terima kasih terima kasih banyak pak yongde.
  jadi pak yongde selain antara suku suku yang di bicarakan ini ..apa ada suku 
lain yang cerita nya sama,maksud saya apakah ada terjadi konflik suku suku lain 
juga misalnya hockciu ngak boleh ama suku apa gitu... atau yang suku yang lain 
....maaf ya.

Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Sedikit koreksi,

Sebelumnya:
> Sebagai antisipasi, kaisar Qing Shengzu (nianhao: Kangxi,
penanggalan umum 
> tahun 1662 - 1723) memindahkan penduduk pesisir Fujian dan Guangdong
> ke pedalaman sejauh 30 li dari pantai. Banyak penduduk lokal yang
> ketika itu menjadi korban pemindahan paksa ini.

Koreksi:

Dipindahkan sejauh 50 li dari pantai, kira-kira sekitar 30 gongli (km)
jaman sekarang.

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Hendri Irawan" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> Bung Ali,
> 
> Untuk masalah Hakka - Khonghu, memang ada perselisihan di masa lalu
> yang di masa sekarang masih bisa diamati. Salah satunya yah larangan
> menikah antara perempuan Hakka dengan lelaki Khonghu. Mengapa spesifik
> perempuan Hakka dengan lelaki Khonghu ? Hal ini berhubungan dengan
> sistem kekeluargaan Tionghoa yang menganut garis keturunan ayah. Jadi
> perempuan Hakka dilarang menikah dengan lelaki Khonghu adalah supaya
> si perempuan tidak menjadi keluarga Khonghu. Lain ceritanya kalau
> perempuan Khonghu yang diambil menjadi menantu, walaupun banyak yang
> sentimen juga dengan menantu Khonghu, isitlah hakka "Khonghu pho"
> (perempuan Khonghu) hampir senantiasa selalu berhubungan dengan
> hal-hal negatif seperti licik, manipulatif dan sebagainya.
> 
> Latar belakang masalah ini dimulai pada masa awal dinasti Qing
> (Manzhu). Ketika itu para loyalis Ming di bawah pimping Zheng Cenggong
> (Portugis: Koxinga) menguasai pesisir tenggara (Fujian, Guangdong) dan
> merebut Taiwan dari tangan Belanda. Di Taiwan, Zheng mempersiapkan
> pasukan untuk merebut kembali Tiongkok dari tangan bangsa Man. Sebagai
> antisipasi, kaisar Qing Shengzu (nianhao: Kangxi, penanggalan umum
> tahun 1662 - 1723) memindahkan penduduk pesisir Fujian dan Guangdong
> ke pedalaman sejauh 30 li dari pantai. Banyak penduduk lokal yang
> ketika itu menjadi korban pemindahan paksa ini.
> 
> Setelah perlawanan Zheng berhasil diatasi, penduduk kemudian
> diperbolehkan kembali ke kediaman mereka yang semula di pesisir. Namun
> karena banyaknya korban yang terjadi dalam pemindahan paksa ini,
> jumlah penduduk yang diperlukan untuk mengelola daerah pesisir menjadi
> berkurang banyak. Untuk itu pemerintahan Qing kemudian memindahkan
> penduduk dari daerah lain, mayoritas Hakka/Kejia yang secara literal
> berarti keluarga "tamu", ke Fujian dan Guangdong. Pertemuan antara
> penduduk lokal (pinyin: Bendi, Hakka: Punti) dan imigran (Hakka) ini
> kemudian menanamkan bibit konflik.
> 
> Masa pemerintahan kaisar Qing Wenzhong (nianhao: Xianfeng, penanggalan
> umum tahun 1850 - 1861) pemberontakan Taiping meletus. Banyak orang
> Hakka (pemimpinnya Hong Xiuquan adalah seorang Hakka) yang ikut dalam
> pemberontakan ini. Pemberontakan ini bermula dari provinsi Guangxi dan
> kemudian menyebar di seluruh Tiongkok Selatan. 
> 
> Tahun umum 1854, sebuah gerakan serikat rahasia (san he hui / triad)
> di Guangdong mengambil kesempatan ketika pasukan pemerintahan sibuk
> berperang dengan pasukan Taiping dan memberontak. Mereka terutama
> menyerang daerah Foshan dan Heyuan. Kali ini, Hakka yang berada di
> delta sungai mutiara (zhujiang) berpihak ke pemerintah dan turut serta
