Awwa, ada itu infona di kompasiana. :p
www.denun.net / sent from my deNunBerry® -----Original Message----- From: Ipul <ipul...@gmail.com> Date: Mon, 3 May 2010 12:29:47 To: <blogger_makassar@yahoogroups.com> Subject: Re: [blogger_makassar] Kompasianer di CCC, Dari Konten Hingga Curhat Yusran ini kaue, ada acara baru ndak kasih2 tauk... **kompasianer yang sudah lama tidak melongokkan wajah di kompasiana 2010/5/3 deNun <daeng.c...@gmail.com> > Kompasianer di CCC, Dari Konten Hingga Curhat Yusran > :: Kamaruddin Azis www.kompasiana.com/daengnuntung > > Kasus korupsi sedikitnya Rp 4 miliar pada pembebasan lahan pembangunan > gedung Clebes Convention Center (CCC) di Jl. Metro Tanjung Bunga, > Makassar sedang bergulir di Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan. Namun > aroma kabar itu sepertinya tidak mengusik minat warga untuk datang > pada pelaksaanaan Kompas Gramedia Fair, 27 April – 2 Mei 2010 di > Gedung berperkara milik pemerintah tersebut. Warga hilir mudik keluar > masuk stan pameran dan bursa buku murah di hari terakhir gala > tersebut. > > Selain bursa buku, beberapa kegiatan edukatif juga digelar diantaranya > lomba mewarnai anak-anak dan kompetisi sains kreatif tingkat sekolah. > Tanggal 2 Mei 2010 itu pula, Kompasiana, salah satu wadah jurnalisme > warga keroyokan yang diasuh oleh unit kerja Kompas menggelar acara > “Kompasiana Nangkring di Makassar”. > > Lima belas menit sebelum pukul 02.00 wita saya sampai di lokasi > pertemuan. Puluhan Kompasianer (sebutan bagi warga pengisi portal > reportase artikel, kompasiana.com) telah duduk mengisi dua baris > kursi. Saya mendaftar ulang di meja panitia dan diganjar satu > blocknote Kompas, baju Kompasiana warna hitam ukuran XL dan satu nasi > dos Rumah Makan 17 Propinsi. “Bagus sekali bajuta, pak,” Kata istri > saya beberapa jam setelah usai acara itu. > > Di depan panggung telah berdiri Iskandar Zulkarnaen atau Isjet > menyampaikan ihwal, pernak pernik Kompasiana, peserta terlihat serius > menyimaknya. Saya terlambat dari satu jam empat puluh lima menit dari > jadwal semestinya. Saya memilih kursi baris kedua di sebelah timur > ruang acara. > > Baru beberapa detik, saya sadar bahwa di depan saya duduk, salah satu > backbone Kompasiana. Dialah si penggemar catur yang tak pernah juara. > Si pengumpul papan/bidak catur dan penulis artikel catur, olah raga > otak kesukaannya. Dia Pepih Nugraha. Dengan refleks saya segera > menyalaminya. Orang ini jugalah yang menjadi inspirasi saya dalam > menulis. Menulis hal-hal biasa, remeh temeh yang kerap terlupa. > Tentang kisah orang-orang kecil. > > Seperti Kang Pepih (begitu dia kerap disapa) saya percaya bahwa social > media pada akhirnya akan berjalan sejajar dengan media arus utama. > Saya senang dapat berkenalan langsung dengan penyuka artis pop > Makassar, Iwan Tompo dan Dian Ekawaty ini. > > Selain Pepih, untuk pertama kalinya saya bertemu Muslimin Beta Daeng > Lalo, blogger sekaligus penulis artikel di Harian Tribun Makassar. > Saya juga melihat Andy Syukri Amal dan Imansyah Rukka, di sisi kanan > saya. Dua anak berdarah Sulawesi Selatan ini yang lebih dahulu akrab > dengan Kompasiana. Di jejeran kursi bagian barat, tidak satu pun yang > saya kenal. Tapi saya senang, karena mereka kumpulan anak-anak remaja > yang terlihat atraktif dan penuh daya perhatian pada forum penting > ini. > > Di sisi selatan kursi saya, duduk beberapa anak IPDN Makassar dengan > seragam dinasnya. Tiga perempuan dan empat lelaki. Saya duduk > berdampingan dengan Nila, seorang praja berdarah Bugis yang datang > dari Sulawesi Tenggara. Dia terkesima saat saya menjelaskan bahwa saya > dapat berbahasa Bajo, suku laut yang dia tulis di salah satu > postingannya di Kompasiana. > > Beruntung Kompasiana punya seorang Iskandar Zulkarnaen atau Isjet. Dia > terlihat menguasai dan lancar menyampaikan fakta, gagasan dan dinamika > Kompasiana. Saya mengikuti beberapa menit penjelasannya. Jam