Wah, rupanya saudara ini sudah terjebak pada pola berpikir ideologis!!!
 
dulu sekali di tiongkok komunis, setiap karya seni budaya, selalu diteropong dengan sudut pandang ideologi, sampai2 ada cap sastra progresif dan sastra reaksioner. cap Arsitektur sosialis dan Arsitektur Kapitalis!!!!
 
Sekarang tiongkok sudah banyak berubah, mereka sudah mulai mendudukkan seni budaya pada tempat yang sebenarnya. tapi,  tak disangka, dunia barat malah berprilaku kebalikan, sekarang mereka malah selalu memandang semua karya dari daratan Tiongkok  dengan kacamata penuh curiga, semua karya seni dilihat dari sudut pandang politis ideologis . mereka sibuk membedah, apakah karya ini termasuk yang anti pemerintah atau yang pro? 
 
salam,
Zhou Fy
----- Original Message -----
Sent: Saturday, August 13, 2005 12:39 AM
Subject: [budaya_tionghua] Zhang Yimou Road Home

Kawan Herman,
 
Aku mencoba memberikan tulisan singkat mengenai inti film "The Road Home" tersebut, tentunya dari sudut pandangku sendiri.
Pertama, perlu diketahui, Zhang Yimou (55 tahun) adalah sineas besar China yang sering dituduh Pemerintahnya sendiri sebagai pembangkang, penentang kebijaksanaan komunis. Akibatnya sebagian filmnya dicekal, dilarang beredar di dalam negeri sendiri (!). 
Sejak film debutnya sebagai sutradara, "Red Shorgum" (1988) disusul kemudian; "Ju Dou", "Raise the Red Lantern", "Not One Less", "Story of Qiu Ju", sampai yang terbaru, "Hero" (2003) dan "House of the Flying Dagger" (2004), hakekatnya dengan lihai ia selalu menyusupkan kekhasan tradisionil budaya China.
 
Menurut hematku, Zhang seperti mau bilang pada seluruh dunia, "Jangan percaya kalau 1,5 miliar penduduk RRC adalah lahir-bathin komunis semuanya!" Terus-terang masih ratusan juta orang yang beragama Islam, Kristiani, Buddha, dan lain-lainnya. Terlebih lagi yang masih menjunjung tinggi budaya leluhur dari Khong Hu Cu.  
Nah, kembali pada fokus utama kita film "The Road Home" yang diangkat dari novel "Remembrance" ("Wo De Fu Qin Mu Qin", Kisah Ayah dan Ibuku) karya asli Bao Shi. Secara sangat halus Zhang memasukkan unsur-unsur kepercayaan tradisionil.
Antara lain; ketika penduduk desa bergotong-royong membangun rumah sekolah, maka seorang gadis, Zhao Di (diperani Zhang Zhiyi), menenun kain merah untuk diletakkan di bubungan. Ini kepercayaan rakyat untuk mengusir bala, agar rumah tersebut awet. Maka Pak Guru Luo Changyu (diperani Hao Zheng) tak mau memasang plafon (langit-langit) agar ia bisa memandangi kain merah tenunan gadis bermantel merah itu.
 
Setelah Changyu meninggal, Zhao Di yang sudah tua (dimainkan oleh Yulian Zhao) memaksakan diri menenun kain penutup peti matinya. Padahal anaknya, Yusheng (Sun Honglei), yang sudah menjadi pengusaha kaya, ingin membeli kain serupa di toko.
Zhao Di tua juga berkeras menolak peti mati dibawa dari rumah sakit di kota ke kampungnya dengan menggunakan mobil atau traktor. Menurut kepercayaan leluhur peti mati itu mesti digotong kembali ke jalan kampungnya sampai ke pemakaman. Yusheng mematuhi kehendak ibunya dan meminta Kepala Desa membayar tukang gotong peti mati, kalau perlu menyewa orang dari kampung tetangga.
Namun ternyata mantan-mantan murid mendiang Pak Guru berdatangan hingga jumlahnya lebih dari 100 orang  dan mau bergantian menggotong peti mati sambil bersorak di setiap persimpangan jalan, sesuai adat zaman dulu.
 
Perlu ditekankan, cerita ini bersetting tahun 1960-an ketika pemerintah komunis dengan kejam melarang semua acara tradisionil dan kepercayaan yang mereka tuduh takhayul. Bagi yang melanggarnya bisa dikenakan sanksi dan hukuman berat!
Namun semua penduduk desa mendukung kemauan Nenek Zhao Di, termasuk Kepala Desa, juga tak mempedulikan larangan pemerintah komunis, tetap bertekad mewujudkan berbagai ritual tersebut ...
 
Begitu pesan yang tersirat dan disampaikan oleh Zhang Yimou bersama Bao Shi di balik romantisme percintaan tempo doeloe antara seorang guru pendatang dengan gadis desa nan mengharu-biru! Hebatnya Zhang menyampaikannya dengan sangat halus hingga pihak sensor dari pemerintah sekali lagi terkelabui. Pesan yang baik memang disampaikan dengan secara tak menggurui namun terselimuti, bak pil pahit yang dibungkus dengan gula  ...
Yan      

 


.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke