Saya kutip ulang tulisan sdr.Rinto yang disimpan dalam arsip web 
budaya tionghoa. http://www.budaya-tionghoa.org/


Bahasa Mandarin: Bahasa Tionghoa (1) : Bahasa Han

 Melengkapi anggota milis yang masing2 punya spesialis di bidang 
dialek maupun bidang sastra, saya ingin menurunkan satu tulisan 
tentang bahasa Tionghoa. Mohon koreksi dan tambahannya bila dalam 
tulisan ini ada kesalahan maupun kekurangan. Sebelumnya saya dan 
Sdr. KH pernah berargumentasi mengenai perbedaan pandangan mengenai 
dialek2 dalam bahasa Tionghoa dalam satu kesempatan. 

Bahasa Tionghoa (Hua Yu) yang kita kenal sebenarnya adalah bahasa 
Han (Han Yu). Selain itu, bahasa Han juga dikenal dengan sebutan 
bahasa nasional (Guo Yu), bahasa China (Chung Wen). Bahasa ini 
karena penggunaannya sangat luas sehingga juga mempengaruhi bahasa 
lainnya di sekitarnya seperti bahasa Jepang, Vietnam dan Korea yang 
masih mempergunakan banyak frase dan tulisan Han dalam bahasa 
mereka. 

Bahasa Han adalah salah satu dari bahasa piktograf dunia yang 
berkembang sempurna. Walaupun pelafalan (prononsiasi) tiap2 dialek 
sangat berbeda namun dalam penulisannya (literatur), bahasa Han 
mempunyai tata dan struktur bahasa yang sama. Sebelum peristiwa 4 
Mei (Wu Shi Yun Dong) tahun 1919, literatur (penulisan) karakter 
bahasa Han disebut "Wen Yan" atau literatur klasik dan setelah itu, 
bahasa Han dalam tulisan yang kita kenal sekarang adalah bentuk "Bai 
Hua" atau bentuk umum yaitu bahasa yang dipergunakan sehari2. "Bai 
Hua Wen" ini didasarkan atas tata bahasa Han dialek Utara. 

Bahasa Han yang kita kenal sebagai bahasa Mandarin sekarang 
menggunakan dialek Beijing sebagai dasar pelafalan (intonasi), kosa 
kata dan tata bahasa. Sekarang ini digunakan sebagai bahasa resmi di 
Mainland China, Taiwan dan Singapura. Sedangkan HK dan Macau 
menggunakan dialek Kanton sebagai bahasa resmi mereka selain bahasa 
Inggris dan Portugis. Namun dalam literatur, Mainland China dan 
Singapura menggunakan Simplified Chinese (Jian Ti Zih) sedangkan 
Taiwan, HK dan Macau menggunakan Traditional Chinese (Fan Ti Zih). 
Simplified Chinese diperkenalkan oleh pemerintah Komunis pada tahun 
50-an sebagai penyederhanaan dari Traditional Chinese. 

Karena wilayah Tiongkok yang luas, walaupun literatur yang 
dipergunakan ada keseragaman dan bisa dimengerti oleh semua orang 
Chinese di baik di utara maupun selatan, namun dalam 
perkembangannya, pelafalan dan logat yang berbeda menghasilkan 
dialek yang berbeda juga. Malah bila sekilas didengar, maka setiap 
dialek sama sekali tak ada hubungannya dengan dialek lain maupun 
bahasa Han itu sendiri. Di utara, penduduk yang menggunakan bahasa 
Han dialek utara walaupun terpisah ratusan kilometer, masih bisa 
saling mengerti satu sama lain. Namun, di selatan terutama di 
propinsi Fujian, kadang2 penduduk yang sama2 menggunakan bahasa Min 
(Hokkian) yang cuma terpisah puluhan kilometer antara satu desa 
dengan desa lainnya tak dapat mengerti satu sama lain, inilah yang 
dibahas Sdr. KH dalam tulisannya tentang logat2 dalam dialek 
Hokkian. 



Bahasa Han yang kita kenal sebagai bahasa Tionghoa (Hua Yu) sekarang 
terdiri dari berbagai macam dialek. Saya lebih suka menggunakan kata 
dialek daripada bahasa daerah karena antara satu dialek dan dialek 
lainnya masih ada hubungannya. Lain dengan bahasa daerah Batak yang 
sama sekali lain dari bahasa daerah Jawa di Indonesia. 

Kembali ke topik, antara satu dialek dengan dialek lainnya terdapat 
perbedaan yang jelas dalam pelafalannya. Misalnya orang HK yang 
berdialek Kanton tak dapat saling mengerti dengan orang Beijing yang 
berdialek Beijing. Namun di antara dialek2 ini masih dapat disatukan 
dan disebut bahasa Han karena adanya kosa kata, struktur, tata 
bahasa dan penulisan (literatur) yang sama. Karena itu, walaupun 
antar dialek tak dapat saling mengerti satu sama lain, namun mereka 
dapat berkomunikasi dengan tulisan yang sama. 

Menurut ahli bahasa (linguis) luar negeri, bahasa Han sering 
dikelompokkan menjadi 1 dialek tersendiri yang setingkat dengan 
dialek lainnya. Namun ahli bahasa China sendiri lebih suka 
mengelompokkan dialek2 tadi sebagai dialek dari bahasa Han, 
sedangkan bahasa Han mengambil dialek Utara sebagai sumber kosa 
kata, struktur, tata bahasa dan nada (intonasi). Ahli bahasa 
mengelompokkan dialek2 dari bahasa Han tadi menjadi 7 dialek utama. 
Di dalam dialek utama tadi masih ada sub-dialek yang berbeda dalam 
pelafalan namun masih dapat dikelompokkan ke dalam dialek utama 
tadi. Sub-dialek inilah yang saya sebut sebagai logat karena masih 
dalam satu dialek. Logat Tai Shan dalam dialek Kanton adalah sedikit 
lain daripada logat orang HK. 

Ketujuh macam dialek tadi adalah : 

dialek Utara (Bei Fang Fang Yan) : Ini digunakan hampir seluruh 
penduduk di utara seperti Hu Bei, She Chuan, Yun Nan, Gui Zhou, Hu 
Nan utara, Jiang Xi, An Wei, Jiang Su. Wakil dari dialek ini adalah 
logat Beijing, Xi An, Nan Jing dan Cheng Du. Dialek utara menjadi 
standar dari bahasa Han yang sekarang kita kenal. Dialek utara 
dikenal dengan nama Pu Tong Hua di Mainland dan Guo Yu di Taiwan. 
Istilah Pu Tong Hua telah ada sejak penghujung dinasti Ching untuk 
memasyarakatkan dialek ini. Dialek ini digunakan hampir 80% penduduk 
China. Inilah salah satu faktor ditetapkannya dialek Utara (logat 
Beijing) sebagai bahasa persatuan di antara dialek2 yang berbeda. 



dialek Wu (Wu Fang Yan) : Dialek ini digunakan di selatan Jiang Su, 
Zhe Jiang dan Shanghai. Logat Shanghai menjadi wakil dari dialek 
ini. Digunakan sekitar 8.4% penduduk China. 

dialek Hakka (Khe Jia Fang Yan) : Dialek ini digunakan secara luas 
oleh orang Hakka di selatan, seperti timur Guang Dong, utara dan 
barat Fu Jian. Jiang Xi dan Guang Xi. Wakil dari dialek ini adalah 
logat Mei Hsien. Dialek ini terbentuk semasa perpindahan penduduk 
besar2an dari utara ke selatan. Di dalam dialek ini masih banyak 
ditemui frase dan kosa kata dari dialek Utara kuno. Dipergunakan 
oleh 4% penduduk. 

dialek Min (Min Fang Yan) : Digunakan di Fu Jian, Taiwan, Hai Nan, 
timur Guang Dong dan banyak orang China di Asia Tenggara. Dialek ini 
adalah dialek yang punya perbedaan besar antara logat2nya. Dibagi 
atas logat Min Utara (Min Bei), logat Min Timur (Min Dong) diwakili 
oleh logat Hokkian, logat Pu Hsian, logat Min Tengah (Min Chung) dan 
logat Min Selatan (Min Nan) diwakili oleh logat Xia Men. Perbedaan 
logat inilah yang telah diterangkan oleh Sdr. KH dalam tulisan 
sebelumnya. 



Masih ada argumentasi antara yang menganggap dialek Min adalah suatu 
bahasa yang sama sekali tak ada hubungannya dengan bahasa Han dan 
yang menganggap dialek Min adalah satu dialek dalam bahasa Han. Para 
pendukung pro-kemerdekaan Taiwan terutama ingin membuktikan bahwa 
dialek ini merupakan bahasa tersendiri karena ingin menghapuskan 
ciri2 ke-tiongkok-an pada mereka. Sedangkan saya merasa bahasa Min 
adalah salah satu dialek dalam bahasa Han karena saya masih dapat 
membaca karakter2 China dengan lafal Hokkian yang menunjukkan 
hubungan di antara kedua dialek tersebut. 

Pemerintah Kuomintang sebelum tahun 1980-an melarang penggunaan 
dialek Min (Taiwanese) dan Hakka selain daripada dialek Utara yang 
dianggap sebagai Guo Yu (bahasa nasional). Ini menyebabkan ekses2 
negatif yang menjadikan banyak orang Taiwan merasa dialek Utara sama 
dengan bahasanya orang Mainland Chinese yang idem dito dengan 
penindasan. Namun saat ini, dialek Min, dialek Hakka adalah 
setingkat dengan dialek Utara (Mandarin) dalam penggunaannya di 
Taiwan. Taiwan Selatan banyak menggunakan dialek Min (Taiwanese) 
dalam kehidupan sehari2 dan Taiwan Utara mayoritas menggunakan 
dialek Utara (Mandarin). 

dialek Kanton (Yueh Fang Yan) : Diwakili oleh logat Guang Zhou, 
terutama digunakan di Guang Dong, HK, Macau dan orang2 China di 
Amerika Utara dan Asia Tenggara. Dialek ini adalah salah satu dialek 
yang punya intonasi (9-10 nada) paling rumit di antara dialek dalam 
bahasa Han. Dialek ini merupakan dialek yang masih mengandung 
struktur bahasa dan pelafalan dialek Utara kuno dari masa dinasti 
Sui dan Tang (abad 7-10 Masehi). Jadi semasa kedua dinasti tadi, 
hampir penduduk China (utara dan selatan) berbicara dalam dialek 
Kanton. Inilah yang menyebabkan mengapa orang2 China di Amerika 
Utara dan beberapa negara di Asia Tenggara masih berbicara dalam 
dialek Kanton (dan mereka menyebut dirinya sebagai orang Tang). 
Dialek Kanton digunakan sekitar 5% dari jumlah penduduk. Ada 
penelitian yang menganalisa bahwa puisi2 dalam 300 Puisi Tang (Tang 
Shih San Bai Shou) dari dinasti Tang adalah lebih terasa maknanya 
dan lebih cocok bila dinyanyikan dalam dialek Kanton 

dialek Hsiang (Hsiang Fang Yan) : Digunakan di Hu Nan. Dibagi 
menjadi logat Hsiang Lama dan logat Hsiang Baru. Logat baru lebih 
menyerupai dialek Utara. Diwakili oleh logat Chang Sha dan 
dipergunakan sekitar 5% penduduk. 

dialek Gan (Gan Fang Yan) : Digunakan di Jiang Xi, selatan Hu Nan 
dan diwakili oleh logat Nan Chang. Digunakan sekitar 2.4% penduduk. 
Masih ada dialek kecil lainnya yang masih menjadi bahan perdebatan 
apakah dapat menjadi dialek atau hanya logat dari sebuah dialek. 
Namun tak jadi soal apakah menjadi dialek atau logat karena antara 
tiap logat maupun dialek masih ada hubungan yang dapat ditelusuri 
dari sejarah Tiongkok. 

