Tulisan ini juga disajikan dalam website
http://perso.club-internet.fr/kontak)



Catatan A. Umar Said


Generasi muda memperingati

9 tahun mundurnya Suharto



Baru-baru ini fikiran banyak orang di Indonesia digugah kembali  dengan
adanya berita-berita dan tulisan di suratkabar dan televisi tentang berbagai
aksi oleh kalangan mahasiswa di banyak kota (Jakarta, Banten, Bandung,
Jogya, Semarang, Surabaya, Bali; Lombok, Makasar, Jambi, dan kota-kota
lainnya) untuk memperingati 9 tahun mundurnya Suharto sebagai presiden RI
pada tanggal 21 Mei 1998. Mengingat keadaan rakyat dan negara kita dewasa
ini, maka nyatalah bahwa aksi-aksi yang banyak digelar oleh para  mahasiswa
dari berbagai organisasi ini  mempunyai arti penting sekali. Berikut di
bawah ini disajikan dua berita yang disiarkan Jawapos dan Liputan 6 SCTV
sebagai sekadar bahan untuk bisa menelaah bersama-sama berbagai masalah
besar bangsa kita  pada dewasa .ini.



Aksi oleh kalangan luas di Jakarta


Menurut suratkabar Jawapos (22 Mei 2007) “Aksi mahasiswa yang terjadi di
sejumlah titik di ibu kota untuk memperingati sembilan tahun reformasi
kemarin merujuk pada satu tuntutan: Adili Soeharto! Sejumlah spanduk yang
menyuarakan tuntutan tersebut dibeber ratusan mahasiswa dari berbagai macam
elemen yang tersebar di beberapa kawasan, dari Istana Negara hingga bundaran
HI.

"Semula, para mahasiswa itu berencana menyuarakan tuntutan mereka ke Jl
Cendana, rumah mantan Presiden Soeharto. Tapi, rencana tersebut dibatalkan.
"Kita batal (ke Cendana) karena ada info, jika kami ke sana, akan rawan
terjadi bentrok. Sebab, ada massa yang asalnya tidak jelas," kata seorang
aktivis. Aksi turun ke jalan para mahasiswa kemarin berlangsung relatif
tertib dan terkendali. Meski demikian, petugas mengamankan sedikitnya tujuh
orang.

"Mereka yang diamankan polisi itu berasal dari dua kelompok massa. Yang
pertama berasal dari gabungan Forum Kota, Front Nasional, dan KGJ-STTJ.
Meski hanya sekitar 50 orang, kelompok massa itu terlihat paling nekat.
Mereka bahkan sempat beradu fisik dengan polisi yang mengawal mereka. Itu
terjadi ketika polisi hendak menyita poster bergambar Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono yang dicorat-coret dan dipasang berdampingan dengan foto
mantan Presiden Soeharto.

"Mereka yang turun ke jalan itu adalah massa dari Kammi Pusat, Ikatan Senat
Mahasiswa Hukum Indonesia, GMS Unas, FIS, HAMAS, FAM UI, dan FSM Jayabaya.
Ada juga LMND, GMP, UPN Bata Merah, KAM Laksi, dan Sema FISIP UNAS.

"Di tempat terpisah, unjuk rasa mahasiswa menuntut pengadilan terhadap
Soeharto juga terjadi di gedung Kejaksaan Agung (Kejagung). Belasan
mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mendesak
kejaksaan agar serius mengusut berbagai kasus korupsi di era Orde Baru,
termasuk kasus korupsi tujuh yayasan Soeharto dan kasus bantuan likuiditas
Bank Indonesia (BLBI).

"Massa HMI mengatasnamakan Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum Mahasiswa Islam
(LKB HMI). Dalam pernyataannya, koordinator aksi Hendrik Kasienjer
mengatakan, sembilan tahun reformasi, pemerintah belum serius menegakkan
hukum terhadap kasus korupsi. "Selama ini penanganannya belum membuahkan
hasil maksimal," kata Hendrik.

"Menurut dia, selain kasus Soeharto, mereka menyoroti penanganan kasus BLBI.
Mereka menuduh pemerintah terkesan tarik ulur untuk menindak tegas para
pelaku kasus BLBI, bahkan memberi kesempatan bersembunyi ke luar negeri.”,
demikian tulis Jawapos





Banyak aksi  di berbagai daerah


Menurut siaran Liputan 6 SCTV tanggal 21 Mei 2007, “ratusan orang dari
elemen mahasiswa, buruh dan mantan karyawan PT Dirgantara Indonesia berunjuk
rasa untukmemperingati sembilan tahun reformasi. Mereka beraksi di depan
Kantor Kejaksaan Tinggi Jawa Barat untuk menyatakan kekecewaan  dengan
kinerja Kejati yang dinilai tidak optimal menyelesaikan kasus korupsi di
Jabar.



"Juga pada hari itu ratusan mahasiswa di Serang (Banten) berdemonstrasi  di
Kantor Gubernur Banten. Mereka membawa foto presiden SBY dan mantan presiden
lainnya. Para presiden itu dinilai sebagai orang-orang yang bertanggungjawab
terhadap keadaan di tanah-air dewasa ini.



“Para mahasiswa di Jambi berdemonstrasi menyesalkan ketergantungan
pemerintah terhadap luar negeri. Massa juga mengecam sikap pemerintah yang
tak mampu mensejahterakan rakyat. Sedangkan unjuk rasa mahasiswa di Semarang
hampir berlangsung ricuh di Gedung DPRD Jawa Tengah. Para demonstran
menuntut penuntasan kasus Trisakti dan minta pemerintah serta elit politik
menghentikan politik dagang sapi.



“Ratusan mahasiswa dari berbagai kampus di Yogyakarta menggelar demonstrasi
untuk mengutarakan  kekecewaan mereka terhadap sikap pemerintah yang belum
tegas menindak mantan penguasa Orde Baru itu. Akibatnya, banyak kasus
korupsi yang dilakukan Suharto dan kroni-kroninya hingga kini belum juga
tuntas.



“Di Bali puluhan mahasiswa dan pemuda yang tergabung dalam Solidaritas
Perlawanan Rakyat berunjuk rasa ke Kejaksaan Tinggi Bali, untuk menuntut
agar Kejaksaan Agung segera mengadili mantan Presiden Suharto. Pihak Kejati
Bali akhirnya berjanji akan meneruskan aspirasi mahasiswa ke Kejaksaan
Agung.



“Sekitar seratus mahasiswa Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat menggelar aksi
teatrikal di depan Kantor Gubernur untuk memprotes sikap pemerintah yang
dinilai mengorbankan kepentingan rakyat demi uang semata. Ratusan mahasiswa
dari berbagai kampus di Makassar juga berdemonstrasi dan menyatakan bahwa
pemerintahan SBY gagal dalam melakukan reformasi.  (Kutipan dari siaran
Liputan 6  SCTV selesai).



Darah segar dalam perjuangan bangsa


Seperti yang bisa sama-sama kita simak, dalam dua berita yang disiarkan
Jawapos dan Liputan 6 SCTV itu tergambar bahwa aksi-aksi yang dilancarkan
kalangan mahasiswa di banyak tempat itu telah mengangkat berbagai soal besar
dan menarik  yang sekarang sedang menjadi persoalan serius rakyat kita.
Adanya aksi-aksi mahasiswa yang dilancarkan dalam rangka memperingati 9
tahun jatuhnya Suharto (21 Mei), dan sekaligus juga mempersoalkan
masalah-masalah besar bangsa itu merupakan hal yang sangat baik sekali. Ini
menunjukkan bahwa bangsa kita, yang sedang dirundung berbagai penyakit parah
dan krisis multi-dimensional akibat puluhan tahun kekuasaan rejim militer
Orde Baru, masih mempunyai darah segar.Juga mengisyaratkan bahwa bangsa kita
masih mempunyai tenaga-tenaga baru untuk meneruskan perjuangan.



Ketika banyak orang sudah putus asa atau pesimis serta sedih melihat
berbagai kerusakan moral yang merajalela di tengah-tengah sangat banyaknya
kesulitan dan penderitaan rakyat, maka munculnya aksi-aksi atau gerakan
mahasiswa yang menyuarakan perlawanan terhadap segala penyakit bangsa itu
merupakan  angin segar,  yang menggugah semangat kita semua. Banyak di
antara kita yang sedikit terobat keprihatinan kita melihat bahwa sebagian
dari generasi muda  masih mau bersusah-payah untuk meneruskan perjuangan
yang masih belum selesai,  dengan mengorbankan tidak sedikit waktu, tenaga,
dan fikiran,  demi kepentingan orang banyak.



Sikap generasi muda kita yang demikian ini terasa lebih penting lagi kalau
kita ingat bahwa banyak di kalangan elite kita, yang duduk di berbagai
lembaga (baik sipil maupun militer), seperti di pemerintahan dan DPR ataupun
DPRD memperlihatkan moral yang busuk dan praktek-praktek kotor  yang
mengkhianati kepentingan rakyat dan bangsa.



Seperti kita dapat kita baca dalam dua berita tersebut di atas, dalam
aksi-aksi yang digelar di berbagai tempat itu telah diangkat masalah korupsi
yang masih terus merajalela dimana-mana, penegakan hukum yang omong-kosong
saja, segala macam penyalahgunaan jabatan untuk mencuri kekayaan publik, dan
berbagai masalah besar lainnya, yang sebagian terbesar merupakan
penyakit-penyakit yang ditinggalkan rejim militer Suharto dkk dan diteruskan
sampai sekarang oleh sisa-sisa Orde Baru serta orang-orang lainnya yang
bejat moralnya.



Tuntutan dimana-mana diadilinya Suharto


Patut kita perhatikan bersama bahwa dalam aksi-aksi di berbagai di tempat
itu dikumandangkan secara lantang dan dengan berbagai cara  untuk menuntut
diadilinya Suharto. Tuntutan yang sah dan adil ini bisa diartikan sebagai
kelanjutan dari peristiwa besar bersejarah 9 tahun yang lalu; ketika ratusan
ribu mahasiswa dan pemuda mengadakan demonstrasi besar-besaran menuntut
mundurnya Suharto sebagai presiden.



Tuntutan  generasi muda kita untuk mengadili Suharto sekarang ini sangat
penting kalau kita ingat bahwa berbagai persoalan Suharto sampai sekarang
terkatung-katung, akibat sikap para simpatisannya yang masih bercokol terus
di berbagai lembaga penting negara kita. Padahal, sudah sejak 9 tahun yang
lalu berbagai dosa atau kesalahan  Suharto sudah dikutuk dalam gerakan
besar-besaran dalam skala nasional. Karena, sudah sejak lama sebelum tahun
1998 itu, berbagai kejahatan Suharto (antara lain : pelanggaran HAM secara
besar-besaran, korupsi-kolusi-nepotisme, pencekekan kehidupan demokrasi,
dominasi militer dalam banyak bidang) telah berlangsung selama puluhan
tahun.



Tumbangnya rejim militer Suharto dkk pada tahun  1998 adalah akibat
banyaknya dosa dan parahnya berbagai kejahatan yang dilakukan  oleh Orde
Baru terhadap rakyat selama jangka yang lama sekali. Dalam proses
ditumbangkannya kekuasaan zalim Suharto dkk ini peran gerakan generasi muda
pada waktu itu adalah besar sekali dan amat bersejarah. Bolehlah  dikatakan
bahwa dalam sejarah Republik Indonesia gerakan mahasiswa dan pemuda menuntut
mundurnya Suharto merupakan peristiwa besar yang patut dicatat dengan tinta
mas !  Karena, berkat gerakan inilah maka mesin kekuasaan raksasa yang telah
berdominasi secara keras (dan kejam !) selama puluhan tahun dapat
diruntuhkan. Tadinya, banyak orang yang tidak dapat membayangkan  bahwa
kekuasaan maha-kuat Suharto -- yang sudah dibangun dengan pembunuhan jutaan
orang tidak bersalah dan penahanan ratusan ribu orang dalam jangka lama
tanpa pengadilan  -- akhirnya bisa diakhiri..



Reformasi yang sedang “mandeg”


Aksi-aksi para mahasiswa tahun 2007 untuk memperingati 9 tahun mundurnya
Suharto ini juga amat penting sekali untuk mengingatkan kita semua bahwa
sebagian terbesar tujuan gerakan reformasi tahun-tahun sekitar 1998 itu
masih belum tercapai sampai sekarang.  Orde Baru yang dikutuk tahun 1998 itu
sekarang masih bercokol terus dalam bajunya yang baru, yaitu yang bermerek
neo-Orde Baru, dimana Golkar (dan sebagian militer) masih tetap memainkan
peran negatif yang besar dalam pengeleloaan negara kita. Banyak praktek
buruk masih diteruskan oleh sisa-sisa pendukung Orde Baru, sehingga membikin
macetnya reformasi dan tetap menimbulkan kesengsaraan besar bagi rakyat,
seperti yang kita saksikan di banyak bidang dewasa ini.



Oleh karena itu adalah wajar sekali bahwa dalam aksi-aksi di berbagai kota
itu telah dilampiaskan kemarahan mereka. Sebenarnya, kemarahan dan
kekecewaan yang dilontarkan generasi muda ini adalah pencerminan kemarahan
dan kekecewaan sebagian terbesar bangsa kita yang terdiri dari 23O juta
orang sekarang ini. Dengan kalimat lain, aksi-aksi generasi muda kita itu
adalah suara hati-nurani sebagian besar rakyat kita.



Aspek sangat penting lainnya dari aksi-aksi mahasiswa di banyak  tempat di
tanair air kita itu adalah ikut-sertanya berbagai organisasi dari
macam-macam aliran politik, agama, dan suku. Partisipasi golongan pemuda dan
mahasiswa dari kalangan NU dan Muhammadiyah dalam kegiatan untuk
memperingati 9 tahun jatuhnya Suharto dan menuntut dilanjutkannya reformasi
ini merupakan pertanda penting, yang mengindikasikan bahwa ada perkembangan
yang menarik tentang sikap generasi muda NU dan Muhammadiyah  terhadap
masalah Suharto dan Orde Baru. Sebab, makin tegasnya atau makin jelasnya
sikap golongan muda NU dan Muhammadiyah ( dan golongan Islam lainnya)
terhadap dosa-dosa Suharto dan sisa-sisa Orde Baru umumnya, akan merupakan
faktor penting atau sumbangan yang besar sekali untuk  terjadinya
perubahan-perubahan besar yang mendasar di negara kita..



Bangkitnya generasi muda dari berbagai golongan untuk melanjutkan  reformasi
yang sedang “mandeg” di tengah jalan sekarang ini adalah dasar yang amat
penting untuk terciptanya di kemudian hari  sistem politik, sosial dan
ekonomi yang lebih baik  daripada yang sekarang. Gerakan  generasi muda
yang digelar di berbagai tempat di Indonesia ini adalah permulaan yang baik
sekali untuk dilanjutkan terus di kemudian hari demi kebaikan anak-cucu
kita. Tetapi adalah perlu sekali lagi bagi gerakan generasi muda ini
ersatu  - atau berkoordinasi melalui berbagai cara dan bentuk --dengan
gerakan berbagai golongan rakyat lainnya (buruh, tani, wanita dll) dalam
perjuangan untuk perubahan-perubahan besar untuk tercapainya masyarakat adil
dan makmur. Makin bersemaraknya kebangkitan buruh untuk perbaikan nasib dan
makin meluasnya  perlawanan berbagai golongan masyarakat  terhadap
neo-liberalisme di Indonesia merupakan lahan yang subur bagi berkembangnya
gerakan generasi muda kita.



Paris, 23 Mei 2007

































.



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.5.467 / Virus Database: 269.7.6/815 - Release Date: 22/05/2007
15:49


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke