Surat Bulu Ayam & Dua Naga
   
  Hi Pak Budhi Susatyo alias Kala Bendana,
  Ternyata email postingan lamaku masih ada yg membacanya juga ya? Maaf kalau 
agak terlambat membalas email Anda karena baru membacanya tadi, hari ini.
     Mengenai Taguan Hardjo, jelas dia salah seorang jawara komikus Indonesia 
dari Medan, kendati belakangan tinggal dan meninggal (beberapa tahun lalu) di 
Pulogadung, Jakarta Timur (beliau memimpin sebuah percetakan kecil di sini).
  Karya2nya yg tak bisa kulupakan antara lain:
  -        Serial Kapten Yani
  -        Pangeran Sulong
  -        Serial Abu Nawas
  -        Batas Firdaus
  -        Setangkai Daun Surga
  -        Mencari Musang Berjanggut
  -        dlsb.nya  
     Aku pribadi sangat menyukai karya Taguan, namun tergila-gila pada karya 
Zam Nuldyn (maestro komik dari Medan) seperti: Datuk Serunai, Kecak Mandai, 
Paluh Hantu, dlsb.nya yg jauh lebih bernilai sastra dan artistik tingkat tinggi!
    Tapi aku khusus ingin menjawab pertanyaan Anda mengenai komik strip Surat 
Bulu Ayam, ini bukan komik buatan komikus Indonesia melainkan komikus China, yg 
teks bahasa Mandarinnya diterjemahkan ke bahasa Indonesia (sama seperti komik2 
klasik: See Yu, San Pek Eng Tay, Ouw Peh Tjoa, Hwee Yam San, dlsb-nya).
     Surat Bulu Ayam merupakan komik propaganda perjuangan rakyat China. 
Bersetting masa perang kemerdekaan China melawan Dai Nippon, di mana seorang 
bocah menjadi kurir, membawa surat dari pos penjagaan yang satu ke pos 
penjagaan lainnya. Bila surat itu dilampiri bulu ayam, pertanda sangat penting 
dan rahasia. Celakanya, surat itu tercecer di jalan. Si bocah berusaha 
mencarinya di wilayah kekuasaan musuh. Berkat ketekunannya, ia menemukan 
kembali surat itu dan sukses membawanya ke pos tentara RRC di pegunungan.  
     Nah, mengenai cersil Djie Liong Djio Tju atawa Dua Naga Berebut Mustika, 
kalau tidak salah cersil pendek ini dikarang oleh Asmaraman Sukowati Kho Ping 
Hoo (novelis cersil dari Solo) yang sebelum dibukukan lebih dulu dimuat di 
majalah Selecta, Jakarta. Sama halnya seperti Pek Liong Poo Kiam (Pedang Pusaka 
Naga Putih), cersil perdananya.
     Salam hangat buat Anda dan keluarga.
     Yan


Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:  Catatan moderator:
Postingan ini nyasar ke inbox moderator

----- Forwarded Message ----
From: kalabendana 
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Saturday, November 17, 2007 3:50:05 PM
Subject: Re: Pendekar2 Komik Tionghoa (II) Era 1930 - 1960


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Yan Widjaja
wrote:
>Bung Yan,
Bersyukur saya membuka situs ini. Segala hal yang anda tulis seperti
membongkar perasaan rindu pada jaman jaya2nya komik (dekade '50an)
yang berlanjut pada demam virus ceritera silat ( dekade 60 awal).
Khusus tentang Sie Djin Kui yang waktu itu secara teratur dimuat di
Majalah Star Weekly sampai skr saya (58 thn)masih mengingatnya
dengan baik tokoh2 utamanya seperti Hoan Lee Hoa yang cantik, Sauw
Pauw Tong yang jahat tapi sakti, dan akhir hidup Sie Djin Kui yang
moksa kemudian menjadi burung hong(?)juga Sie Teng San yang menurut
waktu itu,gagah sekali. Anda benar imajinasi pelukisnya lewat
goresan pena atau mungkin pit sangat bagus menggambarkan karakter
tokoh2 dalam ceritera itu dan detail kostum pada masa itu, bukan
main ! Ada perbendaharaan kata yang bertambah waktu saya baca Sie
Djin Kui yaitu kata "bianglala".
Tentang si Put On dan A Piau juga saya demen banget dan ketika
kemudian ada komikus malaysia "Lat", menurut saya rasanya gaya
lukisan Lat itu sangat mirip dengan Put on. Ada juga kata "terokmok"
dalam salah satu komik itu yang saya tidak tahu artinya.

Saya menyimpulkan pengetahuan anda ttg komik2 ja-dul cukup hebat.
Saya ingin bertanya pernahkah anda membaca komik yang bagus
judulnya "Surat bulu ayam" ?
Kemudian apakah anda pernah membaca ceritera silat judulnya "Djie
Liong Djio Tjiu" /Dua Ekor Naga Berebut Mustika - saya lupa siapa
pengarangnya. Seingat saya ceritera itu berakhir sedih, sangat
membekas dalam perasaan saya selagi bocah waktu itu !
Yang saya tanyakan ini bukan pelukis komik dari etnis Tiong Hoa,
tapi tema ceritanya bagus2 namanya Taguan Hardjo dari Medan, anda
pernah baca ?

Terima kasih,tabik dari saya
Budhi Susatyo.


>
>
>
> PENDEKAR2 KOMIK TIONGHOA ( II )
>
> Era 1930 – 1960
>
>
>
> SEPERTI fakta yang kutulis dalam naskah pertama, hakekatnya
sebagian terbesar seniman-seniman komik Indonesia adalah etnis
Tionghoa.
>
> Aku sepakat saja kalau kemudian R.A. Kosasih dari Bandung
dinobatkan sebagai Bapak Komik Indonesia. Karya monumentalnya, Maha
Bharata (40 jilid) dan Ramayana (10), memang merupakan sepasang
komik wayang terbaik sepanjang masa.
>
> Namun jauh sebelum beliau mengirimkan naskah komiknya ke penerbit
Melody, Bandung, bahkan sebelum Republik Indonesia lahir (pada 17
Agustus 1945) sebenarnya sudah ada komikus-komikus Tionghoa yang
melukis dan membubuhkan teks dalam bahasa Indonesia-Melayu. Tercatat
dalam sejarah perkomikan, strip si Put On karya Kho Wang Gie
diperkenalkan sejak awal tahun 1931 lewat halaman bawah depan koran
Sin Po (hematku Kompas adalah re-inkarnasi Keng Po sedangkan Suara
Pembaruan adalah titisan Sin Po).
>
> Nama-nama legendaris pelukis komik yang berkiprah dalam kurun
waktu 1930 sampai dengan 1960-an selain Kho adalah Siauw Tik Kwie,
Lie Ay Poen, Kwik Ing Hoo, John Lo dan Kong Ong.
>
> Inilah sekilas mengenai para locianpwee, sesepuh pendekar komik
jadul itu:
>
>
>
> KHO WANG GIE
>
> Beliau mengawali dunia komik Indonesia dengan si Put On, lelaki
Tionghoa gemuk bujang tua yang selalu gagal dalam masalah asmara.
Tinggal bersama ibunya yang dipanggil Ne, dan dua adiknya; si Tong
dan si Peng. Sedangkan sobat karibnya, A Liuk dan A Kong. Nona
pujaannya, si Dortji. Dimuat saban Kamis di harian Sin Po, kemudian
juga di majalah Pantja Warna yang terbit bulanan.
>
> Menurut beliau, "Put On sebenarnya bukan nama China, melainkan
nama permainan sejenis dam-dam-an dari bahasa Inggris." Tak jadi
soal karena kemudian si Put On yang awet membujang itu malah menjadi
jauh lebih ngetop ketimbang pelukisnya.
>
> Di usia tua, Oom Kho ganti nama jadi Sopoiku, kadang juga
Soponyono. Terus membuat komik strip si Pengky di halaman belakang
majalah Ria Film selama belasan tahun. Juga menerbitkan komik-komik
lucu yang menjadi spesialisasinya seperti Nona A Go Go, Jali Tokcer,
Si Lemot dan Agen Rahasia Bolong Jilu (013).
>
> Beruntung aku sempat berkenalan dengan komikus veteran yang
kukagumi sejak anak-anak ini. Beliau meninggal dalam usia tua di
rumahnya yang asri di kawasan Kebun Jeruk, Mangga Besar, Jakarta
Kota.
>
>
>
> SIAUW TIK KWIE
>
> Komikus besar dengan coretan berdasarkan wayang potehi. Dwilogi
karyanya yang monumental, Sie Djin Koei Tjeng Tan (Sie Jin Kui
Menyerbu ke Timur) dan Sie Djin Koei Tjeng See (Sie Jin Kui Menyerbu
ke Barat), semula dimuat seminggu sekali di majalah Star Weekly.
>
> Oom Siauw memang bekerja sebagai illustrator cerpen, cersil, dan
cerdek, di majalah tersebut. Selain itu juga melukis sampul buku-
buku cersil yang diterjemahkan oleh OKT seperti Kim Tjoa Kiam, Tjie
Hong Piauw, Giok Lo Sat dan Pek Hoat Mo Lie. Ciri khas lukisannya,
tokoh pendekar prianya gagah keren, pendekar wanitanya cantik galak.
>
> Ada rencana melanjutkan dengan serial Hong Kiauw - Lie Tan (Kisah
Sie Kong, cucu Sie Jin Kui), malangnya majalah Star Weekly (entah
karena apa) mendadak dibreidel (!).
>
> Belakangan Oom Siauw memakai nama Otto Swastika dan menjadi
pelukis kanvas sampai meninggal.
>
>
>
> LIE AY POEN
>
> Kalau Oom Siauw melukis untuk Star Weekly maka di majalah Pantja
Warna ada Oom Lie dengan komik serial silatnya, Poei Sie Giok Pukul
Loeitay.
>
> Cerita silat terkenal itu kelak berulang kali difilmkan dengan
bintang-bintang terkemuka. Antara lain yang pernah memeraninya
adalah Meng Fei, Alexander Fu Shen, sampai ke Jet Li, sebagai Fang
Si Yu atau bacanya Fang Se Ie (lafal Kuo Yu untuk Pui Sie Giok dalam
dialek Hokkian).
>
> Lanjutannya, Runtuhnya Kuil Siauw Liem Sie, terpaksa dihentikan di
tengah jalan karena Pantja Warna pun distop penerbitannya oleh
pemerintah!
>
>
>
> KWIK ING HOO
>
> Komiknya yang melegenda, Wiro Anak Rimba Indonesia, merupakan
versi Tarzan asli Indonesia. Terdiri dari 10 jilid, merentang
petualangan panjang seorang pemuda praremaja yang menjelajah ke
hutan rimba dari Jawa ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, sampai
Irian. Bersama kera, gorila, harimau dan gajahnya. Mengikuti
ekspedisi flora dan fauna Dr Watson dengan kapalnya. Ketika dalam
klimaks bentrok dengan sisa pasukan Dai Nippon di pedalaman Papua,
satu-persatu keempat binatangnya mati terbunuh, rasanya anak-anak
penggemarnya se-Indonesia menangis semua (termasuk aku tentu saja!).
Sungguh sebuah komik yang takkan terlupakan bagi siapa pun yang
pernah membacanya.
>
> Kemudian dengan inisial KIH, beliau melukis sampul-sampul dan
illustrasi dalam novel dan cersil terbitan Analisa, Jakarta. Beliau
sendiri mukim di Solo, Jawa Tengah. Dalam usia tua beralih melukis
kanvas, seperti Lee Man Fong, gemar melukis sekawanan ikan koki …
>
>
>
> JOHN LO
>
> Dari Bandung, segenerasi dengan R.A. Kosasih, tampil komikus
Tionghoa ini. Boleh dibilang sebagai yang pertama memperkenalkan
pahlawan super asli Indonesia, yakni Garuda Putih dan Putri Bintang.
Tak jarang pula dua tokohnya bekerja sama dengan superheroine-nya
Kosasih, Sri Asih.
>
> Oom John pernah pula bikin komik wayang, Raden Palasara, serta
komik silat China, Pendekar Piatu.
>
>
>
> KONG ONG
>
> Tak banyak yang kuketahui mengenai komikus asal Sumatera Utara
ini. Komiknya, keluaran penerbit Casso, Medan, berjudul, Kapten
Komet (1955). Cerita bersetting masa depan (pada waktu dibuat)
ketika astronot Indonesia dengan roketnya telah mampu menjelajah ke
planet Saturnus. Jelas diilhami dari komik Barat terkenal, Flash
Gordon.
>
>
>
> Sebenarnya ada lagi komik serial Kapten Djoni (era 1950-an) yang
coretannya sangat western style, tak kalah dibanding Hogart (pelukis
komik serial Tarzan asli), namun aku tak tahu siapa namanya karena
tak dicantumkan!
>
> Sementara dari barisan komikus etnis Sunda setelah Kosasih patut
dicatat nama-nama S. Ardisoma dan Oerip. Sedangkan dari Jogja ada
nama Abdulsalam (Djaka Tingkir) dan Nasrun AS (Putri Hidjau) yang
sangat halus coretannya.
>
>
>
> Kebesaran dan karya-karya besar mereka bagai telah dilupakan
masyarakat Indonesia, bahkan juga oleh keluarga, anak-cucu sendiri.
Mungkin hanya segelintir penikmat sejati komik saja yang masih
mengenang mereka. Sedikit banyak mereka telah berjasa menorehkan
nama harum dengan tinta bak untuk Ibu Pertiwi di bidang yang setia
ditekuni sepanjang hayat …
>
>
>
> Salam,
>
> Yan.
>
>
>
> Do you Yahoo!?
> New and Improved Yahoo! Mail - 1GB free storage!
>
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
> .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
>
> .: Untuk bergabung :
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>
> .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
>
>
>
> SPONSORED LINKS
> Indonesian languages Indonesian language learn Indonesian Dari
>
> ---------------------------------
> YAHOO! GROUPS LINKS
>
>
>
>
>
>
> Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
>
> To unsubscribe from this group, send an email to:
> [EMAIL PROTECTED]
>
> Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of
Service.
>
>
> ---------------------------------
>
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Do you Yahoo!?
> New and Improved Yahoo! Mail - 1GB free storage!
>








____________________________________________________________________________________
Never miss a thing. Make Yahoo your home page. 
http://www.yahoo.com/r/hs

[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.


Yahoo! Groups Links





       
---------------------------------
 
 Real people. Real questions. Real answers. Share what you know.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke