Untuk pak ABS, saya hanya mau mengklasifikasi, berbagai istilah (cina) yang kelihatannya sama, tapi sebenarnya mengandung nuansa politis yang berbeda, kita harus peka membedakannya:
- China : istilah resmi dalam Bahasa Inggris, resmi digunakan PRChina maupun pemerintah Taiwan . - Tjina/ Cina : istilah Melayu, dipakai resmi di Malaysia dan Pra Indonesia (sebelum perang kemerdekaan). dizaman Orla, istilah resmi yang dipakai " Tionghoa", "cina" tak digunakan lagi di forum resmi, kenotasinya berubah menjadi rendah menghina. istilah ini kembali dipaksakan pemakaiannya secara resmi di zaman orde baru, memang dimaksudkan untuk merendahkan.. - Tjena/ Cena : istilah dalam bahasa Jepang, konotasinya menghina merendahkan.PRChina juga menolaknya. - Tjino/ Cino: istilah dalam bahasa Jawa, umum dipakai, konotasinya netral, kata halusnya Cinten, tapi jarang yang pakai. - Tionghoa: hanya ada di Indonesia, adaptasi dari bahasa Hokkian " Zhong Hua ", awal penggunaannya merupakan kesepakatan nasional. Salam, ZFy ----- Original Message ----- From: "Akhmad Bukhari Saleh" <[EMAIL PROTECTED]> To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com> Sent: Tuesday, February 14, 2006 2:10 PM Subject: Adakah dokumen resminya? (Re: [budaya_tionghua] Re:Min Hui Re: istilah TIONGHOA) > > ----- Original Message ----- > From: ChanCT > > Saya kali ini tidak bermaksud membahas kontroversi istilah Tionghoa vs. Cina, biar itu lain kali saja. > Hanya ingin tahu catatan sejarah tentang 'korespondensi diplomatik' yang empat ini, apa betul ada? > > Apakah ada catatan resmi mengenai nota-nota diplomasi sebagaimana yang tersebut di posting Chan-heng ini, yang terkesan seperti telah terjadi balas-membalas nota, sekurang-kurangnya 4 kali jawab menjawab? > > Untuk yang ke-1), nota protes keras diplomatiknya itu nomor berapa, tanggal berapa, ditandatangani pejabat tingkat apa, dan ditujukan ke lembaga pemerintahan Indonesia yang mana? > > Kemudian untuk yang ke-2), apakah betul ada pertukaran nota diplomatik yang menyatakan bahwa, setelah terjadi balas membalas nota, akhirnya terjadi pembekuan hubungan kedua negara terbesar di dunia ini, hanya atas dasar persoalan istilah "cina/tjina" vs "tiongkok/tionghoa"? > > Kemudian untuk yang ke-3), apakah betul ada pertukaran nota diplomatik yang membahas persyaratan pencairan hubungan diplomatik antara kedua negara terbesar di dunia ini, yang hanya dapat berlangsung berdasarkan pada tercapainya kesepakatan penggunaan istilah "cina" vs "tiongkok/tionghoa" di mana pihak satu resmi meminta dirubah, sementara pihak lainnya ngotot mempertahankan? > > Kemudian untuk yang ke-4), apakah betul ada pertukaran nota diplomatik yang menunjukkan pemerintah Indonesia ngotot menggunakan istilah "cina", lalu pemerintah Tiongkok mengalah soal istilah "tiongkok/tionghoa", dan akhirnya kedua pemerintah mencapai kompromi pada istilah "china" alih-alih "cina"? > > Kalau untuk yang ke-1), ke-2), ke-3) dan ke-4 di atas ini tidak pernah ada nota diplomatik yang resmi, lalu apakah ada dokumen tertulis dalam bentuk lainnya yang dipertukarkan antara kedua belah pihak, baik secara resmi maupun secara 'di bawah meja' (misalnya disamarkan sebagai dokumen perjanjian perdagangan)? > > - - - - - > > Kalau betul ada nota diplomatik yang ke-1), menarik untuk menyimak di konsideran nota tersebut, apakah dasar protes itu adalah: > A. Karena Pemerintah RR Tiongkok/Tjina/Cina/China menolak disebut "cina/tjina", dan ingin disebut "cungkuo/tiongkok/zungguo", karena kata "cina/china/zhina" itu istilah yang menghina? > (Kalau benar yang butir-A ini, maka berarti tentunya ada juga protes keras ke pemerintah Jepang yang konon katanya memulai penggunaan kata "china/tjina/cina" sebagai penistaan, dan kepada Majelis Umum PBB yang resmi menerima Tiongkok masuk PBB dengan nama "china". Protes-protes ini tahun berapa ya? Tentunya juga akan ada ke negara-negara lainnya yang sampai sekarang masih memakai istilah "china") > > B. Atau karena Pemerintah RR Tiongkok/Tjina/Cina/China menolak penyebutan "cina", tetapi tidak menolak disebut "tjina" atau "china", karena kata "cina" dianggap menista, tetapi kata "tjina/china" tidak dianggap menista? > (Kalau benar yang butir-B ini, berarti pemerintah di cina/tjina/china/tiongkok/cungkuo/zhungguo menolak perubahaan ejaan bah. Indonesia dari ejaan Suwandi menjadi EYD, suatu intervensi urusan dalam negeri negara lain) > > C. Ataukah karena Pemerintah RR Tiongkok/Tjina/Cina/China menolak penyebutan "cina" atas dasar menolak dituduh terlibat dalam G-30-S, karena mengasumsikan perubahan istilah itu merupakan implikasi tuduhan Indonesia tentang keterlibatan RRT itu? > (Kalau benar yang butir-C ini, berarti ketika tercapai kompromi penggunaan istilah "china" alih-alih "cina", maka pada hakekatnya pemerintah RRT menjadi mengakui keterlibatannya dalam G-30-S, walaupun mungkin secara partial) > > - - - - - > > Sepanjang pengetahuan saya yang terbatas, untuk semua yang tersebut ke-1), ke-2), ke-3) maupun ke-4), tidak pernah ada pernyataan sikap resmi dari kedua belah pihak, baik yang tertuliskan, terlisankan maupun terkesankan (dalam kalangan diplomatik, 'terkesankan' juga dapat berlaku resmi). > > Sehingga karenanya, dengan sama sekali tidak ada buruk sangka pada Chan-heng, saya berasumsi bahwa semua yang empat itu hanya muncul berdasarkan reka-rekaan berbagai pengamat/analis yang bias saja! > > Karena itu akan sangat bermanfaat bagi kita semua, kalau dapat ditemukan dokumen resmi (mudah-mudahan Prof. Kong dapat membantu) sehingga terbantahlah asumsi saya ini... > > Wasalam. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/