Hehehe juga. Atau mungkin bisa ditengahi begini, ya.  Puisi yang bernuansa “spiritual” tidak bisa dipahami secara intelektual, sedangkan puisi “non-spiritual” perlu dipahami seperti anjuran guru Anda tersebut. Bagaimana? Atau mungkin pendapat skalaraslah yang paling aman, apapun bentuknya, puisi mesti didekati dengan memakai belahan otak kiri maupun otak kanan. J

 

Andy

 


From: ulysee [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, June 13, 2005 2:23 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Puisi Tionghua

 

Wah kok beda sama pendapat guru bahasa indonesia saya dulu yang bilang suatu puisi baru bisa dipahami apabila memakai semaksimal mungkin pengetahuan intelektual. Hehehe, itu kata dia waktu mbahas puisi AKU nya Chairil Anwar jaman saya masih SMP dulu, sebab katanyaaaaa untuk  membahas apa yang mau disampaikan oleh si AKU ternyata harus paham dulu selain biografi pengarang juga latar belakang sejarah, ekonomi dan politik jaman puisi itu ditulis.

 

ZFY-xiong bukunya udah terbit ya? Judulnya apa boleh tau ndak?

 

-----Original Message-----
From: als [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, June 13, 2005 10:24 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Puisi Tionghua

 

Maafkan saya karena ikut nimbrung.  Menurut saya, puisi sebaiknya dinikmati dan dipahami dengan “bahasa hati”, alih-alih memakai kacamata pengetahuan intelektual kita.  Itulah sebabnya sangatlah sulit bagi kita untuk men’decode’ apa yang ingin disampaikan oleh sang pujangga bila kita mencoba mengunyah-ngunyah puisinya dengan ‘otak kiri’ kita.  CMIIW.

 

Andy



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




Yahoo! Groups Links

Kirim email ke