didunia sekarang ini ada yg namanya hak azasi. jadi biarkan saja yg senang 
memakai istilah cina, kan mereka itu huana, jadi ya maklum saja.
sedangkan Tionghoa, alias Tenglang alias Tongnyin alias Hanren alias Huaren 
adalah wajar kalau tdk suka istilah itu.
Sojah wushu,
Koay Hiap.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "als" <a...@...> wrote:
>
> Bahasa adalah hidup karena terus dipakai oleh orang hidup, sedangkan KBBI
> adalah benda mati yang tentu saja cenderung selalu ketinggalan. Mungkin
> karena kekurangan dana atau ketiadaan anggaran atau apa, Pusat Bahasa tidak
> menerbitkan suplemen kata-kata atau istilah-istilah terbaru yang sekarang
> ini dipakai oleh masyarakat umum. Pemakaian istilah Tionghoa dan Tiongkok
> semestinya harus sudah dicantumkan dalam suplemen itu (sayangnya sekarang
> tidak tersedia) dan yang lebih penting lagi seharusnya istilah Tionghoa dan
> Tiongkok ini hendaknya dipakai ketika kita berbicara atau menulis sehingga
> secara alami kata-kata ini menjadi baku dan masuk ke dalam KBBI. Sayangnya
> surat kabar paling berpengaruh di Indonesia (KOMPAS) dan beberapa kalangan
> Tionghoa sendiri lebih suka memakai istilah China atau bahkan Cina
> sebagaimana yang ditunjukkan berkali-kali oleh beberapa teman di sini dan
> teman-teman di t-net pada umumnya. Aneh juga jika sebagian Tionghoa
> mengusulkan pencantuman istilah Tionghoa di KBBI dan sebagian lainnya masih
> senang memakai bahkan merasa bangga jika dipanggil Cina dan memanggil Cina
> kepada Tionghoa-Tionghoa lainnya atau malah lebih senang memakai "Chinese"
> yang jelas bukan kata dalam bahasa  Indonesia. :-)
> 
>  
> 
> Andy L.S..
> 
>  
> 
>   _____  
> 
> From: ibcindon [mailto:ibcin...@...] 
> Sent: Tuesday, February 16, 2010 9:36 PM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: [budaya_tionghua] KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 4/e. pusat bahasa.
> 2008 [1 Attachment]
> 
>  
> 
>   
> 
> [Attachment(s) from ibcindon included below] 
> 
> Di dalam buku KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA , 4/E. PUSAT BAHASA,
> DEPDIKNAS. PT GPU. 2008.
> 
> Memang tidak tercantum kata : "Tionghoa" atau pun "Tiongkok"
> 
> Yang ada ya hanya kata " CINA ", dengan bentukan kata majemuk : cina buta,
> cina kolong, cina perantauan, mencina. 
> 
> Ada juga peranakan, babah, baba.
> 
> Buku kamus dari Pusat Bahasa ini merupakan acuan resmi dan baku bagi
> perbendaharaan kosa kata nasional, Indonesia. Untuk berbahasa Indonesia
> yang benar dan baik, tepat.
> 
> Selama kata "Tionghoa" dan "Tiongkok" tidak tercantum didalamnya, selalu
> akan timbul ambigue, atau malah terjadi preferensi pemakaian kata "Cina".
> Terjadi lagalisasi pemakaian kata tsb.
> 
> Mungkin jalan terbaik agar kata Tionghoa dan Tiongkok dapat kembali masuk
> dalam kosa kata nasional yang baik dan tepat, haruslah diusahakan
> menghubungi lembaga Pusat Bahasa Depdiknas agar diusulkan pada edisi
> berikutnya dimasukan dimasukan kedua kata tsb. Tentunya disertai alasan
> dan penjelasan lengkap. Sebaiknya oleh ahli bahasa.
> 
> Selama ini tidak terlaksana, keluhan hanya akan berupu gerutuan yang tidak
> pernah ada perbaikan.
>


Kirim email ke