Prinsip manajemen terpadu akan menjadi paling menarik dan menjanjikan
dimasa kini atau nanti. Walau bisa saja ini dianggap sebagai hal baru,
akan tetapi Civil Servant/ Public Servant benar-benar dibutuhkan
masyarakat, hatta itu badan usaha atau lembaga-lembaga semisal LSM,
Ormas keagamaan, lembaga pedidikan. Terlebih lagi pemerintah, yang mana
pemerintah adalah pemegang  `kekuasaan' yang sejatinya adalah amanah
dari rakyat. Sebagaimana hakikat keberadaan 'pribadi' manusia (person)
di bumi adalah sebagai khalifah, khalifatul fil ardhi.



Lalu, ahli politik Inggris Johan Locke (1632-1704) yang tulisannya
sangat mempengaruhi pembentukan konstitusi Amerika, menekankan bahwa
pemerintah harus menjadi pelayan, (baca : bukan tuan) dari rakyat yang
membetuknya. Amerika Lho. Indonesia Apa Kabar, Korupsi?



Atau yang lebih sederhana, misalnya sekedar untuk melayani pajak saja
masyarakat harus antri berderet-deret mematuhi birokrasi dan prosedur
yang `pabelieut', belum lagi dengan beberapa pegawainya yang sombong. Ya
kurang lucu aja, masak cuma mau dikorupsi (walau tidak semua) saja harus
mandi keringat. Sementara yang dibawah jembatan sana juga banyak
manusia. Sesekali penggusuran. Ga jarang juga PKL (Pedagang Kaki Lima)
jadi alas an, alasan `mengganggu pemandangan' jadi apologi. Bukannya
justru mereka adalah tanggung jawab Para Wakilnya yang disana, dan
Pemerintah adalah eksekutornya?



Pemilu, reformasi atau apalah namanya, jika tidak ada upaya (political
will dan political riil) untuk melayani atau memberdayakan masyarakat,
apalah artinya?



Banyak masyarakat mengharap perubahan, fakta pemilu 2004 dengan %tase
golput +- 20% bisa jadi di 2009 menjadi dua kali lipatnya. Mau bicara
apalagi jika fakta memang demikian adanya.



`Rakyat selalu benar' (dalam artian untuk dilayani/diberdayakan),
sehingga `kepercayaan' rakyat terhadap pemerintah adalah `feed back'nya.
Ada gula ada semut. Pola hubungan bolak-balik ini menjadi layak sebagai
sebuah tolok ukur tersendiri untuk mengukur sebuah `kesuksesan'.



Sebut saja `lucu' jika para politikus tidak cukup peka terhadap rakyat,
dan semakin lucu karena dibalas dengan kelucuan-kelucuan politikus lain,
republik satu dengan republic yang lain. Cukup puaskah politikus
`menyendiri' dalam mengurus negeri? Tokoh-tokoh agama, ilmuwan,
pengusaha, pendidik, cendekiawan yang masih bersih nurani, kemana?.
Mungkin mereka lebih memilih menjaga diri karena, jelas-jelas mereka
bukan pelawak.



Dixie Lee Ray, politikus Amerika suatu ketika berkata "apapun yang dapat
dilakukan swasta, dapat dilakukan oleh pemerintah dengan lebih baik".
Presiden Ronald Reagen mengulanginya "Sembilan kata yang sangat
menakutkan dalam bahasa Inggris adalah : saya dari pemerintah dan saya
disini untuk membantu anda"



Hugh Sidey mendefinisikan kembali pemerintah sebagai berikut : "Ketika
birokrat membuat kesalahan dan terus menerus membuat kesalahan tersebut,
maka kesalahan ini biasanya menjadi kebijakan baru".



Pernyataan bernada negatif yang paling awal tentang pelayanan pemerintah
dating dari seorang ahli pidato Roma, Taritus yang mengatakan "Semakin
korup suatu bangsa (t), semakin banyak peraturan dibuat", mungkin
kata-kata paling pedas datang dari Jendral bangsa Inggris, Sir Walter
Walker : "Inggris telah menemukan peluru kendali baru. Namanya, pelayan
masyarakat – yang tidak berfungsi dan tidak dapat dipecat (=fired,
yang dalam persenjataan bias pula ditembakkan)". Atau yang dating dari
Boeit Penrose (Senator Amerika 1897-1921), "Kantor pemerintah adalah
tempat pelarian orang-orang tidak kompeten".



Lalu Abraham Lincoln berkata : "Dari Rakyat, oleh Rakyat dan untuk
Rakyat" ia tidak menunjuk pada hubungan sebab-akibat dari ketiga
aspirasi ini. Ia menganggap itu adalah 3 hal yang terpisah yang berdiri,
yang berdiri sendiri dalam mimpinya. Masing-masing tidak menjamin 2 hal
lainnya, dst. Misal : seseorang yang dari rakyat, dipilih pemerintah
oleh rakyat mungkin saja tidak bekerja untuk rakyat. Atau serupa
dengannya, melalui kecurangan/manipulasi, seseorang yang dipilih oleh
rakyat mungkin bukan benar-benar pilihan dari rakyatnya. Pelayanan yang
bermutu seharusnya merupakan integrasi ketiganya. Dari, oleh dan untuk
rakyat. Atau pemerintah yang bersama rakyat untuk kepentingan bangsa, as
a nation. Integral.



Di Negara sosialis, Rusia misalnya, seorang Czar menjelang kematiannya
mencurahkan perasaan frustasinya terhadap birokrasi pejabat-pejabat
Rusia dengan kata-kata : "Saya tidak memerintah Rusia, berpuluh-puluh
ribu pegawai yang sebenarnya memerintah".



Pernahkah terbayang bagaimana system pemerintahan Rosulullah SAW dan
jaman pemerintahan `Presiden' Abu Bakar, Umar, Utsman. Ali (?). Mungkin
kita bisa berkata : "Rasanya seperti kembali ke dunia beradab". Karena
semuanya Integral.


Ada complain? Terima kasih jika bersedia menunjukkan refferensinya.



Aqidah (value, prinsip), Syari'ah (system/cara), Muammalah
(bermasyarakat)

Akar, Ke daun, Berbuah

Aku ideal (To Be), Aku diri (Pribadi, disini), Aku sosial (sejarah)

Firman, Wahyu, Alam Semesta

Bahan Baku, Produksi, Marketing

                       Ilmu, Pendidikan dan Pengajaran, Karya.

Kirim email ke