Menelusuri sejarah perkembangan bahasa Han adalah suatu hal yang 
sangat menarik. Pengertian bahasa Han sebenarnya bukan hanya sekedar 
bahasa yang digunakan oleh orang Han semata. Bahasa Han boleh 
dikatakan adalah bahasa resmi yang digunakan oleh setiap 
pemerintahan dinasti di China mulai dari Dinasti Zhou pada abad 11 
sampai 7 SM sampai dengan sekarang. Karena pada setiap dinasti, 
pusat pemerintahan hampir seluruhnya berada di Utara, maka dengan 
sendirinya dialek Utara-lah yang digunakan sebagai wakil dari bahasa 
Han yang mempunyai peranan sebagai bahasa resmi dan bahasa 
pemersatu. Itu sebabnya kita tidak pernah mendengar bahasa Tang, 
bahasa Ming, bahasa Yuan atau lain2nya karena bahasa Han tidak 
sekedar berarti bahasa yang digunakan semasa Dinasti Han. 

Bahasa Han Kuno Awal Bahasa Han Kuno Awal mulai ada sejak Dinasti 
Zhou awal dan pertengahan (sekitar abad 11 sampai 7 SM). Tulisan2 
mengenai bahasa Han kuno di masa ini dapat kita lihat di peninggalan 
dari masa tersebut berupa tulisan2 pada perunggu, kumpulan2 Puisi 
(Shih Jing Ji), Books of Changes (I Jing) dan buku2 Sejarah. 
Penelitian terhadap bahasa Han kuno ini dilakukan terutama pada masa 
Dinasti Ching. Peneliti Barat yang terkenal dan ahli akan bahasa Han 
kuno ini adalah ahli bahasa berkebangsaan Swiss, Bernhard Karlgren. 
Ia terutama meneliti tentang nada, intonasi dalam puisi2 dari masa 
itu dan sejarah perkembangan karakter Han. 

Di masa Musim Semi dan Gugur, bahasa Han pertama mempunyai satu 
bentuk bahasa pemersatu yang disebut "Ya Yan", artinya bahasa 
lembut, bahasa klasik. Bentuk bahasa inilah yang digunakan Konfusius 
dalam buku-bukunya dan digunakan secara luas pada masa tersebut. 
Namun bahasa Han pertama kali dipersatukan secara sistematis oleh 
Qin Shih Huang pada masa Dinasti Chin. Ia memperkenalkan 
(mempersatukan) sistem tulisan, bahasa resmi dan pemerintahan yang 
akhirnya mempengaruhi China selama beribu2 tahun. 

Bahasa Han kuno pada masa itu utamanya menggunakan satu kata/nada 
(monosyllable). Itu makanya kita merasa puisi2 atau catatan2 di masa 
lalu kesemuanya sangat singkat namun pada mengandung maksa. Kata 
bijak Konfusius yang cuma 4 kata bila diterangkan dengan bahasa Han 
yang kita kenal sekarang dapat diterangkan berkalimat2. Kemudian 
pada masa2 berikutnya, banyak sekali perkembangan yang menyebabkan 
bahasa Han menjadi seperti yang kita kenal sekarang. 



Bahasa Han Kuno Akhir Bahasa Han ini mulai berkembang pada masa 
dinasti Sui, Tang dan Sung (abad 7 sampai abad 10 M). Nada, intonasi 
dan struktur dalam bahasa Han di masa ini telah dapat lebih jelas 
direkonstruksi oleh para peneliti dan ahli bahasa. Rekonstruksi ini 
dapat didasarkan pada keragaman dialek yang ada sekarang dan 
penerjemahan dari dan ke bahasa luar pada masa tersebut. Dialek-
dialek yang ada pada zaman sekarang seperti dialek Yueh (Kanton), 
Hakka (Khek) dan Min (Hokkian) masih mengandung nada2 dan intonasi 
dari masa tersebut. Nada2 akhiran seperti -p, -t, -k yang telah 
punah di dalam dialek Utara (bahasa Han) yang kita kenal sekarang 
masih ada dalam ketiga dialek tersebut. Di dalam dialek Wu 
(Shanghai) juga masih terdapat satu nada akhiran dengan menyumbat 
tenggorokan yang juga telah punah di dialek Utara. 

Pada masa ini, Pu Tong Hua yang kita kenal sekarang belum ada, jadi 
struktur, kosa kata dan pelafalan yang digunakan para penyair puisi 
pada masa Dinasti Tang adalah dialek Kanton yang kita kenal 
sekarang. Dialek Kanton akhirnya tergeser ke selatan dan tetap 
mengandung nada2 dan struktur bahasa yang berasal dari bahasa Han 
Kuno Akhir. Jadi, ada benarnya bila ada peneliti dan ahli sastra 
yang menyatakan bahwa menyanyikan syair puisi Li Bai atau puisi 
lainnya dari zaman Dinasti Tang adalah lebih cocok dinyanyikan 
dengan lafal Kanton. 

Dialek Min (Hokkian) juga terbentuk mulai masa ini karena ada 3 
gelombang migrasi besar2an dari utara ke selatan pada masa 
tersebut : Migrasi pertama adalah sewaktu penyerbuan bangsa Barbar 
ke China Utara pada abad ke 4. Ada 8 keluarga besar (marga Lin, 
Huang, Chen, Zheng, Chan, Ping, He dan Hu) dari utara yang melakukan 
migrasi besar2an ke Cyuan Zhou di Fu Jian. Saat inilah terbentuk 
dialek Min dengan logat Cyuan Zhou. Migrasi kedua adalah pada abad 
ke-tujuh, pada saat itu ada pemberontakan di daerah Chau Zhou 
(Teochiu). Tang Gao Zong memerintahkan Chen Jeng dan Chen Yuan-kuang 
(ayah dan anak) untuk memadamkan pemberontakan. Saat ini 
terbentuklah dialek Min dengan logat Zhang Zhou. Migrasi ketiga 
adalah pada abad ke-sembilan. Penghujung dinasti Tang, terjadi 
kekacauan di selatan. Kekaisaran kemudian memerintahkan Wang Chau, 
Wang Shen-bang dan Wang Shen-tze (3 bersaudara) untuk memadamkan 
pemberontakan. Setelah berhasil dipadamkan, mereka diberi pangkat 
dan menetap di Fu Jian. 

Jadi dialek Min, Kanton, Hakka memang terbentuk dari bahasa Han Kuno 
dan masih melestarikan struktur, tata bahasa dan nada intonasi 
bahasa Han Kuno dari Dinasti Sui, Tang dan Sung. Inilah yang 
menyebabkan saya tidak menganggap dialek2 tadi sebagai bahasa 
daerah. Lain dengan bahasa Tibet atau bahasa Manchuria yang saat ini 
menjadi bahasa daerah di dalam lingkup negara PRC. Disebut bahasa 
daerah karena antara bahasa Tibet, Manchuria dan bahasa Han memang 
tak ada hubungan sama sekali. 



Bahasa Han Pertengahan 

Bahasa Han pada saat ini telah disempurnakan menjadi lebih dekat 
dengan bahasa dialek Utara yang kita kenal sekarang. Ini tercatat 
dalam buku "Phonology of Chinese" atau "Chung Yuan In Yun" tulisan 
Zhou De-qing pada tahun 1324 zaman Dinasti Yuan. Pada saat ini, 
akhiran yang ada pada bahasa Han Kuno telah ditiadakan. Pelestarian 
akhiran dari bahasa Han Kuno yang paling sempurna adalah pada dialek 
Kanton yang juga mempunyai nada intonasi paling banyak di antara 
dialek2 dalam bahasa Han. Pada zaman ini, cikal bakal dialek Utara 
yang sekarang menjadi Pu Tong Hua diletakkan dan mengalami 
perkembangan selama beberapa abad sampai seperti Pu Tong Hua yang 
kita dengar sekarang. 



Bahasa Han Modern Bahasa Han Modern yang kita kenal sekarang adalah 
berdasarkan dialek Utara yang digunakan mayoritas penduduk di China 
(80%). Sejak masa pemerintahan Dinasti Ming dan Qing, kekaisaran 
menetapkan dialek Utara sebagai bahasa resmi yang disebut "Guan Fang 
Yu Yan" atau "Official Language". Inilah yang menyebabkan adanya 
sebutan bahasa Mandarin oleh bangsa Eropa kepada dialek Utara karena 
Mandarin menunjuk pada pejabat kekaisaran Dinasti Ming dan Qing. 
Penghujung dinasti Qing, pejabat kekaisaran demi memasyarakatkan 
dialek Utara ke seluruh Tiongkok menetapkan istilah Pu Tong Hua 
(bahasa umum) untuk dialek Utara supaya penggunaannya sebagai bahasa 
resmi bisa dapat lebih memasyarakat dan menjembatani antara penduduk 
dari dialek berbeda. 

Gerakan 4 Mei 1919, mahasiswa di Beijing, Shanghai dan kota2 besar 
lainnya memaksa pemerintah menetapkan penggunaan literatur bahasa 
Han yang lebih umum berdasarkan bahasa sehari2 pada masa itu (Bai 
Hua Wen). Ini berguna untuk lebih memasyarakatkan penulisan bahasa 
Han pada seluruh rakyat Tiongkok karena sebelum saat itu, literatur 
bahasa Han masih dalam bentuk klasik (Wen Yan Wen) yang telah 
berlangsung ribuan tahun sejak zaman Konfusius. 

Dalam masa2 pembentukan Republik setelah Revolusi Sin Hai oleh Dr. 
Sun Yat-sen berhasil. Dr. Sun yang berdialek Kanton dalam suatu 
kesempatan menganjurkan untuk tetap menggunakan dialek Utara sebagai 
bahasa nasional karena penggunaannya yang luas dan memiliki 
struktur, kosa kata dan nada yang lebih rapi dan mudah dipelajari. 
Ini merupakan salah satu sikap nasionalisme yang jarang ada pada 
politikus lainnya walaupun pada waktu pusat pemerintahan Republik 
bukan di Utara (pusat revolusi di Guang Dong, pemerintahan Republik 
di Nanjing). Juga pada masa tersebut ada suara2 yang mendukung 
dialek Kanton dijadikan sebagai acuan bagi bahasa Han (bahasa 
Nasional). 



Bahasa Han di Masa Depan Bahasa Han sejak tahun 1950-an melalui 
Konferensi Nasional untuk Reformasi Bahasa Han di Mainland China 
telah mengalami perubahan dramatis dengan ditetapkannya 
penyederhanaan penulisan karakter Han menjadi Simplified Chinese 
yang kita kenal sekarang. Alasan mereka adalah lebih memasyarakatkan 
tulisan dan literatur Han pada seluruh rakyat China. Namun 
sebenarnya lebih ditekankan pada pemutusan hubungan sastra, 
kebudayaan dan pemikiran rakyat dengan hal2 yang dianggap kuno di 
masa lalu serta untuk membedakan diri dari pihak nasionalis. Di masa 
depan, mungkin dalam perihal komunikasi, Simplified Chinese akan 
menjadi populer sejalan dengan bertambah kuatnya kekuatan politik 
PRC di dunia. Namun eksistensi Traditional Chinese tetap akan tak 
tergoyahkan karena sastrawan dan budayawan baik dari dalam dan luar 
Tiongkok tetap akan condong ke Traditional Chinese untuk 
memperlajari makna dan filsafat asli dari masa lalu. 







Rinto Jiang 

Kirim email ke