> memadamkan pemberontakan. Pasukan triad pemberontak ini terdiri dari
> orang lokal (Punti) yaitu mereka yang dikenal dengan nama orang
> Khonghu / Guangfu. Dalam rangka memadamkan pemberontakan, pasukan
> pemerintah (yang didukung Hakka) banyak menyerbu hingga ke desa-desa
> orang Khonghu. Hal ini kemudian menyulut konflik baru.
> 
> Sebagai pembalasan, orang-orang Khonghu kemudian menyerang pemukiman
> orang Hakka dan meletuslah perang Hakka - Punti. Orang Hakka yang
> sejak semula sudah terdesak ke wilayah perbukitan semakin terdesak
> karena konflik ini. Secara jumlah, orang Punti jauh mengungguli orang
> Hakka. Perang ini terutama bergolak di delta sungai mutiara di daerah
> yang sekarang disebut prefektur Jiangmen provinsi Guangdong. 
> 
> Mereka yang kalah dalam perang ini kemudian dijual ke benua Amerika
> sebagai kuli kasar. Yang perempuan dijual ke Macau sebagai pelacur.
> Dalam perang ini orang Hakka di Jiangmen kalah besar dan kemudian
> direlokasi pemerintahan Qing ke provinsi Guangxi untuk meredam konflik.
> 
> Inilah yang kemudian menyebabkan sentimen Hakka terhadap Punti.
> 
> Untuk masalah Hokkian - Teochew setahu saya tidak ada masalah karena
> sebenarnya Teochew juga tergolong ke orang Minnan yaitu yang dikenal
> dengan nama orang Hokkian. Mengenai masalah hari ke-9 bulan pertama
> penanggalan Tionghoa, secara singkat begini ceritanya.
> 
> Ini cerita mengenai ketika bangsa Manzhu menaklukkan daerah selatan.
> DuoDuo, seorang pangeran Manzhu yang dikenal sebagai pembantai
> (seperti pembantaian Yangzhou) menyerbu ke daerah Fujian. Penduduk
> setempat kemudian melarikan diri dan bersembunyi di perkebunan tebu.
> Sampai dengan hari ke-9 setelah tahun baru baru mereka kembali ke
> rumah. Karena itu keturunan mereka kemudian setiap hari ke 9 bulan
> pertama selalu mengadakan upacara sembahyangan dengan sepasang batang
> tebu sebagai wujud ucapan terima kasih kepada tebu.
> 
> Kalau ada yang salah mohon dikoreksi.
> 
> Hormat saya,
> 
> Yongde
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ALIANTONY ALI
> <aliantony_ali@> wrote:
> >
> > heheeh.jadi ngerti gue fan itu...sejauh ini gue pikir fan itu dalam
> bahasa hockien huan kalau diartikan dalam bahasa mandarin artinya
> berobah robah...jadi terpikir kalau di panggil huanna jadinya orang
> yang ngomongnya suka berobah robah.jadi selama ini orang pribumi
> sering di panggil HUANAKIA terpikir kesono..thkn's ya penjelasanya...
> > 
> > ini pak yong de.. 
> > aku jadi ada pertanyaan ini mengenai suku suku han ini. yang ingin
> saya tanya bukan suku nya tapi cerita nya. gini kok sering di katakan
> orang suku KONGHU yang cowok dan orang suku KHEK cewek tidak boleh
> menikah yah.kalau menikah maka akan terjadi malapetaka atau tidak
> punya keturunan kalau ada pun usaha tidak lancar..katanya ada kutukan
> gitu lor ....begitu juga w denger suku hockien dan suku tio ciu tidak
> boleh juga lantaran masalah berantem sampai hari ke-9 
> imlek...menyebabkan adanya kutukan segala juga. apa certia ini bener
> ..sampai sekarang jadi pemikiran ini.menginggat di ASEAN ini suku
> hockien dan tiociu juga mendominasi ,sehingga ngak terbuka kemungkinan
> kedua suku ini menikah.kalau memang betul cemana dengan suku yang lain
> apa ada pantangan juga untuk saling menikah seperti hokciu,
> hainam,leng-ga,dll.apa ada cerita juga.mohon di bantu pak. 
> > 
> > thkns
> > aliantony
> > 
> >
>



                           

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

Kirim email ke