannya. Demikian pula dalam
kondisi mental yang kacau (lihat bab jenis-jenis gangguan jiwa)
seseorang membutuhkan bantuan kejiwaan, untuk memulihkan rasa percaya
dirinya,  meluruskan cara berfikir, cara pandang dan cara merasanya
sehingga ia kembali realistis, mampu melihat kenyataan yang sebenarnya
dan mampu mengatasi problemanya dengan cara-cara yang dapat
dipertanggung jawabkan.

2. Sebagai khalifah Allah, manusia dibebani tanggung jawab menyangkut
kebaikan dirinya maupun untuk masyarakatnya. Setiap manusia diberi
kebebasan untuk memutuskan sendiri  apa yang baik untuk dirinya, asal
bukan perbuatan maksiat yang dilakukan secara terang-terangan. Sebagai
khalifah Allah yang dibebani tanggung jawab untuk kemaslahatan
masyarakatnya, maka seorang  muslim harus merasa terpanggil untuk
me­melihara ketertiban masyarakat. Oleh karena itu ia terpangil untuk
meluruskan hal-hal yang menyimpang, menata hal-hal yang salah tempat,
mendorong hal-hal yang mandeg  dan menghentikan  kekeliruan-kekeliruan
 yang berlangsung. Dalam perspektip Bimbimbingan dan Konseling,
seorang musim sebagai khalifah Allah terpanggil untuk membantu orang
lain yang sedang mengalami gangguan kejiwaan yang menyebabkan  orang
itu tak mampu  mengatasi  tugas-tugasnya dalam kehidupan.     

Jadi secara kodrati manusia memang membutuhkan bantuan kejiwaan
termasuk konseling agama, dan secara konsepsional harus ada orang yang
menekuni bidang ini agar layanan konseling agama ini dapat diberikan
secara profesional, sebagai perwujudan dari rasa tanggungjawab­nya
sebagai khalifah Allah.
Untuk mengetahui kedudukan Bimbingan dan Kon­seling Agama, dalam
perspektip keilmuan maupun perspektip ajaran Islam, sekurangnya perlu
diketahui lebih dahulu empat hal, yaitu:

1. Bahwa Kodrat kejiwaan manusia membutuhkan bantuan psikologis.

2. Gangguan kejiwaan yang berbeda-beda membutuhkan terapi yang tepat.

3. Meskipun  manusia memiliki  fitrah kejiwaan yang  cenderung kepada
keadilan dan kebenaran, tetapi daya tarik kepada keburukan lebih
banyak dan lebih kuat tarikannya sehingga motif kepada keburukan lebih
cepat merespond stimulus keburukan, mendahului respond motif kepada
kepada kebaikan atas stimulus kebaikan.

4. Keyakinan agama (keimanan) merupakan bagian dari struktur
kepribadian, sehingga getar batin dapat dijadi­kan penggerak tingkah
laku (motif) kepada kebaikan. 

Wassalam,
agussyafii
http://mubarok-institute.blogspot.com

Kirim email ke