Klo di keluarga besar mungkin aja kali bang. G punya sepupu umur 50 tuh n 
ponakan umur 20. Blom lagi klo di rumah abu ketemu "sodara" semarga malah g 
punya ponakan umur 70an, cucunya dia tmn sekolah g. 
-----Original Message-----
From: "ardian_c" <ardia...@yahoo.co.id>
Date: Tue, 01 Dec 2009 01:57:59 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: [budaya_tionghua] Re: OOT: Percaya ga Percaya: baru ngobrol dengan 
cicit Kaisar Guang Xu di Jakarta

kamsia, yg maksud owe ini adalah keheranan kalu emang sepupu kok beda jauh 
umurnya hehehehe getu lho.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Akhmad Bukhari Saleh" <absa...@...> 
wrote:
>
> ----- Original Message ----- 
> From: ardian_c 
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
> Sent: Sunday, November 29, 2009 10:50 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: OOT: Percaya ga Percaya: baru ngobrol dengan 
> cicit Kaisar Guang Xu di Jakarta
> 
> > Lage guangxu mokad taon 1908,
> > itu cixi dah umur brp?
> > guangxu sendiri rasanya belon sampe
> > umur 40 taon, sekitar 30an.
> 
> 
> - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
> 
> Tetapi Ardian-heng, kenyataan sejarah memang menunjukkan See Thayhouw Tjoe 
> Hie meninggal persis sehari setelah meninggalnya Hongtee Kong Sie!!
> 
> Tjoe Hie meninggal 15 November 1908 dalam umur 73 tahun kurang 2 minggu, 
> sedangkan Kong Sie meninggal sehari sebelumnya, 14 November 1908 dalam umur 
> 37 tahun lebih 2,5 bulan.
> 
> Jangan lupa bahwa Kong Sie sudah menjadi kaisar sejak umur 3,5 tahun.
> Maka keheranan looheng: "... cixi dah umur brp? guangxu sendiri rasanya belon 
> sampe umur 40 taon ..." menjadi tidak heran lagi, karena ketika dia 'mokad', 
> Kong Sie jadinya sudah sempat bertahta selama 34 tahun (walau efektif 
> berkuasa tidak selama itu).
> Tentunya 34 tahun itu bukan waktu sebentar. Lebih lama dari 'bertahta'-nya 
> Soeharto! Hehehe...
> 
> Tetapi memang cerita si cicitnya Kaisar Kong Sie ini banyak ngawurnya.
> 
> Antara lain, pengganti Kong Sie, Kaisar Henry Puyi, bukanlah adik Kong Sie, 
> melainkan keponakan.
> 
> Antara lain lagi, tidak mungkin nenek si cicit dendam pada Sun Yat Sen 
> gara-gara coup terhadap Kong Sie.
> Karena coup itu tidak dilakukan oleh Sun Yat Sen, melainkan oleh Ibusuri Tjoe 
> Sie dibantu oleh a.l. Yuan Si Kai.
> 
> Antara lain juga, Henry Puyi tidak pernah kabur dari Tiongkok.
> Sejak diturunkan dari tahta tahun 1912, sampai naik tahta lagi untuk 2 minggu 
> di tahun 1917, dia tetap tinggal di Istana Terlarang, Beijing.
> Setelah peristiwa 1917 itu, dia tinggal di istana di Tianjin selama 15 tahun. 
> Lalu diangkat Jepang di tahun 1932 menjadi raja boneka di Mancuria sampai 
> 1945.
> 
> Antara lain pula, Henry Puyi juga tidak pernah dengan niatnya sendiri menolak 
> untuk menjadi kaisar.
> Setiap kali dia gagal menjadi kaisar adalah karena diturunkan orang dengan 
> paksaan. 
> 
> Namun, di segi lain, bisa dicatat bahwa memang betul sampai 40-an tahun yang 
> lalu, daerah Glodok, Jakarta Barat, disebut sebagai "Pancoran".
> Yaitu sebelum dikenalnya Pancoran sebagai nama daerah di persimpangan Tugu 
> Dirgantara, Jakarta Selatan. 
> 
> Bagaimana pun juga, bagi mereka yang punya 'modal' pengetahuan tentang 
> sejarah akhir dinasti Tjeng (Qing), kelihatannya akan menarik untuk bisa 
> ngobrol dengan si cicitnya Kaisar Kong Sie ini...
> 
> Wasalam.
> 
> ============================= 
> 
>   ----- Original Message ----- 
>   From: ardian_c 
>   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
>   Sent: Sunday, November 29, 2009 10:50 PM
>   Subject: [budaya_tionghua] Re: OOT: Percaya ga Percaya: baru ngobrol dengan 
> cicit Kaisar Guang Xu di Jakarta
> 
> 
>   rasanya si guangxu bukan sdr.sepupu cixi, wong cixi itu ibusuri, dan 
> guangxu itu anak asuh dari ratu Ci An, bokapnya namanya kaisar Xianfeng getu.
>   Lage guangxu mokad taon 1908, itu cixi dah umur brp ? guangxu sendiri 
> rasanya belon sampe umur 40 taon, sekitar 30an.
> 
>   trus jg kerajaan dinasti qing itu adalah orang manchu dan semua kaisar qing 
> marganya aishin gioro aixin jueluo.
> 
> 
>   --------------------------------------------
> 
> 
>   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "save_mynit" <save_mynit@> wrote:
>   >
>   > Salam teman2,
>   > 
>   > Boleh percaya atau tidak. Saya pun separuh percaya separuh tidak. Dalam 
> minggu ini baru bertemu dan berkenalan dengan seorang Mongol yg lahir di 
> Indonesia. Ketika dia menceritakan asal-usulnya, dia cerita kalau neneknya 
> adalah putri tertua Kaisar Guang Xu - kaisar yang memerintah tepat sebelum 
> the last emperor Pu Yi.
>   > 
>   > Alkisah, saat Kakek Buyutnya memerintah di Cina, pemerintahan tersebut 
> katanya dicemburui dan diambil alih lewat kelicikan XiCi saudara sepupunya. 
> Sang Kakek buyut (Guang Xu) akhirnya tewas diracun. Menurut ceritanya, Kaisar 
> Guang Xu mempunyai lebih dari satu istri. Dari istri pertama, dia sama sekali 
> tidak menghasilkan keturunan laki2 (bayi yang dilahirkan berupa ketuban yg 
> isinya air-tidak ada bayinya). Sedang dari istri ke dua ia memiliki 8 (lupa 
> kayaknya) putri dan putri tersulung adalah nenek dari si cicit ini.
>   > 
>   > Karena Kaisar Guang Xu tidak punya penerus laki2 maka secara licik XiCi 
> menunjuk anak laki2 dari adik kaisar Guang Xu, yakni Puyi yg masih kecil. 
> Jadilah Guang Xu dilengser diteruskan oleh kaisar kecil Puyi. Cerita 
> selanjutnya, Puyi pun menderita (ceritanya disiksa oleh Jepang, dituduh 
> mendalangi pemberontakan, dan seterusnya). Puyi pun sempat kabur dari Cina, 
> dan pada suatu saat kembali ke Cina tapi menyerahkan stempel kaisar (tanda 
> menolak menjadi kaisar). Selanjutnya hidup Puyi seperti rakyat jelata, miskin 
> dan sempat berjualan kembang.
>   > 
>   > Bagaimana cicit Kaisar Guang Xu bisa sampai di Indonesia? Menurut si 
> cicit ini, pada masa coup di pemerintahan Guang Xu, seluruh keluarga dan 
> anak2 Guang Xu dibabat habis. Itu pula yang menurut si cicit ini, neneknya 
> selalu dendam pada Sun Yat Sen. Menurut kisahnya, 6 dari saudara2 sang nenek 
> dikejar dan dibunuh. Akhirnya si nenek memutuskan untuk lari sampai ke 
> Indonesia.
>   > 
>   > Di Indonesia (ini uniknya) si Nenek turun Jakarta, di tempat yang disebut 
> "Pasar Pancoran" - katanya ini adalah Glodok jaman dulu. Dan di Indonesia dia 
> mencari2 orang China yang cukup besar yang bisa jadi tempat perlindungan. 
> Pada cerita inilah sang cicit menyebut nama seorang mantan orang terkaya Asia 
> pada jaman itu: Oei Tiong Ham yang juragan gula. Katanya, Oei Tiong Ham 
> mengirim orang untuk menjemput si Nenek yang masih keluarga Kaisar Guang Xu 
> itu dengan mobil dan diantar hingga ke Semarang.
>   > 
>   > Selanjutnya, demi menghilangkan jejak maka sepakatlah si Nenek ini untuk 
> ganti marga. Kebetulan marga yang dipakai adalah marga Hokkian: Ong. Saya 
> lupa tanya, bagaimana jelasnya, kalau tidak salah si cicit ini punya ayah 
> asli dari Mongol (mungkin cucu langsung Kaisar Guang Xu) dan menikah dengan 
> seorang perempuan Tionghoa yang berasal dari Menado. Si cicit ini pun lahir 
> di Sana dan sempat kembali ke Mongolia.
>   > 
>   > Usia si cicit ini masih muda. Beda kira2 2 tahun dengan saya. Do you 
> believe it? Sekarang kalau saya mau ngobrol dengan si cicit ini, hanya 
> tinggal jalan kaki sekian puluh meter dari rumah. Dan saya masih penasaran 
> untuk ngobrol lagi dengan si cicit yang berwajah sangat totok dengan alis 
> tinggi dan tekstur tulang wajah yang sangat mirip orang Cina daratan (kulit 
> agak hitam dan sipit).
>   > 
>   > Percaya gak percaya....
>   > 
>   > Salam
>   > Abdi Christ
>



Kirim email ke