dua > lewat, sesi berikutnya adalah bincang-bincang Kompasiana. > > Saya menyampaikan beberapa hal tentang pengalaman menulis di > Panyingkul dan alasan mengapa memilih bergabung di Kompasiana pada > akhir tahun 2009 lalu. Imansyah, Andy Syukri, dan beberapa Kompasianer > muda lainnya telah memberi pandangan dan masukannya, terkait aspek > teknis maupun jalinan kekerabatan antar Kompasianer. > > Isjet dan Pepih yang duduk di depan memberi tanggapan dengan sangat > jelas. Sesekali memancing tawa dan memuji partisipasi aktif warga. > Satu hal yang saya petik dari komentar Kang Pepih atas eksistensi > www.panyingkul.com yang saya sebutkan sebagai model warga dalam forum > itu adalah betapa pentingnya membaca fakta, betapa pentingnya menulis > atas situasi faktual warga. > > Beberapa poin lain yang disampaikan peserta adalah bagaimana menjaga > supaya tulisan bebas komplain. Tapi, sekali lagi, bagaimanapun jika > tulisan itu berbasis fakta, tentu akan jauh dari protes atau komplain. > Mengemuka pula tentang tulisan yang terlalu menonjolkan konten porno > dan praktek copy paste yang oleh Isjet mesti melihat konteksnya saat > menjadi bagian tulisan. “Menulis penis atau vagina tentu bukan soal > asal sesuai dengan konteksnya,” Kata Isjet yang diamini Pepih. > > Pepih menegaskan, bahwa jika ingin jadi blogger mestinya praktek copy > paste itu dihilangkan saja. Sebab jika hanya mengkopi gagasan orang > lain, jadi untuk apa menulis?. Obrolan berjalan sangat cair dan > memukau. Beberapa peserta menikmati sajian makan siang pada saat sesi > diskusi berlangsung, beberapa lainnya mulai saling menanyakan nama dan > alamat email. Hingga akhirnya sesi itupun ditutup sekitar pukul 03.00 > sesuai jadwal. Sesi berikutnya adalah foto bareng dengan tulang > punggung Kompasiana dan para Kompasianer chapter Makassar. Kang Pepih > dan Isjet adalah incaran pada Kompasianer saat itu. Termasuk saya. > > Sebelum ke atas panggung, saya salami Musilimin alias Primus atau si > Pria Muslim, anggota blogger Anging Mammiri sekaligus pengisi kolom > opini beberapa media cetak. Juga, Imansyah Rukka, A Syukry Amal (ASA) > pegiat Organisasi Non pemerintah yang ternyata datang dari Palopo, > Luwu, 370 kilometer dari Makassar. > > Tentu saja saya juga bersalaman dengan beberapa kompasianer muda > lainnya, termasuk Yusran Darmawan yang curhat sedang dirundung duka > karena perkara hukum. Yusran digugat teman almamaternya karena > mengkritisi tingkah laku mereka. > > Menurut seorang anggota Kompasiana, Mbak Tyas, karena tulisan di blog > pribadinya Yusran saat ini diperiksa di Polsek Tamalanrea, Makassar, > Sulawesi Selatan. Sampai saat ini usaha damai masih tetap ditempuh > oleh pihak Yusran untuk diselesaikan secara kekeluargaan, namun > permintaan maaf tersebut tampaknya tidak digubris oleh pihak yang > bersangkutan. Kawan-kawan Kompasianer dengan tegas juga menunjukkan > dukungannya pada Yusran, termasuk Pepih Nugraha. > > Sebelum pulang, saya bertemu Amiruddin Pallawa Rukka, alias Amir PR > alias Angko (ini panggilan khusus saya saja ke beliau),dia salah satu > figur penting di segmen online Tribun Timur. Sahabat yang punya selera > humor di atas rata-rata ini persis sama dengan penggambaran saya > sebelum bertemu dengannya. Sangat menyenangkan. Banyak hal yang kami > bincangkan termasuk pentingnya mendukung kesadaran politik warga > dengan menulis, menulis adalah salah satu pilihan politik warga. > > Satu yang perlu ditempuh adalah memberi dorongan konkrit, moral dan > moril kepada Yusran Darmawan, blogger yang sedang didera perkara pelik > karena tulisan di blognya. Ayo dukung! > > Sungguminasa, 03052010 > > > -- >_____________ > www.denung.wordpress.com > www.denun.net > > > ------------------------------------ > > Komunitas Blogger Makassar > http://www.angingmammiri.org/Yahoo! Groups Links > > > > -- Salam, Ipul Pokoknya Pearl Jam, Titik ! ™ http://daenggassing.com http://bukitbaruga.wordpress.com/