hmm.. ada blog nich mengenai kaum waria, mereka juga manusia yang punya hak seperti kalian, hak diperlakukan baik, hak untuk hidup! Memangnya kaum lelaki semua baik dan sempurna??? banyak pemerkosaan kok dimana2 ;) niwei, nemu blog tentang mereka.. the other side of them, like us, they have good and bad sides! -----
Srikandi Sejati (http://10452189.blogs.friendster.com/my_blog/2008/02/srikandi_sejati.html) Tanggal 14 sampai 18 Januari kemarin, gw diberi kesempatan mengisi liburan hampa gw dengan kegiatan yang seu n Ok banget. Gw ikut sebuah seminar dengan judul “understanding sexual diversity around us”seminar yang diselenggarain sama pusat kajian gneder FISIP UI plus didukung oleh HiVoS, sebuah lembaga LGBT asal Belanda. Seminar atau lebih tepatnya workshop itu diikutin sama 15 orang mahasiswa ui dari beragam fakultas, bikin tambah seru karena bener2 dapet hal yang baru dan juga perspektif yang baru. Workshop yang seakan santai dan ringan padahal sadar ga sadar melepaskan puzzle yang udah jadi di kepala kita dan bareng2 qt susun lagi sama2. apa ada yang berubah ????? smua itu tergantung individu itu sendiri tapi senggaknya puzzle itu uda bergeser ke sana ke mari. Banyak banget hal yang gw dapet n pengen gw share ke temen2 smua. Untuk kali ini gw mau share bagian yang menurut gw sangat menarik dari kesemua kegiatan kmarin yaitu field trip ke sebuah yayasan waria. Biar gampang gw copypaste ajha ya laporan field trip gw kmarin,,, slamat menikmati bahasa baku... Catatan Perjalanan Yayasan Srikandi Sejati, Jati Negara Jakarta Timur dan Siti Nawira Shahab Antropologi 2005 Sesuai dengan rencana yang telah dijadwalkan, kami, baik peserta maupun penyelenggara workshop “understanding sexual diversity around us” akan melakasanakan field trip ke beberapa lembaga pada hari kamis tanggal 17 Januari 2008. Sekitar pukul sembilan kami sudah berkumpul di sekitar pintu masuk PSJ untuk mempersiapkan diri. Kebetulan dikarenakan beberapa hal, saya sedikit terlambat dan tertinggal beberapa materi briefing. Field trip tersebut dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan destinasinya masing-masing, ada yang ke Yayasan Pelangi Perempuan sebuah yayasan lesbian, ada pula yang ke Yayasan Gay dan juga Yayasan Srikandi Sejati. Saya dan beberapa rekan yaitu Ghea, Wahyu, Nifta dan JC tergabung dalam kelompok dengan destinasi Yayasan Srikandi Sejati, sebuah Yayasan yang bergerak dalam bidang pemberdayaan Waria Di DKI Jakarta. Saya merasa cukup gembira mengetahui hal tersebut karena saya memang cukup tertarik dengan komunitas waria dan ingin menggali lebih dalam serta mencari garis kritis atas berbagai informasi yang telah saya peroleh sebelumnya, baik yang bersifat gosip maupun faktual dari berbagai cerita maupun laporan penelitian. Kami ditemani oleh tiga pendamping yaitu mba Nday, mba Pam, dan Kamal serta tak lupa pak supir yang sangat berperan dalam menghantarkan kami ke tempat-tempat tujuan. Pada Pukul 9.20 kami berangkat dari PSJ menuju daerah Pisangan, Jatinegara, Jakarta Timur di mana Yayasan Srikandi itu berada. Lokasinya terletak di belakang Stasiun Jatinegara, kami sempat tersasar dalam menemukan lokasi tersebut, namun tidak menimbulkan permasalahan yang berarti, mengingat yayasan tersebut cukup terkenal di masyarakat setempat. Sekitar pukul 10.28 kami tiba di lokasi, turun dari kendaraan dan memasuki Yayasan tersebut melalui sebuah gang yang katanya lazim disebut gang waria. Yayasan tersebut berada dalam sebuah rumah dengan nuansa warna hijau. Tidak seperti yang saya bayangkan mengenai waria sebelumnya. Setibanya di sana kami disambut oleh Ibu Leni, ketua yayasan tersebut dengan sangat ramah. Di sana juga terdapat banyak waria yang tengah berkumpul, yang juga terlihat begitu ramah. Saya melihat sebuah gambaran yang berbeda mengenai waria. Di sana saya melihat waria sebagaimana seutuhnya manusia, yang hidup, bermartabat, berperasaan, serta berbagai hal laiknya pria ataupun wanita pada umumnya, punya budaya tertentu, keinginan yang tidak hanya satu, seutuhnya manusia dengan berbagai hasrat dan eksistensinya. Pertama kami diperkenalkan satu sama lain. Dari kesemuanya, pertama ada Ibu Leny, Ketua yayasan tadi. Saat ditemui beliau tengah mengenakan pakaian muslimah dengan celana bahan coklat tua, baju muslim coklat muda, jilbab yang juga coklat yang lebih tua dari baju namun jauh lebih muda dari celana, sepatu sendal coklat dengan sedikit haknya dan juga sebuah kacamata yang melekat di wajahnya. Melihat beliau, saya begitu teringat dengan Dorce Gamalama dalam konteks sosial, sebagai seorang tokoh yang begitu bersosial dan bijaksana. Ibu Leny menceritakan mengenai Yayasan yang dikelolanya.Yayasan tersebut bergerak pada pemberdayaan para waria agar mereka dapat memperoleh penghidupan yang layak serta merupakan tanggapan dari anggapan masyarakat atas waria guna mengharapkan penerimaan ataupun pengakuan dari masyarakat, tidak secara legal namun cukup sebuah pengakuan. Yayasan tersebut resmi didirikan pada tahun 1998 yang juga didukung oleh “sesepuh-sesepuh” waria, rekan-rekan PKM UI dan berbagai pihak lain. Sebelumnya juga ada yayasan serupa yaitu Forum Komunikasi Waria (FKW) daerah DKI Jakarta, namun yayasan tersebut lebih berupa layaknya sebuah perkumpulan tanpa lembaga dan tataran yang jelas. Oleh karena itu Yayasan Srikandi Sejati juga didirikan guna memenuhi berbagai kebutuhan para waria di DKI Jakarta. FKW sendiri sulit dilegalkan karena penggunaan kata waria yang menjadi hambatan dalam proses legalitasnya, hingga yayasan dengan nama srikandi sejati menjadi lebih mudah dilegalkan. Pemberdayaan waria dalam Srikandi Sejati ini lebih menekankan pada tataran sosial yang di dalamnya termasuk berbagai hal seperti pemberdayaan dalam bidang ekonomi dengan membantu usaha-usaha mereka salah satunya adalah berdagang dan juga melaksanakan pendidikan-pendidikan yaitu berupa pendidikan keahlian antara lain kerajinan tangan seperti yang terpajang dalam lemari kaca di yayasan tersebut (aneka accecories seperti kalung, anting-anting, dst). Kemudian juga ada keahlian tata rias, tata boga, menjahit, keahlian komputer, menyanyi dan lain sebagainya. Kemudian adapula pelayanan dalam bidang konsultasi dan sosialisasi berbagai hal terutama aspek kemasyarakatan kepada para waria. Sejak tahun 2002 kegiatan mereka mulai ditekankan pada pelayanan kesehatan baik berupa penyebaran informasi, pengawasan maupun partisipasi dalam penyembuhan dengan misi lahirnya kesadaran kesehatan secara pribadi bagi tiap waria. Perlu diketahui sekitar 40 % para waria telah terjangkit HIV. Keberlangsungan yayasan tersebut tak lepas dari bantuan berbagai pihak baik sebagai sponsor ataupun donatur, salah satu penyokongnya adalah USAID, HIVOS dan yayasan yang bergerak pada issue LGBT serta yayasan-yayasan yang bergerak pada bidang kesehatan khususnya HIV/AIDS. Yayasan-yayasan tersebut disebut yayasan pendamping yang menjadi coorginize dari progran-program kerja Srikandi Sejati. Tak lama, hadir Ibu Nancy Iskandar, seorang aktivis waria yang telah berusia sekitar 60 tahun. Ibu Nancy tengah mengenakan pakaian yang begitu matching, pakaian muslimah panjang berwarna ungu lengkap dengan bordiran, jilbab yang juga berwarna ungu serta kalung yang turut berwarna ungu tak lupa kacamata minus bernuansa warna coklat pada kacanya. Ibu nancy adalah ketua FKW DKI Jakarta, selain itu ia juga seorang pegawai di Dinas Sosial DKI Jakarta. Beliau adalah waria pertama yang bekerja di pemerintahan maupun sektor formal dengan berpenampilan layaknya wanita. Sedang waria lain yang bekerja pada sektor formal, biasanya bekerja dengan menggunakan seragam/penampilan layaknya seorang pria pada umumnya. Ibu Nancy sangat berperan dalam mendidik para waria “itulah militer, itulah kami mengajar para waria” begitulah pengakuan Ibu Nancy atas metodenya dalam mendidik para waria. Ia menjelaskan alasan mengapa waria begitu menggemari dan identik dengan dunia malam. “ada beberapa paktor. Paktor pertama, adalah paktor yang memuaskan kewariaan, di mana si waria bisa tambil, berekspresi,... terserah mau gimana yang penting dia senang memuaskan hasratnya. Yang kedua adalah pilihan lawan biologis dapat sesuka hati, sesuai keinginan,.... . Yang terakhir adalah imbalan terpenuhi.” karena memang kalau waria itu hasrta biologisnya itu sangat tinggi, kalau semalam ga klimaks bisa puyeng kepalanya, sebagaimana diceritakan oleh Ibu Nancy mengenai pengalaman hidupnya. Saat kelas 2 SD ia telah melakukan oral seks dan mengalami masa akil balig saat menduduki kelas 5 SD. Namun dari seluruh waria yang dididik hanya sekitar 20 % yang “mengentas” atau berhasil mandiri dan keluar dari kehidupan malam. Kendala yang dihadapi dalam berbagai program yang dilaksanakan oleh sanggar tersebut biasanya lebih bertitik tolak dari para waria itu sendiri. Dari pandangan masyarakat misalnya, para pengelola sanggar tidak menyalahkan masyarakat yang suka mengejek atau mencemooh. Karena reaksi masyarakat tersebut juga bersumber dari para waria itu sendiri yang dianggap begitu berlebihan. Baik dari cara bicara yang terlalu dibuat-buat, pakaian dan dandanan yang terlalu berlebihan serta perilaku yang turut berlebihan. “kalau biasa-biasa aja, masyarakat juga bisa n’rima dan juga agar tidak memancing masyarakt untuk mengolok-olok” ungkap Ibu Leny. Kadang pula perilaku yang berlebihan tersebut tidak disadari sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Nancy bahwa waria terlahir sebagaimana seorang laki-laki sempurna, akan tetapi memiliki jiwa dan hati sebagaimana wanita “kami terbentuk dari dualisme hal tersebut... setiap saat kami harus menata apa saja yang dilakukan sedari bangun tidur, tanpa sadar menarik kain sarung dan memakainya sampai ke dada, ..... sudah menjiwai layaknya perempuan” “akan tetapi banyak juga yang belum bisa menghayati hingga terlihat seakan-akan berlebihan hingga menimbulkan olok-olokan dari masyarakat” Kemudian juga ada masa yang disebut masa transisi. Yaitu masa di mana si waria tengah mengalami gejolak identitas dalam menentukan apakah ia waria, pria atau seorang gay. Pada masa itu biasanya mereka mengalami ketidakpercayaan diri atau minder serta belum dapar menjiwai menjadi permepuan hingga tidak tampak feminin Kemudian kendala interen lainnya adalah kualitas dari para waria itu sendiri. Para waria yang ada di DKI Jakarta mayoritas berasal dari daerah-daerah lain, hanya sekitar 10 % yang merupakan penduduk asli Jakarta. Kebanyakan para waria dari daerah-daerah merupakan pelarian dari daerahnya masing-masing. Di daeraha asal biasanya mereka sering dikucilkan dan tidak diperhatikan hingga mereka nekat pergi ke Jakarta guna mengekspresikan dan mencari eksistensi dirinya sebagaimana manusia pada umumnya. Hanya berbekal modal nekat, tanpa identitas, ijazah bahkan uang. Akhirnya sampai di Jakarta terpaksa mereka harus mengais nafkah di jalanan, ada yang menjadi pengamen jalanan sampai menjadi prostitute atau lebih lumrah disebut nyebong. Selanjutnya, kami berbincang dengan mba Lulu, seorang yang ternyata juga waria. Waria berkulit putih, bertubuh langsing dan berperilaku begitu feminin. Saat ditemui mba sedang mengenakan celana jins biru, baju abu-abu berlengan pendek dipadu kaos hitam berlengan panjang di dalam baju tersebut serta anting-anting. Sejujurnya saya sempat dibuat bimbang apakah mba Lulu adalah seorang waria. Pertama kali saya datang ke yayasan tersebut, saya melihat mba Lulu sednag bersih-bersih di sana, saya langsung mengira bahwa ia adalah sukarelawan, suaranya pun sama sekali tidak seperti laki-laki, begitu lembut bahkan mengalahkan wanita-wanita lain di ruangan. Mba Lulu bekerja di yayasan tersebut pada bagian penanganan waria remaja. Penanganan tersebut baru resmi diadakan ketika didirikannya sanggar waria remaja yang juga berlokasi di daerah yang sama. Program-programnya serupa dengan Yayasan Srikandi, namun lebih menekankan pada usia waria remaja yaitu sekitar umur 15-24 tahun. Hal tersebut dilakukan agar para waria remaja lebih nyaman dan terbuka dalam berbagai hal dibanding bergabung atau berbagi dengan para waria dalam generasi di atas mereka. Kemudian kami berbincang dengan mba Pipin yang juga merupakan karyawan yayasan pada bagian waria remaja, ia bekerja sebagai petugas lapangan di daerah Jakarta Utara. Mba Pipin berasal dari Makassar, berkulit coklat dan berhidung mancung. Saat ditemui mba tengah mengenakan celana jins abu-abu dan baju berbahan kaos. Sebagai pengawas lapangan biasanya mba Pipin bertugas untuk memberi informasi seputar kesehatan seperti HIV/AIDS dan juga berperan aktif dalam menemani penanganan kesehatan para waria remaja seperti menemani mereka dalam memeriksakan diri atau berobat ke klinik-klinik. Kemudian kami bercakap dengan mba Yola, juga seorang pemanta lapangan, namun untuk wilayah Jakarta Selatan. Saat ditemui Mba Yola tengah menggunakan baju Hijau, baju abu-abu, serta berambut panjang. Ia mengakuui bahwa waria remaja lebih terbuka dengan rekan seangkatannyad dibanding dengan para waria yang lebih tua. Dari beberapa perbincangan saya memperoleh pengetahuan tentang perbedaan waria dan gay. Seorang waria menyukai atau tertarik pada laki-laki dan lebih merasakan dirinya sebagaimana perempuan (ketertarikan pada barang-barang permpuan, perilaku yang feminin dan seterusnya) sedang gay tetap merasa sebagai laki-laki Abis selesai ngobrol2 qt makan bareng2. Makan nasi box yang disediain panitia field trip, sambil makan qt juga tetep ngobrol2. pas pulang qt dikasih hadiah2,,, oke banget lho, ada kalender dengan foto2 waria yang beberapa qta temuin tadi, trus juga dikasih notebook plus yang paling seru dikasih kartu remi ala srikandi sejati, tiap kartunya bergambar foto2 waria hampir mirip dengan yang ada di kalender... seru deh pokoknya... kalau ada kesempatan pengen banget gw balik ke sana Amril Taufik Gobel wrote: > > Sempat ka juga nonton acara itu sebentar di Global TV. Ihh...langsung > lemmes deh dirikyu. > Jadi ingat waktu pahaku diremas bencong di bis!..Najis deh!..hehehe > > ATG > www.daengbattala.com <http://www.daengbattala.com> > > > On Mon, Apr 21, 2008 at 11:14 AM, Asri Rachman <[EMAIL PROTECTED] > <mailto:[EMAIL PROTECTED]>> wrote: > > Orang2 lebih suka sm yg aneh. > Btw, kalian mengidolakan siapa di acara itu ? > *lagi membersihkan laintai yg kena muntah* > > 2008/4/21, Irwin Day <[EMAIL PROTECTED] > <mailto:irwin.day%40gmail.com>>: > > > > Itu isinya Tipi kalo bukan benco's ya banci x-( ndak bisaka > bikin acara > > yang normal, sehat dan menghibur? > > > > 2008/4/20, Asri Rachman <[EMAIL PROTECTED] > <mailto:kidx13%40gmail.com>>: > > > > > > Hoeks... > > > > > > ------------------------------------ Komunitas Blogger Makassar http://www.angingmammiri.org/Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/blogger_makassar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/blogger_makassar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/