Ga setuju, kenapa dikit2 harus dianggap SARA, hubungan antar manusia itu 
termasuk antar etnis kan? Jd apa salahnya dibahas, asal sama2 terbuka dan jgn 
pake prinsip "g mau begini lo mau apa" pasti ga masalah kok. 
-----Original Message-----
From: Tarto Waseto <twa...@yahoo.com>
Date: Sun, 25 Oct 2009 21:48:50 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ??
Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin itu masi 
manusia ya ?? 

Daripada di luar negeri ada orang yang kawin ma bantal nya ????? wkwkwkwk....

Selama dua orang yang berkomitmen untuk bersama sampai usia tua, dan bersama 
sama bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka bersama sama, Seorang 
suami bersikap sebagai suami dan seorang istri bersikap sebagai istri, anak 
sebagai anak, semuanya tidak akan jadi masalah, apakah mau kawin ama orang 
tionghoa, atau jawa atau batak, atau bule, atau negro, atau orang eskimo ???

Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak berhubungan langsung.

Setuju rekan rekan ???
Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah mengarah ke topik 
SARA. 



--- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 <crv...@yahoo.com> wrote:

> From: younginheart5000 <crv...@yahoo.com>
> Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM
> masalah yang timbul dalam persilangan
> antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b)
> agama. sekali pukul dua ha ha ha.
> 
> jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama
> sama Islam, sudah berkurang halangan.
> 
> halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga
> antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa.
> 
> lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda:
> diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK
> saja?
> 
> supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa),
> dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot
> dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu.
> 
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com,
> Nasir Tan <hitaci2...@...> wrote:
> >
> >  
> > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.....!!!
> > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan
> melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami
> persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah
> pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki (
> etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya
> pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan (
> terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2
> palagi yang merasa sering dipersulit di
> kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ).  
> > Tetapi coba, kalo  Orang Jawa yang kerja di NASA,
> General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui
> secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan
> mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi
> juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan
> pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan
> dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal
> ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce
> Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru
> SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD
> kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru
> balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi
> waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya
> sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah
> ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya
> ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang
> luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan
> macam-macam,
> >  tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo
> ukuran finansial masih jauhlah dari kemampuan financial
> teman cici saya. 
> > Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama
> ce Tionghoa cara pendekatannya tidak meyakinkan ya,
> sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato
> ortu...hehehe.
> > Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA,
> SELANJUTNYA TERSERAH ANDA.  Ada juga kesan ( menurut
> pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu terkadang
> suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya.
> Sebaliknya, etnis luar  Jawa yang non Tionghoa ( termasuk
> Ambon, Aceh, Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini
> sama saja dengan yang lain yakni kita semua Bangsa
> Indonesia "baru tahap belajar    alias  menilai
> negatif:  Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis
> di dalam buku pelajaran sekolah tetapi kenyataannya
> terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih
> aktif di kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah
> kalau etnis non Tionghoa aja berpendapat seperti ini,
> apalagi yang etnis Tionghoa...hehehe.Jadi masalahnya, bukan
> soal mitos atau non mitos tetapi banyak faktor yang
> mempengaruhi sebagaimana yang dikemukakan sama  Bro
> Zhoufy, bahwa ada korelasi antara pernikahan dengan
> kesetaraan pendidikan,
> >  harta, budaya, agama dll ....bahwa
> kesemuanya ini memang betul adanya. Tetapi semua itu juga
> tergantung nasib dan garis tangan seseorang.
> >  
> >  
> >  
> > Nasir Tan
> >  
> >  
> >  
> > 
> > 
> > --- On Sun, 10/25/09, cristine_mandasari
> <cristine_mandas...@...> wrote:
> > 
> > 
> >   
> > 
> > 
> > 
> > terima kasih atas tanggapannya bung zhoufy.
> > (maap jika sy salah sebut)
> > sy jadi lapar membaca "nasi campur & es campur" 
> > memang yg anda katakan benar 100% jika persamaan &
> kesamaan latar belakang akan membuat hubungan lebih
> langgeng,
> > namun adakah solusi yg tepat untuk meruntuhkan dinding
> prasangka antar kedua etnis ini 
> > terima kasih.
> > 
> > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zhoufy@
> wrote:
> > >
> > > Kawin campur? Kok seperti jenis makanan dan
> minuman saja! Ada nasi campur dan es campur. 
> > > 
> > > Janganlah memandang keberatan orang tua dng
> kacamata negatif. Orang tua manapun akan lebih senang
> anaknya kawin dng orang segolongan, kalau bukan golongan
> etnis, ya golongan pendidikan, atau golongan agama, atau
> golongan pendapatan. 
> > > 
> > > Semua itu ada dasarnya. Perkawinan adalah
> persekutuan seumur hidup, membutuhkan penyesuaian total dari
> dua pribadi yg berlainan. Dua orang dng latar belakang sama
> saja belum tentu bisa akur dlm segala hal, apalagi dng latar
> budaya yg sangat jauh! Inilah pertimbangan para orangtua. 
> > > 
> > > Pada saat jatuh cinta, perbedaan2 ini biasanya
> tertutupi oleh hal2 yg jasmaniah, tapi setelah berjalan
> sekian lama akan menjadi masalah. Dibutuhkan usaha yg lebih
> keras utk saling menerima. 
> > > 
> > > Tapi memang semua tdk mutlak, tergantung pribadi
> masing2. Yg penting hrs dipikir matang2 dulu, dlm perkawinan
> antar golongan anda menghadapi tantangan yg lebih besar. 
> > > 
> > > Satu hal yg penting: bagi para orangtua,
> perkawinan bukan hanya antar dua orang saja, tapi juga
> merupakan perkawinan antar dua keluarga. Jika dua keluarga
> tradisinya sangat berlainan, sulit untuk bisa benar2
> menyatu. Misalnya saat merayakan sincia yg satu sedang
> puasa, kan repot. 
> > > 
> > > Sent from my BlackBerry® 
> > > powered by Sinyal Kuat INDOSAT 
> > > 
> > > -----Original Message----- 
> > > From: "cristine_mandasari " cristine_mandasari@
> ... 
> > > Date: Sat, 24 Oct 2009 21:32:09 
> > > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
> > > Subject: [budaya_tionghua] perkawinan campur 
> > > 
> > > selamat pagi, 
> > > semoga hari ini menjadi hari yg baik untuk anda
> semua :D 
> > > sy anggota baru milis ini, salam kenal :) 
> > > 
> > > ada yg mengganjal dalam pikiran sy tentang kawin
> campur: 
> > > 1. mengapa kawin campur antara etnis tionghoa dan
> etnis bumiputra lain, terutama jawa (maapkan jika istilah sy
> kurang tepat atau terkesan rasis)masih dianggap tabu hingga
> sekarang, dan mendapatkan halangan yg berat dari pihak
> orangtua? 
> > > bukankah hal itu merupakan proses asimilasi yg
> wajar jika pasangan beda etnis sama2 mencintai? 
> > > 2. sy melihat adanya diskriminasi gender... 
> > > jika yang menikah adalah pria tionghoa dan wanita
> jawa, misalnya, hal itu tidak akan bermasalah sebab anak yg
> lahir akan mengikuti seh (marga) si ayah... 
> > > namun, tidak demikian halnya, jika pria jawa dan
> wanita tionghoa, seringkali dianggap menyalahi aturan dengan
> adanya mitos (dalam adat jawa)bahwa abu orang tionghoa lebih
> tua daripada jawa sehingga pernikahan mereka akan pamali
> atau bernasib buruk? 
> > > 3. bagaimana cara mengubah pola pikir generasi
> lama? 
> > > terima kasih & mohon tanggapannya :D
> > >
> >
> 
> 
> 
> 
> ------------------------------------
> 
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
> 
> .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.
> 
> .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
> 
> .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
> 
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
>     mailto:budaya_tionghua-fullfeatu...@yahoogroups.com
> 
> 
> 


      

Kirim email ke