Meminta Maaf

"Memberi memang lebih baik daripada meminta. Tetapi pemberian maaf
yang tulus dimulai dari permintaan maaf yang tulus pula."
-- Anonim

AKHIRNYA mereka berpelukan bahagia. Tak ada lagi dendam. Keduanya
saling mengasihi dan menganggap masa lalu sebagai kesalahan kecil.
Ibu, wanita tua yang penyabar dan penyayang itu hidup bersama anak,
menantu, dan cucu-cucunya yang lucu. Istana itu sungguh memanjakan
keluarga kecil tersebut.

Siapakah keluarga yang berbahagia itu? Itulah kisah keluarga Hendra
di Jakarta. Setelah bertahun-tahun diliputi rasa bersalah yang
sangat, Hendra akhirnya memohon maaf atas tindakan terhadap ibunya
yang telah disakitinya beberapa waktu yang lampau. Ia bersyukur
memiliki ibu yang pemurah dan penyayang. Selayaknya di mana-mana pun
ibu memang selalu memiliki sifat seperti itu. Walau sedemikian buruk
perlakuan yang diterima oleh anaknya, toh pintu hati memiliki
keluasan.

Memang, bagi sebagian orang, meminta maaf dirasakan sebagai hal yang
sulit. Kadang dibutuhkan waktu yang lama untuk melakukannya. Seperti
yang dilakukan Hendra terhadap ibunya. Mengapa orang sulit untuk
meminta maaf? Alasannya beragam, seperti tinggi hati, merasa benar
sendiri, gengsi. Atau bisa juga karena soal tata krama, biasanya
mereka yang merasa lebih tua atau lebih tinggi derajatnya menganggap
tidak perlu untuk meminta maaf.

Apapun alasannya, meminta maaf jelas tidak enak, mungkin diledek
orang, dan malu, karena berarti mengakui kesalahan yang telah
diperbuat.

Sesungguhnya dalam relung hati setiap manusia, akan ada kegundahan
jika telah melakukan kesalahan dan ada keinginan untuk meminta maaf
sesegera mungkin. Tanpa meminta maaf, akan terjadi ketidakseimbangan
jiwa bagi orang yang telah melakukan kesalahan.

Bicara maaf memaafkan, biasanya kita teringat akan hari Lebaran.
Sejatinya, meminta maaf bukanlah masalah ritual setahun sekali,
seperti saat Lebaran. Karena pada hakekatnya, meminta maaf merupakan
kebutuhan jiwa, bukan sekadar ritual belaka. Walau begitu, meminta
maaf saat lebaran tetap merupakan hal yang baik dan perlu dilakukan.
Hal itu sebagai sebuah penciptaan kondisi untuk membantu memudahkan
orang meminta maaf.

Ada banyak alasan, mengapa orang perlu meminta maaf. Pertama, jelas
manusia merupakan tempatnya salah. Jadi sudah pasti, secara sengaja
atau tidak sengaja, kita pernah melakukan kesalahan, baik terhadap
atasan, bawahan, orang tua, anak, saudara, atau teman sejawat.
Kedua, walaupun katakanlah seandainya maaf yang kita minta tidak
atau belum diberikan, tetapi hal itu setidaknya telah menghilangkan
sedikit beban yang ada di pundak. Ketiga, dengan meminta maaf secara
tulus, maka hal itu dapat meluluhkan hal-hal negatif yang ada dalam
diri kita. Hati pun menjadi netral. Keempat, dengan meminta maaf,
ketenangan jiwa nantinya lebih mudah kita raih. Karena pada dasarnya
hati harus selalu dibersihkan, agar setiap langkah kehidupan kita
menjadi ringan. Dan terakhir, dengan meminta maaf, hal itu dapat
menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak mengulangi lagi kesalahan
yang sama.

Tak mudah memang untuk meminta maaf. Diperlukan keberanian dan
keteguhan hati yang paling dalam untuk dapat melakukannya. Oleh
karena itu, meminta maaf perlu dilakukan pada situasi dan kondisi
yang tepat.

Lakukanlah permintaan maaf pada waktu yang tepat. Biasanya lebih
cepat lebih baik. Tapi malah kadang sebaliknya. Akan lebih baik
meminta maaf jika perasaan sudah tenang, hati sudah mencair, dan
kepala sudah dingin.

Sebaiknya, minta maaflah secara khusus. Anda harus menyebutkan
secara spesifik kesalahan mana yang telah Anda perbuat. Misalnya
Anda meminta maaf kepada tetangga sebelah, "Maafkan saya ya pak,
tempo hari mengambil jambu di rumah bapak tanpa izin." Oleh karena
itu diperlukan timing yang tepat untuk melakukannya. Jika di hari
Lebaran permintaan maaf yang keluar hanya bersifat umum,
seperti, "Mohon maaf lahir bathin ya," mungkin jawabannya pun juga
bersifat umum. Karena tentu orang tak paham kesalahan apa yang
dimaksud. Kita tidak akan pernah tahu apakah orang tersebut mau
memaafkan kita seandainya kita tidak menyebutkan kesalahan yang
pernah diperbuat secara spesifik. Disinilah keberanian Anda diuji,
dan akan terlihat keikhlasan orang yang dimintai maaf tersebut.

Kalau benar Anda ingin meminta maaf, minta maaflah dengan sungguh-
sungguh. Akui kesalahan yang telah diperbuat.

Bila Anda meminta maaf, jangan mencari pembenaran atas tindakan yang
telah Anda perbuat atau sebenarnya tak ada penyesalan dalam diri
Anda, seperti ungkapan, "Saya minta maaf dan mengaku
salah...tetapi..."

Sekecil atau sebesar apapun kesalahan, lakukanlah permintaan maaf
dengan tulus ikhlas. Jika sebelumnya kesalahan yang telah Anda
perbuat mengakibatkan renggangnya hubungan yang selama ini telah
dijalin dengan baik, maka tanyakanlah apa yang dapat Anda lakukan
untuk memperbaiki hubungan tersebut.

Dan yang paling penting ialah, Anda harus bersabar. Karena tak
selalu permintaan maaf langsung diterima. Kadang butuh waktu. Bisa
cepat, bisa lebih lama. Berilah waktu. Dimaafkan atau tidak
permohonan maaf Anda, itu soal lain, tapi setidaknya Anda telah
melakukan suatu tindakan ksatria. (290908)

Sumber: Meminta Maaf oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta


Kirim email ke