http://kompas.com/kompas-cetak/0607/15/utama/2808811.htm
      Sabtu, 15 Juli 2006  
     
     
     

      Seni Perkawinan
      Sambutan dari Atap Cinta 


      BRE REDANA

      Acara resepsi perkawinan berubah menjadi peristiwa kebudayaan dalam 
ukuran "sangat penting". Barangkali hanya pada sosok khusus seperti dr Oei Hong 
Djien saja hal itu bisa terlaksana. 

      Kalau hanya soal kemewahan, banyak orang bisa menyelenggarakan. Pesta 
perkawinan superbesar-besaran, supermewah (dan supernorak) berlangsung di 
mana-mana. Bedanya dengan yang diselenggarakan Oei Hong Djien adalah kebesaran 
pesta telah melampaui batas peristiwa keluarga dan berubah menjadi peristiwa 
kebudayaan—menjadi tonggak penting, khususnya dalam dunia seni rupa Indonesia. 

      Itulah yang terjadi ketika OHD—begitu Oei Hong Djien sering 
disebut—mantu, menikahkan anak lelakinya, Ignatius Igor Rahmanadi, yang 
mempersunting Letty Surjo. Resepsi pernikahan berlangsung, Sabtu (8/7), di 
Magelang, Jawa Tengah. 

      Sebelumnya, bagi yang kurang mengenal OHD, pria berusia 67 tahun ini 
dikenal sebagai kolektor lukisan. Ia adalah pedagang tembakau, atau kalau mau 
lebih tepat lagi, grader untuk PT Djarum Kudus. Gelar dokter di depan namanya 
diperoleh dari Universitas Indonesia, dilanjutkan spesialisasi yang didapat 
dari Belanda. Jadi, ia memang dokter beneran, "dokter tembakau", dan "dokter 
lukisan". 

      Namanya sebagai kolektor tak hanya dikenal di seputar Magelang di mana ia 
tinggal, tetapi di kalangan seni rupa di seluruh Indonesia serta di berbagai 
negara seperti Singapura, Hongkong, dan lain-lain. Para peneliti seni rupa 
Indonesia dari berbagai negara tak akan merasa lengkap tanpa menjadikan OHD 
sebagai narasumber. 

      Kecintaannya pada lukisan tumbuh sejak dini dan kegiatan mengoleksi 
dimulai sekitar tahun 1965. Pada masa awal itu ia memiliki lukisan maestro 
dunia seperti Picasso, Van Gogh, Monet, Rembrandt, sebelum kemudian memberi 
perhatian kepada perupa Indonesia seperti Affandi, Hendra Gunawan, Sudjojono, 
Trubus, Rusli, serta Widayat (ini merupakan salah satu pelukis favorit OHD). 

      Ia bukan hanya mengoleksi, tetapi juga bergaul akrab dengan lingkungan 
pelukis. Ia punya minat khusus pada seni rupa kontemporer. Minat dan 
keakrabannya dengan dunia seni rupa kontemporer itu dalam beberapa hal telah 
melahirkan dinamika tersendiri bagi perkembangan seni rupa, khususnya di 
Yogyakarta. Tentunya tak akan banyak yang berkeberatan, kalau disebut, OHD 
punya peran khusus dalam perkembangan seni rupa kontemporer di Indonesia. 

      Karya terbaik 

      Sekitar 100 perupa penting Indonesia ambil bagian dalam menata tempat 
perhelatan. Dengan menyebar undangan sekitar 8.000 ditambah dengan pesan SMS, 
bisa dibayangkan tak bakal ada gedung pertemuan di Magelang yang bakal mampu 
menampung tamu sebanyak itu. 

      Untuk itu, dirombaklah sebuah gudang tembakau yang besarnya seperti 
hanggar pesawat terbang untuk menjadi tempat pesta. Persiapan pesta ini jelas 
berlangsung lama. Beberapa bulan sebelumnya pernah kami bertemu perupa Made 
Wianta dari Bali di bandara Yogyakarta. Ia baru saja dari Magelang untuk 
menggarap karya instalasi di langit-langit gedung "serba guna" itu. Seluruh 
langit-langit bangunan luas itu ia penuhi dengan daun-daun tembakau bikinan 
berukuran besar beraneka rupa. 

      Di tengah pesta, lampu ruangan dipadamkan, lantas daun-daun bergerak 
turun dalam sorotan tata cahaya berikut iringan musik yang dirancang khusus 
untuk itu. Happening art Made Wianta ini diberi nama "Sambutan dari Atap 
Cinta". 

      Karya Wianta hanya satu dari puluhan karya lain di tengah happening 
pernikahan. Masuk gedung, tamu sudah disambut dengan karya trimatra yang 
berbentuk bulatan dari tembaga, berjudul "Bulan Kalangan" karya pematung 
kenamaan G Sidharta Soegijo. Masuk ke dalam lagi, sudah menghadang karya Yayat 
Surya dari stainless steel berjudul "Kebahagiaan Ganda: Kala Rupa Series". 

      Ruangan resepsi diisi karya-karya trimatra seperti itu. Beberapa karya 
difungsikan sekaligus sebagai meja tempat makanan. Eddi Prabandono misalnya, 
membuat instalasi berupa tumpahan lampu tepat di atas salah satu meja makanan. 
Di seluruh dinding dipajang karya-karya lukis. Untuk menyebut nama-nama para 
perupa dalam hajatan ini antara lain Agus Suwage, Galam Zulkifli, Eddie Hara, 
Heri Dono, Nyoman Erawan, Pupuk Daru Purnomo, Ivan Sagito, Nindityo Aripurnomo, 
Yuswantoro Adi, Yani Mariani, Samuel Indratma, dan lain-lain. 

      Tidak mungkin menyebut semua nama mereka dalam ruang terbatas ini. 
Apalagi membahas karya mereka satu per satu. Yang jelas, para perupa ini 
sebagian besar menyumbangkan karya yang benar-benar baru untuk OHD. Karya 
mereka kalau kita mengenal karya-karya sebelumnya, bisa dibilang umumnya juga 
merupakan karya terbaik. 

      "OHD dreamland" 

      Karya-karya seni kontemporer itu dalam resepsi dihadirkan sekaligus di 
tengah suasana ingar-bingar pesta yang menggelar apa saja seperti layaknya 
pasar malam. Ada panggung besar untuk band. Di depannya lantai dansa berukuran 
luas tempat para kenalan OHD, om-om dan tante-tante berdansa-dansi (OHD memang 
hobi dansa). Di dalam gedung ada kegiatan melukis potret para tamu oleh perupa 
seperti Ugo Untoro, S Teddy, dan Bob ’Sick’. Di pinggir gedung, ada kegiatan 
meramal nasib dari seorang peramal, pijat refleksi oleh sejumlah pemijat, 
stan-stan makanan dan jajan rakyat, dan lain-lain. Tepat yang dikatakan seniman 
setempat Sutanto, tempat itu telah menjelma menjadi "OHD Dreamland". 

      Seluruh hotel di Magelang penuh. Para tamu dari luar kota dan luar negeri 
menginap kalau tidak di Yogyakarta juga di Semarang. Apa dan siapa tamu yang 
hadir menunjukkan siapa OHD di tengah masyarakatnya. Para tamu terdiri dari 
kritikus, kolektor, art dealer, ilmuwan, pengusaha, para seniman baik yang 
perlente sampai yang kucel, kontras dengan pemilik galeri yang cantik 
kinyis-kinyis. Semuanya menyatu tanpa batas, termasuk dengan masyarakat 
Magelang kenalan OHD. 

      Cara Anda berpesta menunjukkan siapa Anda. Lalu siapa OHD? Dia adalah 
sosok tanpa pretensi, menghadirkan apa saja. Pokoknya semua orang senang, tak 
ada sekat-sekat dalam dirinya, mencampur semua kalangan dari orang kebanyakan 
dengan para seniman kontemporer: menghadirkan seni kontemporer di tengah 
masyarakat. 
     



[Non-text portions of this message have been removed]






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Check out the new improvements in Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/6pRQfA/fOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke