================================================= 
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : "Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
           nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia."  
================================================= 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration & Pruralism Indonesia 
Quotient] 
Menyambut Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009.  
"Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia." 
Berkah Tri Suci Waisak
Jumat, 8 Mei 2009 | 03:03 WIB 
Oleh Prajnavira Mahasthavira
Bukan guncangan bumi yang mengharukan sebuah kelahiran. Namun ketaatan dan 
perjuangan yang mengabadikan sebuah penerangan. Bukan tetesan air mata yang 
berlinang deras mengantarkan kepergian. Namun pelayanan dan kesetiaan yang 
menjalarkan kasih dan kebijakan. Berkelanalah ke seluruh penjuru bumi. Tanpa 
rintangan terbebaslah hati nurani. Renungkanlah berkah dari 4 pilar bakti yang 
hakiki. Niscaya tenteram hidup jasmani dan rohani
Peringatan Tri Suci Waisak di Tanah Air tahun ini merupakan sumber inspirasi 
sekaligus renungan apa yang telah terjadi dan yang akan diperbuat untuk 
kehidupan lebih baik pada masa datang. 
Renungan Waisak tahun ini bertumpu pada empat pilar bakti yang merupakan salah 
satu ajaran mendasar umat Buddha. Napak tilas tiga peristiwa suci Waisak 
memberi ideologi kuat dalam pelaksanaan empat pilar bakti: kepada orangtua, Tri 
Ratna, tanah air, dan semua makhluk.
Bakti kepada orangtua adalah yang pertama di antara ratusan kebajikan. Napak 
tilas Waisak pertama mengingat kelahiran agung Pangeran Siddharta, pewaris 
takhta Sakya, mengetuk hati kita untuk berterima kasih kepada orangtua yang 
kita sayangi. Dewi Maha Maya, ibunda Pangeran Siddharta, wafat setelah tujuh 
hari kelahiran Beliau dan terlahir di Surga Trayastrimsa.
Setelah mencapai penerangan sempurna menjadi Buddha, Beliau pergi ke Surga 
Trayastrimsa, memberi hadiah tertinggi, darma sempurna menuju pembebasan 
mutlak, bagi Dewi Maya.
Bagai rintik hujan yang menyejukkan hati tiap insan, purnama Waisak kedua 
tentang penerangan sempurna mengingatkan kita akan bakti kepada guru besar, 
Sakyamuni Buddha. Beliau yang telah membabarkan ajaran yang tidak lekang oleh 
waktu dan membentuk persaudaraan suci dengan kasih sayang sehingga kini kita 
semua dapat mengecap indahnya darma. Melalui peristiwa suci kedua, pintu hati 
diketuk untuk membuat pilihan hidup yang membawa manfaat bagi orang banyak, 
seperti dilakukan Buddha dengan bekerja keras membabarkan kebenaran selama 
beberapa dasawarsa.
Perbuatan nyata yang bertumpu pada pelaksanaan paramita, bukan saja membawa 
manfaat bagi diri sendiri, tetapi juga pada kebahagiaan orang banyak, merupakan 
semangat penerangan sempurna Waisak yang terwujud dalam semangat Bodhisattva.
Menjelang wafatnya, dengan tubuh yang lemah, Hyang Buddha masih menunjukkan 
bakti negara dan semua makhluk. Beliau mencegah peperangan yang akan 
memusnahkan negara Kapilavastu, tanah air Beliau.
Saling menyayangi
Pengabdian lebih besar untuk kebahagiaan semua makhluk juga dilaksanakan dengan 
sempurna oleh Hyang Buddha. Tanpa henti, Beliau berpesan kepada para siswanya 
agar sungguh- sungguh berusaha dan berkelana untuk kebahagiaan orang banyak. 
Inilah yang dikatakan bakti kepada semua makhluk.
Mengingat semua makhluk hidup adalah calon Buddha, insan yang memiliki benih 
ke-Buddha-an, hendaknya memperlakukan orang lain dengan penuh hormat, saling 
menyayangi, dan mendukung satu sama lain. Konsep yang amat mendasar ini perlu 
terus dikumandangkan sehingga kita semua disadarkan akan persamaan dan bukan 
mencari perbedaan. Dengan persamaan, rasa hormat, dan menjauhi saling menyakiti 
akan menimbulkan perdamaian, mencegah peperangan, dan memajukan kualitas 
kehidupan secara global.
Semoga ketiga peristiwa suci Waisak yang dilandasi empat pilar bakti dapat 
menyentuh hati kita yang hidup dalam masyarakat majemuk. Bakti kepada orangtua, 
Tri Ratna, bangsa dan negara, serta semua makhluk dapat melimpahkan berkah yang 
mulia untuk kemajuan kehidupan spiritual yang menjadi fondasi kuat bagi 
individu yang akan berkarya membawa perubahan yang baik bagi negeri Indonesia.
Sarva Satva Bhavantu Sukhitatta, semoga semua makhluk hidup dalam damai dan 
berbahagia. Salam Dalam Darma.  [Prajnavira Mahasthavira Sekretaris Jenderal 
World Buddhist Sangha Council; Pimpinan Vihara Mahavira Graha Pusat - Kompas]
--------
Demokrasi dan transformasi
“Tidak berlebihan jika dalam konteks keindonesiaan, spirit perdamaian juga 
merupakan bagian dari solusi berbagai masalah kebangsaan dalam rangka membawa 
bangsa ke arah yang lebih baik. Sebagai bangsa yang terangkai dari mozaik 
kemajemukan, di dalamnya terhimpun beribu-ribu pulau, bahasa, budaya, adat 
kebiasaan, pikiran, dan keinginan, di mana selain merupakan kekayaan keragaman, 
juga dapat menimbulkan perpecahan.
Apalagi pelaksanaan Pemilu 2009 berpotensi memunculkan perbedaan yang kian 
tajam, seperti perbedaan paham dan pemikiran, berpuncak pada perbedaan status 
kekalahan dan kemenangan. Kekalahan maupun kemenangan yang tidak dipahami 
secara dewasa dalam pigura perdamaian hanya akan menodai komitmen persatuan dan 
kesatuan yang telah dirajut bersama (Dh.201). Pada titik inilah kedamaian dalam 
diri, keampuhan untuk hidup harmonis dengan sesama, memunculkan peran yang amat 
vital. Hanya dengan rasa damai, sebuah masyarakat dimungkinkan mampu 
bermusyawarah bersama secara tulus dalam mengatasi masalah, rukun berhimpun, 
hidup harmonis dalam naungan konstitusi sebagai syarat kemajuan dan 
kesejahteraan bangsa (D.II.75-75).
Buddha menjelaskan tentang syarat-syarat kesejahteraan suatu bangsa. Pertama, 
sering berkumpul untuk mengadakan musyawarah. Kedua, dalam permusyawaratannya 
selalu dianjurkan perdamaian. Ketiga, menetapkan adanya hukum-hukum yang baru 
dan mengubah tradisi lama atau meneruskan pelaksanaan aneka peraturan lama 
sesuai darma. Keempat, selalu menunjukkan rasa hormat dan bakti serta 
menghargai orang yang lebih tua. Kelima, melarang keras penculikan atau 
penahanan wanita-wanita dari keluarga baik-baik. Keenam, menghormati dan 
menghargai tempat-tempat suci mereka. Tujuh, melindungi dan menjaga orang-orang 
suci dengan sepatutnya dan bagi mereka yang belum memiliki pekerjaan diusahakan 
agar memiliki pekerjaan serta hidup aman dan damai.
Waisak tahun ini bertepatan dengan pesta demokrasi. Dalam masyarakat yang bebas 
dan demokratis, yang diperlukan adalah kedamaian, bukan perselisihan, 
pertengkaran, dan permusuhan. Demokrasi mempertahankan perdamaian dan 
persatuan, bukan peperangan dan perpecahan. Keragaman dan kebinekaan merupakan 
realitas, kebersamaan dalam perbedaan merupakan kebutuhan. Proses pencapaian 
kebuddhaan merupakan transformasi personal yang sadar dalam membangun 
kemenangan, damai dalam diri, dan harmoni dengan semua.
Selamat hari Waisak 2553 BE. Semoga semua makhluk hidup bahagia.“ [Mahathera 
Nyanasuryanadi Ketua Umum Sangha Agung Indonesia; Pembina Majelis Buddhayana 
Indonesia – Kompas]
--------
Teladan Kehidupan
Teladan menggapai kemuliaan  insan Sidharta sebagai sang Buddha membutuhkan 
perjuangan dan pengorbanan yang tak terkira...
Maka ketika melihat para makhluk-NYA berjuang dengan berselempang cobaan dan 
godaan, maka kejatuhan dan keterpurukan hanyalah sejauh lampaian tangan.. 
kadang memilukan…
Silakan simak lirik lagu memorial ini...
Antara Anyer dan Jakarta - (AA dan J)
(Sheila Majid)
Deru sang ombak, bersilih ke pantai 
Disambut alunan, nyiur melambai 
Rembulan megah, di atas mahligai 
Tersenyum melihat kita berdua 



      

Kirim email ke