Dalam bahasa Inggres, dikenal Spirit (nyawa) and Soul (jiwa).

Per-tama tama, definisi ROH, JIWA dan NYAWA itu substiantially beda beda, 
tergantung apakah ini istilah kedokteran (psikologi), atau agama , Yahudi, 
Nasrani, Islam atau agama agama Timur, seperti Hindu, Buddha, Tao, Konghucu, 
dsb. Atau falsafah ( Btw anda sendiri diajari mengenai jiwa dan roh  dalam 
agama anda bagaimana?). 

Agama agama asal Timur Tengah, ini agama agama yang diajarkan oleh Abraham, 
yakni Yahudi, Nasrani dan Islam, TIDAK mengakomodasi konsep reinkarnasi.

Agama Hindu mengenal penitisan atau kelahiran kembali, reinkarnasi. Buddha 
mengenal konsep transformasi kesadaran, Tumimbal Lahir, BUKAN reinkarnasi.

Ha ha ha Anda tahu budaya Tionghoa dari TV? Ortu cerita apa dong?

Kalau ingin tahu sesuatu, pelajarilah secara mendalam, kalau hanya sekedar 
tanya sana sini, anda ujung ujungnya hanya setengah tahu, lebih celaka daripada 
nggak tahu apa apa..

Babi kecap? Yesus tak makan babi lho (dan dikhitan), karena beliau menganut 
agama Yehuda..karena itu sodara sodara umat Advent juga menghindari babi yang 
tak halal itu (umat Yehuda katakan "tidak kosher")..

Salam babi panggang




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Petrus Paryono <petruspary...@...> 
wrote:
>
> Dear Younginheart (maaf kalo ini bukan nama yang benar),
> 
> Boleh sedikit bertanya, apakah ada perbedaan antara roh (spirit), jiwa 
> (soul), dan nyawa (Inggrisnya apa ya?) dalam pemahaman rebirth? 
> 
> Kalo ada perbedaan, yang menitis itu roh atau jiwa atau nyawa? Lalu yang 
> kekal yang mana?
> 
> Sori banyak tanya? Soalnya di tv kalo sore hari ada film Panglima Tian Feng 
> yang tumitis menjadi Pat Kai calon babi kecap ..... hmmm.... jadi lapar 
> nih..... 
> 
> Salam,
> Petrus Paryono
> 
> 
> 
> 
> 
> ________________________________
> From: younginheart5000 <crv...@...>
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Tue, February 2, 2010 4:40:39 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Reinkarnasi - -> Bro Petrus
> 
>   
> 
> Bro, mod dan sohib sohib disini tidak berwawasan sempit lalu main semprit.
> 
> Memperdalam pengetahuan mengenai budaya Tionghoa memang disini, salah satu, 
> tempatnya. jadi anda tidak salah masuk.
> 
> Kalau anda keturunan Tionghoa, memang tinggal memperdalam apa yang anda dapat 
> dari ortu dan leluhur, dan kalau anda tidak mendapat pendidikan Tionghoa 
> sebagai orang Tionghoa, lalu didikan apa yang anda dapat?
> 
> Kalau anda bukan keturunan Tionghoa, jelas tak mendapat didikan Tionghoa, 
> masih pantas mencari tahu mengenai budaya Tionghoa disini.
> 
> Masalah reinkarnasi, seperti dijelaskan pak pak Mihardja dan sohib sohib yang 
> lain, ada dalam BANYAK kebudayaan. Juga ada dalam ajaran Kristiani (in 
> karnasi berasal dari bahasa Latin,in carnere, menjadi daging. reinkarnasi 
> aberasal dari re (kembali) incarnere (menjadi daging)). Budaya Yehuda sudah 
> mengenal konsep ini, juga Mesir kuno dan Babylonia.
> 
> Titik temu dengan budaya Tionghoa adalah dengan masuknya agama Buddha ke 
> Tiongkok, berinkulturisasi menjadi Mahayana Tiongkok, dimana konsep 
> "reinkarnasi" masuk dalam spiritualitas Tionghoa. Konsep ini ketat dalam 
> ajaran aliran Maitreya. misalnya.
> 
> Saya kutip sebuah tulisan: 
> 
> "Banyak umat Buddha awam dan umat agama lain yang telah keliru menganggap 
> reinkarnasi adalah sebuah istilah agama Buddha. Padahal, ajaran Buddha justru 
> ingin mendefinisikan kembali (mengoreksi) istilah 'reinkarnasi' yang dikenal 
> kaum Hindu dan menggantinya dengan punarbhava, atau rebirth dalam bahasa 
> Inggris, karena istilah ini lebih tepat!
> 
> Dalam agama Buddha, tidak ada istilah penjelmaan kembali bagi suatu makhluk 
> yang telah mati dan memasuki tubuhnya yang baru. Ini konsep Hindu.
> 
> Agama Buddha hanya mengenal kelahiran kembali (rebirth). Dalam pengertian 
> reinkarnasi, roh (jiwa) seseorang yang telah mati berpindah ke tubuh yang 
> baru. Di sini, roh dianggap suatu substansi yang kekal yang berpindah dari 
> satu tubuh ke tubuh yang lainnya.
> 
> Dalam konsep Buddhis, tidak dikenal istilah 'roh (jiwa) yang kekal' karena 
> agama Buddha menganut konsep anatta (tanpa roh). Tidak ada suatu diri yang 
> kekal yang berpindah setelah kita mati. Yang ada hanyalah suatu energi 
> (berbentuk kesadaran penyambung) yang meneruskan kehidupan berikutnya. Ibarat 
> api lilin yang diteruskan dari satu lilin ke lilin yang lain, api lilin itu 
> sendiri tidak berpindah, karena lilin-lilin sebelumnya tetap menyala, 
> melainkan karena adanya kondisi (sumbu lilin) yang memungkinkan lilin-lilin 
> berikutnya menyala. Demikian pula kita terlahir kembali karena masih adanya 
> sumbu kehidupan (kemelekatan) .
> 
> Ingatlah hukum fisika yang menyatakan: energi tidak dapat diciptakan dan 
> tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang 
> lain. Hukum karma dalam agama Buddha dapat dibandingkan dengan hukum energi 
> dalam fisika. Hukum karma menyatakan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan 
> manusia akan berakibat (akibatnya tidak akan hilang). Tetapi akibatnya bisa 
> dalam berbagai kondisi (bentuk) sesuai dengan kadar perbuatannya. Akibat dari 
> suatu karma buruk yang tidak terlalu besar dapat diminimalkan dengan suatu 
> karma baik yang besar. Akibat itu sendiri tidaklah hilang, tetapi seolah-olah 
> telah hilang karena kekuatan karma baik yang besar. Ini dapat diibaratkan 
> garam yang berkurang rasa asinnya apabila dilarutkan dengan air yang 
> banyak..."
> 
> Seperti saya tulis sebelumnya, mempelajari apapun, hanya akan berhasil, kalau 
> a) ada tekad bulat, bukan sekedar ingin tahu hangat hangat tahi ayam, b) 
> menemukan guru yang benar, dan c) mempunyai kesabaran dan keuletan mengatasi 
> semua halangan.
> 
> Kalau bro bukan Tionghoa, melainkan Jawa, misalnya, maka reinkarnasi juga 
> merupakan konsep yang telah diimani ribuan tahun silam.
> 
> By the way, bro akan disemprit Mod dan para sohib, kalau anda bahas mendalam 
> murni ajaran Nasrani, Islam atau Yahudi disini, yang tak berawal di tanah 
> Tiongkok.
> 
> --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Petrus Paryono <petrusparyono@ ...> 
> wrote:
> >
> > 
> > 
> > Terima kasih atas pencerahannya. Cukup membuka wawasan saya.
> > 
> > Saya akan coba belajar lebih lanjut, tapi tidak dengan tanya-jawab di milis 
> > ini. Saya kuatir kalau nanti keluar dari koridor milis "Budaya Tionghua" 
> > bakal disemprit .... he...he....
> > 
> > Salam,
> > Petrus Paryono
> > 
> > 
> > 
> > ____________ _________ _________ __
> > From: younginheart5000 <crv118@>
> > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> > Sent: Mon, February 1, 2010 8:07:23 PM
> > Subject: [budaya_tionghua] Re: Reinkarnasi - -> Bro Petrus
> > 
> > 
> > Petrus Paryono <petrusparyono@ ...> wrote:
> > 
> > "> sebelumnya mohon maaf kalau posting ini tidak sesuai dengan "Budaya 
> > Tionghua", karena saya tidak pernah mendapat didikan Budaya Tionghua..
> > 
> > > Saya ingin bertanya untuk menambah wawasan saya yang masih sempit:
> > > 
> > > 1. agama atau kepercayaan apa saja yang mengakui adanya reinkarnasi?
> > > 2. apakah reinkarnasi dapat berakhir?"
> > 
> > ----------
> > 
> > Anda bukan dari keluarga Tionghoa, jadi tak mendapat didikan budaya 
> > Tionghoa?   By the way, apa urusan budaya Tionghoa dengan reinkarnasi?
> > 
> > Untuk info anda (selanjutnya, mohon datang ke vihara untuk memperdalam 
> > pengetahuan anda, misalnya PusDikLat Buddha, Vihara Avalokitesvara: Jl. 
> > Mangga Besar 58, Jakarta Barat
> > Telp. (021) 6294542, 6299551 Fax.(021) 6249984)
> > 
> > "Reinkarnasi" dalam agama Buddha
> > 
> > Dalam agama Buddha dipercayai bahwa adanya suatu proses kelahiran kembali 
> > (Punabbhava) . Semua makhluk hidup yang ada di alam semesta ini akan terus 
> > menerus mengalami tumimbal lahir selama makhluk tersebut belum mencapai 
> > tingkat kesucian Arahat. Alam kelahiran ditentukan oleh karma makhluk 
> > tersebut; bila ia baik akan terlahir di alam bahagia, bila ia jahat ia akan 
> > terlahir di alam yang menderitakan. Kelahiran kembali juga dipengaruhi oleh 
> > Garuka Kamma yang artinya karma pada detik kematiaannya, bila pada saat ia 
> > meninggal dia berpikiran baik maka ia akan lahir di alam yang berbahagia, 
> > namun sebaliknya ia akan terlahir di alam yang menderitakan, sehingga 
> > segala sesuatu tergantung dari karma masing-masing. Umat Buddhist tak 
> > menggunakan konsep re-inkarnasi, yang hanya dikenal dalam agama Hindu.
> > 
> > Reinkarnasi dalam Hindu
> > 
> > Dalam agama Hindu, filsafat reinkarnasi mengajarkan manusia untuk sadar 
> > terhadap kebahagiaan yang sebenarnya dan bertanggung jawab terhadap nasib 
> > yang sedang diterimanya. Selama manusia terikat pada siklus reinkarnasi, 
> > maka hidupnya tidak luput dari duka. Selama jiwa terikat pada hasil 
> > perbuatan yang buruk, maka ia akan bereinkarnasi menjadi orang yang selalu 
> > duka. Dalam filsafat Hindu dan Buddha, proses reinkarnasi memberi manusia 
> > kesempatan untuk menikmati kebahagiaan yang tertinggi. Hal tersebut terjadi 
> > apabila manusia tidak terpengaruh oleh kenikmatan maupun kesengsaraan 
> > duniawi sehingga tidak pernah merasakan duka, dan apabila mereka mengerti 
> > arti hidup yang sebenarnya
> > 
> > Dalam filsafat agama Hindu, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus 
> > menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Pada saat 
> > manusia hidup, mereka banyak melakukan perbuatan dan selalu membuahkan 
> > hasil yang setimpal. Jika manusia tidak sempat menikmati hasil perbuatannya 
> > seumur hidup, maka mereka diberi kesempatan untuk menikmatinya pada 
> > kehidupan selanjutnya. Maka dari itu, munculah proses reinkarnasi yang 
> > bertujuan agar jiwa dapat menikmati hasil perbuatannya yang belum sempat 
> > dinikmati. Selain diberi kesempatan menikmati, manusia juga diberi 
> > kesempatan untuk memperbaiki kehidupannya (kualitas).
> > 
> > Jadi, lahir kembali berarti lahir untuk menanggung hasil perbuatan yang 
> > sudah dilakukan. Dalam filsafat ini, bisa dikatakan bahwa manusia dapat 
> > menentukan baik-buruk nasib yang ditanggungnya pada kehidupan yang 
> > selanjutnya. Ajaran ini juga memberi optimisme kepada manusia. Bahwa semua 
> > perbuatannya akan mendatangkan hasil, yang akan dinikmatinya sendiri, bukan 
> > orang lain.
> > 
> > Yang bisa berinkarnasi itu bukanlah hanya jiwa manusia saja. Semua jiwa 
> > mahluk hidup memiliki kesempatan untuk berinkarnasi dengan tujuan 
> > sebagaimana di atas (menikmati hasil perbuatannya di masa lalu dan 
> > memperbaiki kulaitas hidupnya).
> > 
> > Proses reinkarnasi
> > 
> > Pada saat jiwa lahir kembali, roh yang utama kekal namun raga kasarlah yang 
> > rusak, sehingga roh harus berpindah ke badan yang baru untuk menikmati 
> > hasil perbuatannya. Pada saat memasuki badan yang baru, roh yang utama 
> > membawa hasil perbuatan dari kehidupannya yang terdahulu, yang 
> > mengakibatkan baik-buruk nasibnya kelak. Roh dan jiwa yang lahir kembali 
> > tidak akan mengingat kehidupannya yang terdahulu agar tidak mengenang duka 
> > yang bertumpuk-tumpuk di kehidupan lampau. Sebelum mereka bereinkarnasi, 
> > biasanya jiwa pergi ke surga atau ke neraka.
> > 
> > Dalam filsafat agama yang menganut faham reinkarnasi, neraka dan sorga 
> > adalah suatu tempat persinggahan sementara sebelum jiwa memasuki badan yang 
> > baru. Neraka merupakan suatu pengadilan agar jiwa lahir kembali ke badan 
> > yang sesuai dengan hasil perbuatannya dahulu. Dalam hal ini, manusia bisa 
> > bereinkarnasi menjadi makhluk berderajat rendah seperti hewan, dan 
> > sebaliknya hewan mampu bereinkarnasi menjadi manusia setelah mengalami 
> > kehidupan sebagai hewan selama ratusan, bahkan ribuan tahun. Sidang neraka 
> > juga memutuskan apakah suatu jiwa harus lahir di badan yang cacat atau 
> > tidak.
> > 
> > Akhir proses reinkarnasi
> > 
> > Selama jiwa masih terikat pada hasil perbuatannya yang terdahulu, maka ia 
> > tidak akan mencapai kebahagiaan yang tertinggi, yakni lepas dari siklus 
> > reinkarnasi. Maka, untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi tersebut, roh 
> > yang utama melalui badan kasarnya berusaha melepaskan diri dari belenggu 
> > duniawi dan harus mengerti hakikat kehidupan yang sebenarnya. Jika tubuh 
> > terlepas dari belenggu duniawi dan jiwa sudah mengerti makna hidup yang 
> > sesungguhnya, maka perasaan tidak akan pernah duka dan jiwa akan lepas dari 
> > siklus kelahiran kembali. Dalam keadaan tersebut, jiwa menyatu dengan Tuhan 
> > (Moksha [2]).
> > 
> > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Petrus Paryono <petrusparyono@ 
> > ...> wrote:
> > >
> > > Dear milis,
> > > sebelumnya mohon maaf kalau posting ini tidak sesuai dengan "Budaya 
> > > Tionghua", karena saya tidak pernah mendapat didikan Budaya Tionghua.
> > > 
> > > Saya ingin bertanya untuk menambah wawasan saya yang masih sempit:
> > > 
> > > 1. agama atau kepercayaan apa saja yang mengakui adanya reinkarnasi?
> > > 2. apakah reinkarnasi dapat berakhir?
> > > 
> > > Atau kalau ada link yang berkaitan dengan reinkarnasi, mohon informasinya.
> > > 
> > > Terima kasih ya rekan-rekan milis yang baik.
> > > 
> > > Salam,
> > > Petrus Paryono
> > >
> >
>


Kirim email ke