Stevan saya adalah 3rd generation - My grandfather asal China - ini dari father'. Kalau dari ibu sudah tidak tahu berapa generation. Isteri saya asal china dan lahir diChina - dan karena itu bah rumah adalah mandarin dan English - saya tinggal diUSA.
Sewaktu saya diIndonesia saya pertama2 sekolah belanda sebab ayah saya engineer - jadi harus memakai bah ini. Jaman 50-60 saya sekolah memakai bah. Indonesia dan kemudian saya graduate dan postgraduate study di Europah, sebelum pindah ke US.
Yg saya tulis adalah pengalaman hidup saya dan adalah advies saya kepada yg masih tinggal diIndonesia - agar mereka jangan frustrated dgn keadaan mereka.
 
Jaman sekarang menurut undang2 China keadaan seperti orang yahudi -kewarganegaraan berdasarkan keturunan tidak dipakai lagi oleh China. Kalau yg dipakai sekarang adalah peraturan secara logic.  Contranya berdasarkan keturunan adalah berdasarkan tanah lahir seperti diUS. Didalam dunia ini hanya orang yahudi - memakai keturunan untuk mendapat paspor Israel.  Negara china -mainland tidak memakai peraturan tsb - jadi kalau lahir diluar china dan tidak tinggal didalam china - kamu orang asing. Saya kira ini juga berlaku sekarang untuk Taiwan not clear yet - karena peraturan2 sekarang dirubah - mungkin sdr Rinto dpt menjawab.  PP-10 adalah exception of the rule dan tidak dpt dipakai sebagai patokan untuk China atau Taiwan. Dulu memang keturunan 2nd generation masih diakui sebagai WN China tetapi entah sekarang. Meskipun isteri saya, bekas officer chinese army dan keluarganya dari grandparent dekat sekali dgn pres. Chiang dia adalah WN US dan anak2 kita akan pegang senjata untuk US. 
 
Sdr Stevan adalah 100% warga Indonesia dan WN Indonesia jadi meskipun ayah masih berhubungan ini untuk political status tidak berarti. Saya juga masih ada hubungan keluarga dekat diChina dan Taiwan dan kuburan keluarga masih disana. Tetapi seperti orang2 ket, chinese yg tinggal diUSA sekarang - mereka first are US-citizen dan may be mereka masih ingat keturunan mereka. Kalau perang melawan China --  mereka adalah tentara US asli. Sekarang sdr Stevan berpikir kalau perang nanti anak2 sdr akan memegang senjata untuk siapa? Untuk Indonesia atau untuk China. Dimata dunia luar inilah keadaan saudara.
 
Saya ini dulu WN Indonesia dan kel. saya 100% untuk presiden Sukarno - [Ayah saya meskipun 2nd generation - diakui sebagai veteran perang kemerdekaan RI] - dan akibatnya saya diluar negeri juga diblacklist dan hilang paspor [jaman Suharto]. Baiknya dapat paspor Belanda dan kemudian Suriname. Sekarang saya pegang paspor US.
Saya juga melihat masyarakat china diseluruh dunia dan sayapun tahu bagaimana kalian sebagai yg unwanted diindonesia.  Dinegara Europah atau USA ataupun diLatin America. 2nd generation sudah bertindak dan hidup sebagai pribumi dan tidak hidup seperti orang asing seperti diIndonesia dgn theori2 politik jaman 1930'an - ingat pres Fujimori dari Peru dia 2nd generation [ ini sudah tidak diakui wn japan lagi].
Pertanyaan yg sdr harus berikan - kel. saya mau hidup dimana. Kalau seperti sdr KingHian - dia bilang dia lahir, hidup dan mati diIndonesia meskipun dia adalah 2nd generation chinese -nah live like him. Lihat presiden Philipine Corry dia juga 2nd generation chinese. Kalau sdr Hadinoto - dia lahir Indonesia tetapi anak2nya lahir Oesterreich - memang masih ada hubungan darah tetapi kalau perang anaknya memegang senjata utk Oesterreich dan bukan utk Indonesia. Saya communicasi dgn bah mandarin dan dulu harus ngerti cantonese dgn mertua - diCaribean harus memakai hakka - tetapi saya tidak menanggap diri saya orang cina dan saya merasa lebih dekat dgn orang jawa diSuriname 20% jawa dgn orang cina disana - meskipun kedua suku menerima saya sebagai saudara satu keturunan.. Saya lebih senang makan sayur asem dawet, sate etc daripada makan hungsaw atau panggang babi.
Cerminkanlah diri kita terhadap reality dan nanti kita harus mengambil kepurusan sendiri
 
Dulu jaman PP-10 banyak yg hue kuo  tetapi mereka semua keluar dan hanya beberapa yg masih tinggal diChina. Aneh bukan - biasanya yg pulang adalah 1st atau 2nd generation - jadi lahir dichina  atau anak mereka. Inilah keadaan diChina -mainland. Member yg tinggal diCanada silahkan berikan kommentar.
 
Andreas
 
 
Inilah keadaan saya dan saya tahu posisi saya didunia ini dimana. Saya hidup diCalifornia dan tidak merasa diri saya minority. Kalau saya dulu pulang keIndonesia dan tidak ada Orba saya juga hidup 100% sebagai WN asli. Inilah advies yg saya ingin berikan kepada generasi2 yg diIndonesia agar mereka jangan frustrated atau hilang basis untuk penghidupan.
 
 
 


stevan_nio <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Andreas :
> Saya ingin menanya kenapakah setelah ratusan tahun - sejak Mojopahit
atau mungkinpun sejak sebelumnya kalian menetap diIndonesia kalian
masih atau ingin  memakai istilah tionghoa dan pribumi. Jikalau kalian
bukan termasuk new immigrant atau keturunan yg pertama atau kedua -
kalian semua adalah pribumi. Kemunkinan besar pun yg kalian sekarang
sebut pribumi bukan penduduk yg asli dari daerah. Penduduk yg asli
daerah atau pribumi adalah keturunan yg dari Indonesia timur -
australia, polynesia etc. Yg lain kalau melihat sifat kalian semua
adalah campuran pribumi asli dgn suku2 dari Asia timur. Kalian semua
serupa dgn orang Thai atau orang Kampuchea atau Myanmar. Kalau kalian
keluar Indonesia kalian juga diklassifikasi sebagai orang Indonesia
[so-east asian]- dan bukan sebagai tionghoa atau chinese.  Yg bukan
first atau second generation - kalian semua sudah menjadi pribumi dari
Indonesia -by marriaga, tradition or other feautures. Mungkin yg
menghubungkan kalian dgn china hanya agama -
>  seperti tridarma dan ritual yg masih kalian pakai dan kebudayaan
sehari2 yg sulit ditinggal..

> Dgn membaurnya kalian secara agama, nama, pakaian dan tradisi2
setempat kalian 100% adalah pribumi Indonesia. Diluar Indonesia kalian
tidak diterima sebagai chinese -hokkian, hakka, etc. Bah. daerah
kalian adalah sunda, jawa dan bukan hokkian atau sechuan. Bah mandarin
yg dipakai adalah seperti bah Ingeris untuk kalian - bah asing yg
dipakai untuk international kommunikasi - bukan bah. rumah. Kalaian
kalau cari makanan pasti cari sate, soto, semur, rendang etc dan bukan
haysomcah, saomay atau capcay. Pakaian ibu kita adalah kebaya bukan
cheongsam - kita makan pakai tangan/ sendok dan bukan sumpit.

> Memang kita harus menghormati heritage kita yg beraneka macemnya
tetapi selain itu kalian adalah 100% pribumi.  Mungkin karena kalian
diindonesia dimasukkan kedalam suku cina dan karena kalian tetap
berpikir dan bergerak sebagai cina tetapi kalau kalian keluar
Indonesia kalian akan mengerti keadaan.
> Diluar negeri oleh karena bah sehari2 bukan chinese tetapi indonesia
- kalian sudah diklassifikasi sebagai so east asian dan bukan chinese.
Dari sifat2 charakteristic genetic, kalian juga so-east asiannya
keluar. Kalian diluar negeri dapat disebut indonesian "chinese" tetapi
lebih banyak kalian diklassifikasi sebagai indonesia "jawa" Kalian
dipandangan mata dunia sama dgn orang Thai atau Philipine yg nenek
moyang mereka asal china - tetapi sudah membaur menjadi penduduk
setempat.[ lihat Pres. Corry Aquino atau PM Chuan Leekpai] Mereka ket.
Hokkian tetapi act 100% sebagai wakil negara mereka. I am sure Corry
Aquina masih berbah. hokkian atau mandarin [system pendidikan
philipine] tetapi dia adalah 100% philipine dan bukan chinese. Saya
kira PM Chan juga bisa mandarin tetapi bah. Thai adalah bah utama dia.

> Email group ini  "budaya_tionghua" tidak salah dipilih sebab memang
kita bisa trace keturunan dan kebuyaan kita ke tiongkok [chungguo]
tetapi china adalah dalam imagination kita dan bukan dalam daily life
kita. Kita memang ingin preserve tradisi yg baik sebab a person w/o
culture is no person. Kita disini tidak menulis dgn huruf chinese
tetapi dgn bah indonesia.
> Saya personally didalam rumah memakai bah. mandarin dan english dan
tidak memakai bah. Indonesia sama sekali - tetapi saya tetap
menganggap diri saya indonesia descent. Diluar indonesia kalian yg
menyebut dirinya chinese oleh orang asing lain dan terutama oleh
chinese asal china di klassifikasi sbagai Malay-kuei 

> Ini email group sangat bemanfaat untuk menemukan identity kita -
sebab banyak tradisi2 disini dapat kita pelajari tetapi banyak juga
tradisi2 ini hanya kita pelajari sebagai curiosity. Saya beragama RK
tetapi sedari dulu saya senang mempelajari agama tridarma. Gereja RK
tidak melarang malah menganjurkan kita mempelajari agama2 lain - untuk
memperbaiki masyarakat kita semua. Waktu dulu malah pater kita juga
ikut bersama2 mempelajari mereka yg "kesurupan" atau segala macem
mystic yg dipakai oleh penduduk setempat seperti kuda lumping atau
jailangkung. Tetapi kita juga mempelajari holy spirit dari kaum advent
atau mystic orang hindu [kurang lebih sama dgn mystic jawa]
> Ini semua tidak salah dan hanya memberikan kita pengertian labih
mendalam mengenai diri kita. Para moderator email group ini berhasil
membersihkan pikiran2 member dari pikiran yg salah atau interpretasi
sesuatu yg tidak baik. Karena itu saya menulis story ini agar mata
kita dalam soal keturunan juga dibuka.


> Mungkin tulisan saya ini dibaca agak kasar -  I am sorry about it -
tetapi that's the reality Harap member disini jangan offended dan
terima keadaan. Jangan lupa memberikan pengertian ini kepada anak2
kalian.

Stevan Nio :
Terus terang saya kurang jelas duduk perkaranya dan apa yang
diperdebatkan. Saya adalah HuaYin, saya adalah generasi ketiga yang
tinggal di Indonesia, KongCo (dari mama dan papa) lahir di Hokkian.
Sampai sekarang kluarga atau teman papa & mama yang tinggal di Xiamen,
Lam Hwa, HongKong, Taiwan tetap berhubungan.
Saya nggak terlalu urusan orang lain menyebut saya apa, China,
TiongHua, HuaYin, Indonesia, Jawa atau apapun. Prinsip saya, adat &
tradisi leluhur adalah WAJIB dilaksanakan. Tidak usah terlalu banyak
argumentasi, kita usahakan dari disetiap aspek kehidupan kita mulai
dari agama, jodoh, adat, bahasa. Kita jangan lupa dengan asal-usul
kita, dan itu harus kita tekankan pada keturunan kita.

Orang Yahudi dulu menyebar ke penjuru dunia, tapi mereka selalu
memegang teguh persaudaraan dan keyakinan mereka. Walaupun terpisah
selama ratusan bahkan ribuan tahun, mereka nggak lupa asal-usulnya.
Lihat aja itu gerakan Zionis, sampai sekarang ini nggak ada matinya.
Kalau orang Yahudi bisa, kenapa orang keturunan TiongHoa malah
memperdebatkan hal yang sudah diketahui jawabannya & nggak bisa
bersatu. Malah saling menjelak-jelekkan, hanya demi uang ataupun agama
barunya.

Saya malah tertarik dengan perkembangan minat bahasa mandarin, saya
senang sekali kalau kelak ada sekolah yang berdasar agama KongHuCu.






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke