FYI guyz, 

Subject: [Diskusi HRD Forum] Insiden pemakai Crocs - Hati-hati


Rekan DHF's,

Yang mempunyai anak-anak, dan punya sepatu/ sandal
Crocs, posting dari grouplist tetangga ini perlu
diperhatikan:

Re: [Indonesian- Business] Kisah Crocs Hitam Si Joey
Posted by: "Geget Eryawan" [EMAIL PROTECTED] com 
Date: Sun Aug 5, 2007 6:23 pm ((PDT))

Ternyata semua korban tersebut tidak saja mengunakan
sandal crocs dan tiruanya, tetapi juga menaiki
eskalator. Apakah berarti eskalator juga dilarang di
mal-mal? memang sih naik
tangga biasa lebih aman. he he he

sutjipto_edi@ orix.co.id wrote:


26/07/2007 11:04 WIB 
Kisah Crocs Hitam Si Joey Umi Kalsum - detikcom 
Sepatu Joey rusak tersedot eskalator (foto: ST Lisna) 
Jakarta - Bisa jadi, tanggal 13 Mei 2007 lalu adalah
hari yang tidak terlupakan bagi Joey. Sepatu Crocs
bocah itu tersedot eskalator Mega Mall Pluit, Jakarta
Utara.

Berikut kisah ST Lisna, ibunda Joey, pada detikcom,
Kamis (26/7/2007) tentang insiden tersebut:

Kejadiannya tanggal 13 Mei 2007 yang lalu. Kami
sekeluarga sedang jalan-jalan ke Mega Mall. Anak
laki-laki kami yang terkecil (namanya Joey, umur 4
-1/2 tahun) memang rada-rada bandel. Biasanya di
eskalator suka tidak mau dipegangin malah suka mau
lari-larian sendiri.

Waktu itu juga dia pertama lari-larian sama kakaknya,
akhirnya saya tarik tangannya dan saya pegangi dia.
Sewaktu di eskalator posisi Joey ada si sebelah kiri
saya dan berdirinya pas di sampingnya eskalator yang
sedang turun. Tiba-tiba pas di tengah-tengah
erjalanan turun, tiba-tiba Joey teriak-teriak
"Mommy..mommy. .sambil nangis". 

Pas saya lihat Crocsnya sudah nyangkut dan dia sedang
berusaha tarik kakinya keluar dari Crocsnya. Untung
kakinya bisa tertarik keluar dan hanya Crocsnya yang
nyangkut terus di eskalator. 

Joey nangis teriak-teriak karena dia berusaha tarik
Crocsnya kembali dengan tangannya. Saya langsung tarik
Joey dan untungnya kita sudah mau sampai di lantai
bawah. Saya sangat takut kakinya terjepit eskalator
lagi karena kakinya kan jadi tidak ada alasnya sama
sekali.

Saya tidak bisa menggendong dia karena dia berat
sekali (sudah hampir 30 kilogram) dan tangan saya yang
satunya sedang memegang Starbucks coffee. Sesampai di
lantai bawah, Joey masih nangis terus-terusan sambil
teriak-teriak, saya takut kakinya keseleo atau apa
karena kakinya kan jadi agak merah (mungkin karena
dia paksa tarik). 

Jadi saya bingung kaki dia kenapa-napa atau nggak
ya..akhirnya dia digendong daddynya dan kami langsung
pulang. Selama kejadian itu orang-orang yang ada di
belakang kita dan juga di sekitar kita cuma melihat
saja dan tidak ada yang berusaha membantu. Satpam juga
tidak ada satu pun yang nongol.

Saya betul-betul tidak terbayang kalau kakinya yang
nyangkut bisa jadi apa? Sandalnya aja jadi hancur
begitu. Yang bingungin itu kok bisa sendalnya yang
kanan yang nyangkut padahal kan kaki kirinya yang
berada pas di samping eskalator. 

Jadi kayaknya dia main-mainin kaki kanannya dan
digesek-gesekkan ke pinggir eskalatornya. Padahal
sebelum beli Crocs ini, kakak saya yang tinggal di
Singapura sudah menasihati karena sudah ada beberapa
kecelakaan di eskalator (di AS dan Singapura) yang
disebabkan oleh sandal Crocs nyangkut di celah
eskalator. 

Yang di Singapura malah ada anak berumur dua tahun
copot jempol kakinya karena sandalnya nyangkut di
eskalator. Betul-betul Puji Tuhan karena kakinya Joey
tidak apa-apa.

Imelda juga memiliki cerita:

Minggu 22 Juli anak saya juga mengalami hal yang sama
di Mal Puri Indah. Untungnya eskalator langsung
berhenti jadi insiden tsb tidak sampai melukai kaki
anak saya. Kalau yang sering terjadi sandal terjepit
bagian depan, anak saya malah terjepit di bagian
belakangnya di eskalator
turun.

Sebelumnya saya dan teman-teman sudah sering mendengar
kabar itu, bahwa di Singapura pernah kejadian, jari
kaki si anak putus karena terjepit eskalator, tapi
melihat banyaknya orang pakai, kami pikir berita itu
hoax aja dengan alasan persaingan bisnis. 

Sekarang saya percaya setelah mengalami sendiri,
sayang terlambat, tapi untung tidak ada kerugian apa
pun (kecuali sandalnya robek).(umi/ nrl) 

26/07/2007 10:34 WIB 
Insiden Crocs di Aneka Mal Jakarta
Umi Kalsum - detikcom 

Peringatan di PIM perlu ditiru mal lain 
Jakarta - Kecelakaan di eskalator yang menimpa bocah
pemakai sepatu karet Crocs tidak hanya terjadi di
Pondok Indah Mal (PIM). Sejumlah pembaca detikcom juga
menceritakan pengalaman yang menimpa keluarganya.

Wieke berkisah, putrinya yang berumur 8 tahun saat
libur sekolah baru-baru ini juga mengalami kecelakaan
di eskalator saat menggunakan sepatu Crocs di Mal
Citraland. Sebelah sepatunya hancur dan penuh oli,
ujung jempol berdarah. 

"Dia sangat shock sekali," ujar Wieke, Kamis
(26/7/2007). Namun Wieke tidak melaporkan insiden itu
pada pengelola mal karena merasa ini kesalahan anaknya
sendiri yang menekan-nekan sepatunya ke pinggiran
eskalator. 

"Waktu itu kami belum tahu bahwa sering terjadi
kecelakaan pengguna Crocs di eskalator," ujarnya. 

Sedangkan Nika Suhendro menceritakan, beberapa minggu
yang lalu, dia bersama keluarga jalan-jalan ke Mal
Kelapa Gading. "Anak saya 7 tahun memakai sepatu Crocs
berdiri di belakang saya waktu naik eskalator,"
ujarnya. 

"Saya berjalan duluan, eh tahu-tahu saya cari anak
saya, mana ya? Kok banyak orang dekat eskalator?
Ternyata sepatu anak saya masuk ke dalam eskalator
sampai hilang hampir setengah bagian depannya. God! So
lucky kaki anak saya tidak apa-apa," ujar Nika lega.

Novita Hashimoto, guru bahasa Indonesia untuk orang
Jepang, juga punya cerita. Bukan tentang tentang
dirinya tapi pengalaman muridnya. Berikut
ini penuturannya:

Murid saya bersama putrinya (2 tahun) sekitar 2 bulan
yang lalu pergi berbelanja ke Senayan City. Waktu
sedang memakai eskalator untuk turun dari lantai 2 ke
lantai 1, putrinya yang saat itu sedang menggunakan
sandal Crocs ini terselip. Menurut ceritanya, kala
itu dia menjerit-jerit, untungnya petugas di Senayan
City sigap menghentikan eskalator dan memberikan
pertolongan pertama pada putrinya. 

Saya sendiri menyukai sandal ini, karena nyaman dan
ringan, sandal ini sangat membantu waktu saya menjadi
korban banjir bulan Februari lalu. Untuk bermain-main
di pantai dll juga sangat praktis dan nyaman. 

Tapi, saya menyayangkan 'kekurangan' sandal ini yang
mudah selip di eskalator. Terutama untuk anak-anak
yang karena ketebalan bagian depan sandal ini, tidak
bisa merasakan atau mengira-ngira saat akan menginjak
batas (gap) dari eskalator. 

Saya berharap, di Indonesia bisa lebih digencarkan
info agar orang tua berhati-hati saat anaknya memakai
sandal ini terutama ketika hendak naik eskalator.

Untungnya putri teman saya 'hanya' menderita sedikit
memar, tidak ada luka atau kejadian yang lebih serius
seperti patah tulang dll. Tapi, bisa jadi hal yang
lebih buruk dialami anak lain. 

Konfirmasi

detikcom berusaha mengkonfirmasi kejadian tersebut
kepada pihak pengelola mal. Namun belum diperoleh
keterangan resmi. Humas Citraland, Rida, menurut staf
pengelola, belum bisa memberi keterangan karena masih
cuti. "Kemungkinan baru bisa dikonfirmasi Senin,"
katanya. 

Sementara Publics Relation Senayan City, Lia, masih
akan mencari data tentang kasus Crocs di mal
tersebut. Dia berjanji akan memberi informasi lebih
lanjut. Demikian juga dengan pihak humas Mal Kepala
Gading.
(nrl/nrl)

26/07/2007 09:38 WIB 
Crocs Asli Rp 400 Rb, Aspal Noban Umi Kalsum -
detikcom 
Yang kiri Crocs aspal lokal, yang kanan aspal made in
China Jakarta - Tak mau ketinggalan dengan luar
negeri, sepatu Crocs cukup populer di Indonesia.
Modelnya yang kokoh, ringan dan pilihan warna yang
semarak menjadi pilihan orangtua untuk anak-anaknya.

Crocs asli dijual Rp 350 ribu hingga Rp 400 ribu. Di
mal-mal terkemuka, sepatu terbuat dari bahan croslite,
suatu bahan karet bersel tertutup dan bersifat tidak
meninggalkan jejak dan anti mikroba, ini mudah
dijumpai.

Kepopuleran Crocs membuat para produsen sepatu
tergerak menirunya. Sepatu/sandal dengan model dan
bahan mirip Crocs sangat kini juga mudah dijumpai di
pinggir jalan. Harganya murah meriah, cukup Rp 20.000
alias
noban hingga Rp 25 ribu.

Tidak hanya di kios-kios pasar, sebuah departement
store ternama di Indonesia juga menjual sepatu jenis
ini. Harganya lebih mahal dibandingkan harga
di toko sepatu kaki lima, sekitar Rp 65.000.

Meski modelnya seragam, yakni bagian depan gendut,
bolong-bolong dan beralas tebal, Crocs dan tiruannya
cepat menarik penggemar karena warnanya yang rata-rata
cukup trendi, seperti merah, biru, kuning, pink, putih
atau hijau.

Belakangan di toko sepatu yang ada di mal-mal, sepatu
ini sudah dimodifikasi alias keluar dari pakem sepatu
Crocs yang polos, sehingga semakin menarik minat calon
pembelinya.

Di bagian sepatu yang bolong disematkan gambar-gambar
lucu, seperti ikan, bintang laut, dan sebagainya.
Berkat tangan dingin peniru Crocs, sepatu ringan ini
tidak polos lagi. Saat ini sudah ada Crocs palsu yang
bermotif bunga, strawberi dan sebagainya.

Untuk Crocs aspal, selain produk lokal juga bisa
dijumpai "made in China". Bedanya, produk lokal
pembuatannya kurang rapi, tanpa merek, dan oleh
penjualnya dilepas dengan harga Rp 20 ribu. Sedangkan
yang "made in China" diberi merek, antara lain "Kats"
dan harganya lebih mahal, sekitar Rp 25 ribu.

Meski aspal, tapi i sepatu ini tetap enak dipakai.
Tidak aneh jika sepatu ini langsung menjadi tren di
kalangan anak-anak.

Mereka tidak sekadar menggunakannya untuk jalan-jalan.
Ke sekolah pun, Crocs dan "teman-teman" -nya menjadi
pilihan. Di sekolah taman kanak-kanak (TK), yang tidak
ada kewajiban menggunakan sepatu seragam, Crocs dan
tiruannya banyak terlihat di rak-rak sepatu.

Untuk siswa SD yang ada diharuskan menggunakan sepatu
seragam, mereka masih bisa bergaya dengan Crocs di
waktu-waktu tertentu, seperti saat ekstrakulikuler
digelar. (umi/nrl) 

26/07/2007 07:46 WIB 
'Mohon Tidak Pakai Alas Kaki Karet di Eskalator' di
PIM
Nadhifa Putri - detikcom Jakarta - Jika Anda
berjalan-jalan di mal elit di Jakarta Selatan, Pondok
Indah Mal (PIM), maka dengan mudah Anda menemukan
peringatan ini: "Mohon tidak menggunakan alas kaki
karet di eskalator".

Peringatan itu terpampang di setiap sisi eskalator. Di
samping tulisan itu, terdapat gambar sepatu anak-anak
yang sedang beken sekarang ini, yang bentuknya mirip
Crocs, warna ungu. Gambar itu disilang merah. Di 
sampingnya juga ada sandal jepit warna ungu yang juga
disilang merah.

Peringatan itu sejajar dengan peringatan keselamatan
lainnya yaitu gambar ibu menggandeng anak, gambar
pengguna eskalator jangan berderet ke samping,
larangan penggunaan kereta bayi dan kaki jangan
diletakkan di
pinggir tangga berjalan itu.

Nama PIM sendiri belakangan ini tersebar di berbagai
milis, menyusul adanya kecelakaan pada anak-anak
pengguna sepatu Crocs di eskalator mal tersebut. 

Belum diketahui apakah peringatan yang dipajang
pengelola mal tentang sepatu karet dipasang setelah
ada insiden, atau peringatan dipasang jauh sebelum
insiden terjadi.

Selain memasang peringatan tersebut, petugas keamanan
PIM juga tampak hilir mudik di dekat eskalator untuk
mengawasi penggunaan eskalator. 

"Kita sekarang sedang sosialisasikan kepada pengunjung
kalau pakai sandal karet jangan di garis kuning
eskalator. Bahannya kan karet, jadi otomatis ketarik.
Staf kita juga pernah nyobain pakai sandal karet,
terus ketarik," kata seorang petugas pada detikcom,
Rabu (25/7/2007) malam.

Tapi mengapa peringatan yang dipasang adalah gambar
(mirip) sepatu Crocs dengan tanda silang merah? "Ini
tidak hanya untuk Crocs saja, tapi juga untuk sepatu
karet lainnya," jawab petugas tersebut.

Dia menuturkan, sandal karet sejatinya boleh saja
dipakai. "Tapi berdirinya harus di tengah-tengah,
jangan di garis kuning," ujarnya.

Di PIM, sepatu Crocs warna-warni bisa dijumpai dengan
mudah. Harganya Rp 350 ribu hingga Rp 400 ribu. Untuk
anak-anak, warnanya lebih ngejreng, sedangkan untuk
dewasa lebih condong ke warna gelap.
(nrl/nvt) 
Scanned by Fortigate.orix. co.id
Scanned by Fortigate.orix. co.id


       
____________________________________________________________________________________
Pinpoint customers who are looking for what you sell. 
http://searchmarketing.yahoo.com/

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke