Raumanen   
  Marianne Katoppo
  13 x 20 cm / 134 pp
  ISBN: 979-3019-28-x
  
  Metafor Publishing
  
  
  Jakarta tahun ’60-an. Raumanen seorang gadis Manado yang cantik, rajin, independen. Monang pemuda Batak flamboyan, doyan pesta, lengkap dengan sedan mengkilap nan mewah. Keduanya besar di Jakarta. Sebuah pertemuan yang berulang perlahan-lahan menyusupkan perasaan cinta yang tanpa disadari mengjungkirbalikkan dunia impian mereka.
  
  ***
  
  Di balik bahasanya yang indah, renyah dan lincah, Raumanen tidak melulu hanya bertutur tentang perjalanan cinta mereka. Karya fenomenal ini justru menyimpan semangat menjungkirbalikkan. Marianne Katoppo membedah makna cinta dengan laju tuturannya yang menggoyahkan dan merubah pandangan kita tentang konsep-konsep cinta. Kelindan cerita dibalut dengan ketegaran perempuan bersama kepengecutan laki-laki. Bahkan benturan-benturan yang dihentakkan lewat kupasan identitas kesukuan, pertanyaan tentang ‘orang Indonesia’ bahkan apa itu keimanan dalam Raumeanen menjadi semacam lantunan harmoni yang telah menghantarkan novel sekaligus penulisnya meraih penghargaan.
  
  Raumanen, terbit pertama kali tahun 1977. Beberapa tahun selanjutnya novel ini meraih tiga hadiah sastra. Pemenang Sayembara Menulis Dewan Kesenian jakarta 1975, Hadiah Yayasan Buku Utama 1978, dan Sea Write Award 1982.
  
  ***
  
  
  
  Nikmat ceritanya itu sendiri kita dapatkan oleh gaya berceritanya yang halus, lembut dan terpelajar. Tanpa banyak membuang tutur Marianne Katoppo melukiskan adegan demi adegan ceritanya… Novel ini telah memberikan lebih daripada yang kita harapkan dari jenisnya. Dikerjakan dengan ketrampilan teknis bercerita dan perasaan halus seorang wanita.
  
  Jakop Sumardjo, Kritikus sastra  
  
  Kekuatan Marianne Katoppo adalah kekuatan seorang feminis. Pada novel Raumanen, Marianne Katoppo menulis reaksinya terhadap dunia modern.
  
  
  Gampang memang untuk membaca novel ini sebagai kisah cinta bertepuk sebelah tangan…, tapi pergulatan di dalam hati tokoh-tokohnya yang digambarkan secara cermat, dan tabrakan-tabrakan yang terjadi antar mereka dan adat daerah mereka masing-masing, menjadikan novel ini sebuah saksi penting kondisi sosial waktu itu…, dibaca sekarangpun novel ini tetap menghanyutkan…, Gayanya realis, tapi banyak pertanyaan-pertanyaan abstrak yang melandasi ceritanya.
  
  Pam Allen, University of Tasmania  
  ***
  
  cuplikan bebas
  
  Tadi malam aku bermimpi tentang Raumanen. Rupanya kuteriakkan namanya—karena ketika aku bangun, gemetar dan basah keringat, nama itu masih bergema dalam kepekatan kamar tidurku.
  
  Sesaat aku tak tahu di mana aku berada. Lalu istriku menyalakan lampu. Dipandangnya aku dengan muka cemberut, mata menuduh. Jadi kutahu, benar tadi kuteriakkan nama kekasih itu. Sungguh tak termaafkan, dan pasti menyayat hati istri yang setia.
  
  Aku bangkit dari ranjang, keluar dari kamar tidur yang menyesakkan nafas itu…
  
  Aku masuk ke kamar kerjaku…
  
  Abu rokokku jatuh ke atas foto itu. Barangkali lebih pantas kalau air mata. Berbahagialah orang, yang sanggup menyalurkan derita hatinya dengan mencurahkan air mata! Kalau aku, derita itu malahan membakar jiwaku. Hingga akhirnya kering, tandus, menjadi abu.
  
  Ah, mungkin aku harus pergi menengok Raumanen.
  
  

           
---------------------------------
Yahoo! Messenger with Voice. PC-to-Phone calls for ridiculously low rates.

[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke