Sdr. Andreas, 

Memang benar bahwa dulu huruf Hanzi tak bisa dipakai mengirim telgram karena 
jumlah yang terlalu banyak, karena itu tiap huruf diberi nomor, kalau tak salah 
4 angka, jadi total bisa sekitar 9999 buah huruf, tentu ini cukup untuk berita 
biasa, kalau untuk mengirim huruf-huruf kuno ada tambahan lagi, tapi dulu saya 
hanya punya untuk yang biasa itu. Pemerintah termasuk imigrasi menggunakan kode 
ini untuk nama-nama Tionghoa dalam semua dokumen ke imigrasian.
Sekarang saya tak tahu di Taiwan bagaimana, tapi di daratan mereka menggunakan 
Hanyu Pinyin dengan tambahan tanda nada hanya pada tempat-tempat yang bisa 
meragukan arti. Dulu saya selalu mengikuti perkembangan itu, tapi setelah putus 
hubungan diplomatik dengan RRT menjadi kehilangan jejak, entah cara mereka 
sekarang bagaimana?  Bukunya pun saya buang ketika ada larangan menyimpan buku 
berbahasa Tionghoa.
Hanya itu yang saya tahu, mungkin ada yang masih punya tambahan,.
Salam
Liang U


----- Original Message ----
From: ANDREAS MIHARDJA <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Sunday, December 24, 2006 5:19:04 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nama mandarin di ktp

Sewaku saya dulu membantu penduduk immigrant pertama mendapat surat2 I.D 
mereka, pemerintah memakai coding untuk nama2 huruf2 cina. Saya tidak tahu 
mereka memakai system apa tetapi untuk setiap huruf mereka menemukan 4 number 
atau 5 Number combinasi. Umpamanya Chen mereka kasih nomor 11111 [?] Apakah ada 
yg masih ingat system ini. Ini system katanya dipakai untuk mengirim telegram 
jaman dulu sebab huruf chinese kaga bisa dikirim dgn morse tetapi kombinasi2 
angka2 dpt. 
Pada waktu itu kita didalam international business juga memakai phrase code 
kalau kirim telegram. 
Andreas 

King Hian <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:
encoding: unicode utf 8

ABS Lao Heng,
Justru di sinilah masalahnya, tidak ada satu pihak yang mempunyai otoritas 
untuk membuat standardisasi. Akhirnya ada banyak ejaan yang berlaku masing2.
Milis ini pun jelas tidak berhak membuat standardisasi ejaan dialek Tionghoa. 
Yang ada hanyalah ajakan untuk membuat dan menggunakan satu ejaan yang seragam, 
serta yang lebih mendekati pada pelafalan yang benar.

1. Masalah Latinisasi
Nama2 Tionghoa dulu dituliskan dalam huruf Latin dengan ejaan yang beragam, 
yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain di Indonesia. Dasar ejaan 
yang diambil sangat dipengaruhi bhs Belanda. Antara lain bunyi 'u', 'c', 'y', 
'j' ditulis 'oe', 'tj', 'j', 'dj'. Menurut saya, ini bukan ejaan van Ophuysen, 
karena ejaan van Ophuysen, Soewandi, serta EYD tidak membahas latinisasi 
istilah2 Tionghoa.

Ada beberapa bunyi dalam bahasa Hokkian yang dituliskan secara khusus, 
diantaranya:
a. bunyi sengau, dituliskan dengan huruf 'h'
Misalnya: shio (相 zodiak Tionghoa), she (姓 marga)
Penulisan ini tidak tepat, karena huruf 'h' juga digunakan untuk menunjukkan 
bunyi letupan. Sehingga pada beberapa kasus akan membingungkan apakah 'h' 
sebagai sengau atau letupan atau keduanya.
contoh: PHOA, apakah bisa diucapkan 3 macam:
- 'phua' (letupan), misalnya 'phua pne' (ç ´ç—… sakit)
- 'pnua' (sengau), misal 'pnua' (å Š setengah)
- 'phnua' (letupan + sengau), misal marga 'phnua' (潘).

Penulisan sengau dengan huruf 'h' juga sulit dilakukan pada bunyi yang diawali 
dengan huruf 'h' atau vokal. Contoh:
- 'hnia' (兄 kakak lelaki), dulu ditulis 'hia'
- 'wni' (黄 kuning), dulu ditulis 'oei' -> dalam ejaan baru ditulis 'ui'

b. bunyi 'ng', dituliskan dengan 'ung'
Dalam bhs Hokkian ada bunyi 'ng' yang dalam ejaan lama ditulis dengan 'ung'. 
Dalam bhs Belanda, huruf 'u' tidak digunakan sebagai vokal, sehingga digunakan 
untuk bunyi 'ng' ini.
Contoh: marga Thng (汤, Mandarin: Tang) ditulis Thung, marga Cng (庄 
Mandarin: Zhuang) ditulis Tjung. Untuk bunyi Thung, waktu itu digunakan 
penulisan Thoeng, contoh: marga Thoeng (ç«¥ Mandarin: Tong). Juga ada marga 
Tjoeng (钟 Mandarin: Zhong). Keduanya mayoritas adalah orang2 Hakka.
Waktu itu jelas perbedaan pengucapan Thung dengan Thoeng, dan Tjung dengan 
Tjoeng.
Ketika ejaan Soewandi digunakan, banyak orang yang mengubah penulisan 'oe' 
menjadi 'u', sehingga marga 'Thoeng' diganti menjadi 'Thung', marga 'Tjoeng' 
diganti menjadi 'Tjung'.

Saya beberapa teman yang bermarga Thng (汤) di Bogor, yang tahu bahwa marganya 
adalah 'thung', yang diucapkan dengan bunyi 'u'. Hal ini timbul karena masalah 
ejaan yang kurang tepat.

2. Penulisan sengau dengan 'n'
Ada beberapa versi menuliskan sengau, mayoritas memang menggunakan huruf 'n'.
Contoh:
a. Kaohue Lomaji (Ejaan Gereja) menggunakan 'n' yang ditulis naik keatas 
(superscript) . Karena penulisan seperti ini merepotkan, dan berpotensi salah 
baca, ejaan ini dikoreksi dengan penulisan dua 'n'
contoh: Tion Sam Hong menjadi Tionn Sam Hong

b. Kaogina (Monkey Boy), menggunakan 'n' setelah konsonan.
contoh: Dniu Sam Hong

c. Xiamen Daxue, juga menggunakan 'n' setelah konsonan.
contoh: Dniu Samhong

3. Bunyi panjang dan pendek
Bhs Hokkian memang mengenal vokal panjang dan vokal pendek. Dalam istilah nada 
bhs Tionghoa, bunyi pendek ini debut bunyi ru (入). Bunyi pendek ini sudah 
hilang dalam bhs Mandarin, tetapi ada dalam bhs2 dialek.

Bunyi GIE dalam Kwik Kian Gie (éƒ&shy;建义), bukanlah bunyi pendek. Dalam 
ejaan lama, bunyi pendek dituliskan dengan konsonan akhir: 'k' atau 'h'.
Contoh: marga Bai (白), ditulis PEK atau PIK (di Jateng/Jatim) , atau PEH (di 
Jabar).

Marga Kwik (éƒ&shy;) ditulis sesuai dengan penulisan bahasa Jawa, yang 
diucapkan KUE dengan E pendek. Orang Jateng, akan membaca KWIK secara benar: 
KUE (pendek), tetapi orang Jakarta akan membacanya: KWIK (seperti bhs Inggris 
QUICK).
Dalam ejaan yang diusulkan di sini, KWIK ditulis KUEQ. Di mana, Q untuk 
menunjukkan bunyi pendek, untuk menggantikan 'K' (sebagai penunjuk bunyi 
pendek). Karena, penulisan dengan 'K' akan rancu, apakah sebagai bunyi 'K' atau 
'bunyi pendek'.

Dalam logat Ciangciu 漳州, dikenal bunyi E kuat, seperti E orang Batak. 
Tetapi dalam penulisan ejaan lama, perbedaan ini tidak ditulis berbeda.
Contoh: Ma 马 (kuda), ditulis BE.

4. Latinisasi jaman dulu
Orang dahulu, memilih penulisan nama menggunakan huruf Latin, semata2 untuk 
urusan administrasi. Karena penguasa di Indonesia adalah Belanda, penulisan 
nama juga mengikuti bhs Belanda (dengan berbagai variasi lokal). Dan 
kenyataanya, latinisasi yang terjadi adalah latinisasi yang 'sembarangan' .
Hal serupa juga terjadi di mana2, termasuk negeri tetangga.
Karena itu untuk marga yang sama, kita bisa melihat penulisan yang 
bermacam-macam.
contoh:
Marga Huang (黄), menjadi OEIJ, OEI (Jateng Jatim), OEY (Jabar), NG (Riau), 
WEE (Singapura & Malaysia), OOI (Singapura & Malaysia), NG (Singapura & 
Malaysia).
Marga Yang (æ ¨), menjadi INJO, NJOO, NJO, JO, NYOO, NYO, YO, YEO (Malaysia 
Singapura), YEOH (Malaysia Singapura).
catatan: Semua variasi penulisan di atas adalah dalam dialek Hokkian.

salam,
KH

Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED] net.id> wrote:
Standardisasi? Standar dari sudut pandang otorita yang mana?

Misalnya, bagi kebanyakan orang, "thio" atau pun "tnio" sama-sama tidak 
menunjukkan kesengauan, lalu kenapa harus pilih "n"? Kenapa tidak "tngio", 
misalnya, atau entah apalagi.
Yang pasti ada beda antara "thio" dan "tio". Atau antara "tjio" dan "tjhio" 
(di ejaan baru menjadi "cio" dan "chio", barangkali)

Tentang "ie" seperti di "kwik kian gie" misalnya, jangan lupa bahwa memang 
ada beda bunyi antara "gie" dan "gi". Jadi tidak bisa begitu saja menetapkan 
bahwa "gie" harus diganti dengan "gi".
Yang "ie" itu menunjukkan bunyi "i" yang tajam, yang dalam bahasa Inggris 
ditulis "ee" seperti di "peel". Sedangkan kalau "i" saja (menjadi "kwik kian 
gi"), maka banyak orang akan membacanya sebagai bunyi yang mendekati bunyi 
"e" seperti di kata "inggris".

Tentang "kwee" (atau "kwik"), sebetulnya itu jelas bagaimana bunyi "e"-nya. 
Sedangkan kalau hanya "kwe" saja (satu "e"-nya) bisa "e"-nya orang Batak, 
bisa "e"-nya orang Jawa, dsb., yang berbeda-beda bunyinya.

Jadi, menurut saya orang jaman dului juga tidak sembarangan memilih 
pemakaian huruf-huruf, mereka juga mengacu pada suatu sistem dan standard 
tertentu.
Sehingga tidak dapat seenaknya saja 'distandardisasi' oleh kita-kita di 
jaman sekarang.
Satu-satunya yang dapat kita ubah hanyalah ejaan van Ophuysen dan ejaan 
Suwandi sekarang kita EYD-kan. Itu saja.

Wasalam.

============ ========= ========= ======

----- Original Message ----- 
From: King Hian
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Friday, December 22, 2006 10:09 PM
Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: nama mandarin di ktp

Di milis ini, beberapa kali dicoba untuk menggunakan ejaan yang 
'distandardisasi' untuk dialek2 Bhs Tionghoa yang ada di Indonesia.
Contoh:
Kwik Kian Gie adalah penulisan di Jateng. Kalau di Jabar, ia akan ditulis 
Kwee Kian Gie.
Hal ini akan membingungkan, karena itu diperlukan penulisan yang standard.

Kalau ditulis dengan ejaan yang pernah dirintis di sini , menjadi:
Kueq Kian Gi
catatan:
1. q adalah untuk menunjukkan bunyi pendek
2. bunyi GI, tidak perlu ditambahkan E di akhir kata, karena memang tidak 
ada bunyi E

Prinsip untuk ejaan yang diusulkan adalah:
1. diftong yang ditulis dengan 'y' (ay, oy, ey) ditulis dengan 'i' (ai, oi, 
ei)
2. diftong 'auw' ditulis dengan 'ao' -> hau/hauw ditulis 'hao'
3. diftong 'euw' (bhs Hakka) ditulis dengan 'eo' -> heuw ditulis 'heo'
4. bunyi 'ua' ditulis dengan 'ua' -> hoa, hwa ditulis 'hua', hoang, hwang 
ditulis 'huang'
5. bunyi 'ue' ditulis dengan 'ue' -> kwe ditulis 'kue'
6. vokal ganda, dibuat tunggal -> kwee ditulis 'kue', lee ditulis 'le'
7. bunyi 'i' ditulis 'i', bukan 'ie' -> liem ditulis 'lim', lie ditulis 'li'
8. bunyi 'eu' (bhs Tiociu dan Hokkian, seperti 'eu' bhs Sunda) ditulis 
dengan 'eu'
9. bunyi sengau ditulis dengan 'n' -> 'thio sam hong' ditulis 'tnio sam 
hong'
10. yang berbunyi awal 'u' ditulis dengan 'w' -> Oen ditulis 'Wun'
11. yang berbunyi awal 'i' ditulis dengan 'y' -> Im Yang ditulis 'Yim Yang'
12. ejaan lama diganti dengan ejaan baru -> oe menjadi u, dj menjadi j, tj 
menjadi c, j menjadi y

Contoh:
ejaan lama -> ejaan yang diusulkan
Liem Swie King -> Lim Sui King
Lim Tjoan Hok -> Lim Cuan Hok
Liem Seng Tee -> Lim Seng Te
Tan Joe Hok -> Tan Yu Hok
Tan Tjeng Bok -> Tan Ceng Bok
Oen Boen Ing -> Wun Bun Ying
Euw Jong Tjoen Moy -> Eoyong Chun Moi
Auwjong Peng Koen -> Aoyang Ping Kun/Peng Kun
Thio Tiong Gie -> Tnio Tiong Gi
Soe Hok Gie -> Su Hok Gi
Soe Hok Djien -> Su Hok Jin
Phoa Kheng Hek -> Phnua King Hik/ Keng Hek
Poo Tjie Gwan -> Pouw Ci Khuan

salam,
KH 

.

____________ _________ _________ _________ _________ __
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail. yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

[Non-text portions of this message have been removed]




__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke