Minggu lalu, di suatu senja di rumah Caleg
Acong, seorang pemuda juara catur nasional
bernama Donny mengabarkan berita tentang
keterlibatan seorang tua bernama Oey Jin Eng
dalam kasus pembongkaran Rumah Kapiten Oey
Djie San.

Saya kaget. Para pemuda telah mendengar
kabar tersebut. Karena jarak rumah Acong dan
rumah Kapiten Oey Djie San relatif cukup dekat.
Saya tersentak karena sejak 3 tahun belakangan
ini, saya mengenal Oey Jin Eng yang suka
nongkrong di Boen Tek Bio. Jin Eng ini
sering muncul di televisi ketika imlek sebagai
narasumber berita imlek.

Banyak mahasiswa meminta bantuan Oey Jin Eng
untuk skripsi masalah Tionghoa campuran,
khususnya Tionghoa Benteng. Jin Eng adalah
kawan karib wartawan Kompas Iwan Ong yg juga
Tionghoa Peranakan. Saat ini Jin Eng adalah
penjaga rumah yang dijadikan markas komando
Yudhi Frianto yang gagal menjadi calon walikota
Tangerang Kota. Kata beberapa mahasiswa, Jin
Eng adalah budayawan Tangerang.

Sejenak saya terdiam. Lantas, saya rekonfirmasi
mengenai berita keterlibatan Oey Jin Eng ini
kepada para pemuda. Donny berkata "Engkong
Jin Eng foto-foto sewaktu rumah Oey Djie San
dibongkar Koh. Si engkong bilang gak apa-apa,
toh uda difoto sama dia."

"Waduh kacau", batin saya. Lalu saya mengirim
pesan singkat ke beberapa aktifis Tionghoa
seperti Suma, Erik, David Kwa. semenit kemudian,
nomor HP Ko Erik Eresen muncul bersamaan dengan
dering HP saya.

"Bener gak tuh berita. Jangan asal tuduh tuh
kata Siang Ing", kata Erik sambil tertawa-tawa.

Saya juga tidak mengetahui validitas berita
ini. Saya bilang saya justru perlu konfirmasi,
karena berita ini baru saja saya terima dari
kawan pemuda. Setelah itu, pembicara telpon
berganti. Rupanya Engkoh David Kwa sedang
berada di Tangerang bersama dengan Erik dan
Siang Ing. Di sekitar Kelenteng Bun Tek Bio,
sedang cari makanan.

Setelah perbincangan telpon ditutup, saya
meminta para pemuda memanggil engkong Jin Eng.
Saya jelaskan sedikit mengenai arti penting
rumah kapiten Oey Djie San.

Kebetulan David Kwa sedang beredar di sekitar
Tangerang. Saya tekan para pemuda untuk panggil
Engkong Jin Eng dan undang David Kwa cs untuk
diskusi masalah pembongkaran rumah kapiten
Oey Djie San ini. Para pemuda setuju.

Acong meminta salah 1 kawannya untuk menjemput
Engkong Oey Jin Eng. Sedangkan saya mengirim
sms ke Erik Eresen meminta dia dan david kwa
datang. Mereka setuju dan segera meluncur ke
rumah Acong. Tema pertemuan: "Menyidangkan
seorang budayawan tua yg terlibat dalam
penggusuran rumah Kapitan Oey Djie San"

Jin Eng datang lebih dahulu, sebelum Erik dan
David Kwa.

Sebelum David Kwa datang, kami mengisi waktu
dengan berbincang-bincang dengan Jin Eng. Kebetulan,
Ardi Ketua IP PSMTI DKI telah datang bersama
pacar dan sepupunya dari Kalimantan.

Jin Eng tampak semangat memaparkan masalah
ketionghoaan dan gerakan pemuda kepada Ardy.
Lantas, pembicaraan diarahkan ke kasus pembongkaran
rumah Oey Ji San.

Ardy memberi informasi bahwa begitu berita
tentang pembongkaran rumah kapiten Oey Ji San
dirilis Kompas, segenap pemimpin tua PSMTI
mengadakan rapat. Ardy sebagai unsur pemuda
diundang hadir. Rapat membicarakan kasus
pembongkaran tersebut. Sekalipun belum didapat
kata final respon PSMTI untuk masalah kasus
ini.

Wajah Engkong Jin Eng mulai tidak enak.

Erik menelpon mengabarkan bahwa ia telah sampai
di sekitar rumah Acong, tapi tidak dapat
menemukan lokasi presisinya. Saya keluar.
Saya melihat mobil David Kwa cs.

Kedatangan David Kwa cs disambut gembira oleh
para pemuda. Mereka telah mengenal budayawan
peranakan David Kwa ini. Mereka cukup
menghormati kredibilitas David Kwa.

David dan Erik tampak serius. Perbincangan
dibuka dengan basa-basi melepas kerinduan.
Tetapi para wajah tetap tegang. Engkong Jin Eng
tambah salah tingkah.

Saya merasa basa-basi sudah cukup. Saya
membuka perbincangan masalah sosok Kapiten
Oey Djie San dan meminta penjelasan David Kwa
terkait masalah sosok kapiten dan pentingnya
penjagaan situs tua sebagai bagian dari
identitas sebuah golongan etnik.

Kapiten Oey Djie San dikenal sebagai Ketua
THHK Tangerang. Beliau juga mengembangkan
budidaya karet di kawasan Karawaci dan Banten.

Arti penting rumah kapiten Oey ini adalah
gabungan arsitektur Indisch-Eropa dan Tionghoa.
Arsitektur rumah ini mengambil bentuk ladam
kuda, persis dengan gedung Sin Ming Hui atau
Chandrayana di bilangan jalan Gajah Mada yg
saat ini kondisinya memprihatinkan.

David Kwa berapi-api menjelaskan sekelumit
tentang identitas Tangerang dan Kapiten
Oey Djie San. Para pemuda dengan takzim
mendengarkan dan sekali-kali bertanya.

Kemudian, saya bertanya ke Oey Jin Eng
mengenai kapasitasnya berada di TKP pada
saat hari pembongkaran sambil foto-foto.

Jin Eng menjawab sambil tersipu-sipu malu,
katanya "Jadi Mandor Pembongkaran".

Wajah Erik Ersen tampak kecut. David Kwa
tampak bingung menahan kegeraman. Untuk
beberapa saat, ruangan menjadi senyap.

"Saya cuma diminta jadi saksi mata
keruntuhan kekaisaran Oey Djie San," kata
Jin Eng sambil nyengir-nyengir.

Beberapa hari kemudian, kami berkesempatan
menghadiri upacara 1 thn kematian salah
seorang Tionghoa Benteng. Jin Eng hadir juga
karena keluarga almarhuma adalah anggota
Litang MAKIN Tangerang.

Saya menanyakan perihal siapa kolektor
penampung dan mediator penggusuran rumah
Kapiten Oey Djie San kepada Oey Jin Eng.

Jin Eng remain silence. Dia tutup mulut
mengenai nama lengkap teman baiknya yang
menjadi perantara.

Setelah didesak, Jin Eng menyebut nama
Om Gunawan. Dan si perantara itu adalah
karyawan Om Gunawan. Saya mengenal Om
Gunawan ini. Dia adalah pengrajin kayu
nomor satu di Indonesia. Saya pernah
mengunjungi workshop-nya di daerah Tomang,
dekat kampus IBEK.

Saya juga pernah diundang ke kompleks
rumah kayu Gunawan di daerah Cukang Gali.
Atas desakan Rano Karno, wakil bupati
tangerang, jalan menuju kompleks rumah
kayu gunawan diberi nama Jl. Rumah Kayu
Goen.

Om Gunawan adalah Tionghoa Padang. Saya
tidak tau sampai dimana keterlibatan Om
Gunawan di masalah penggusuran rumah
Kapitan Oey Djie San ini. Tetapi yang
pasti, menurut pengakuan Oey Jin Eng,
perantara knock-down rumah tua itu adalah
karyawan Om Gun.

Ada sebuah bongpay tua leluhur keluarga
Oey Djie San di dalam kompleks rumah tua
Kapiten. Bongpay ini hilang, begitu juga
dengan kedua patung singa. Oey Jin Eng
mengaku bahwa kedua patung singa itu masih
ada di tangan teman perantaranya.

Tanah rumah kapiten Oey dibeli oleh pihak
Mc Donald. Sedangkan gedungnya dibeli oleh
seorang kolektor bangunan tua. Oey Jin Eng
menolak memberitahu nama sang kolektor.

Menurut David Kwa, kepedulian komunitas
Tionghoa cukup minim di masalah perusakan
rumah kapiten Oey Djie San ini. Sekalipun
David Kwa pernah merilis berita ini di sebuah
milis Tionghoa tetapi tidak ada respon yg
signifikans.

Oey Jin Eng dengan nada sewot mencoba untuk
membela diri. Dia mempertanyakan kenapa mesti
ribut-ribut sekarang. Waktu rumah itu dibongkar
tidak ada reaksi apa-apa. Bahkan menurut
Jin Eng, pihak Boen Tek Bio pun tidak ada
yg merespon.

Saya dan Acong sudah membicarakan kerangka
gerakan penyelamatan ini. Acong dan para pemuda
PATRIA bersedia untuk menggelar pertemuan
para pimpinan pemuda seluruh Tangerang untuk
membicarakan masalah ini.

Saat ini, kami masih mempersiapkan pertemuan
tersebut. Bagi kawan-kawan yg bersedia mencurahkan
perhatiannya untuk masalah ini, silahkan hubungi
saya.


best regards,
Kenken



Kirim email ke