Reff.  
     
Siap hadapi, tetapi senjata baru diminta untuk diperiksa, berarti siap sedia 
benar ataukah hanya jual jamu koyok bikin takut tikus?

http://www.antaranews.com/berita/1282394072/menhan-indonesia-siap-hadapi-malaysia

Menhan: Indonesia Siap Hadapi Malaysia
Sabtu, 21 Agustus 2010 19:34 WIB | Peristiwa | Politik/Hankam | 

(ANTARA/Yudhi Mahatma)

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menegaskan, 
Indonesia sap menghadapi Malaysia di meja perundingan untuk menyelesaikan 
masalah perbatasan yang belum selesai, baik perbatasan darat maupun laut.

"Kami sudah siapkan data, fakta dan ketentuan hukum yang mendasari batas 
wilayah RI yang berbatasan dengan Malaysia baik darat maupun laut. Kita sudah 
siapkan semua, dikoordinasikan dengan Kementerian Luar Negeri untuk dibawa ke 
meja perundingan," katanya, kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu.

Ditemui usai memimpin wisuda perdana Universitas Pertahanan Indonesia, Purnomo 
menegaskan, Indonesia ingin persoalan perbatasan baik di darat dan laut 
diselesaikan secara progesif. 

"Setelah disepakati dan diratifikasi, kedua negara harus mematuhinya. Tetapi 
ini kan masalah negosiasi, masing-masing pihak memiliki argumen apalagi ini 
meyangkut penentuan batas dua negara, menyangkut ZEE, landas kontinen, jadi ada 
tarik ulur ," katanya.

Meski begitu, lanjut Menhan, Indonesia siap menghadapi Malaysia di meja 
perundingan.

Indonesia hingga kini baru menyelesaikan 15 status batas maritimnya sejak 1969 
dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan 
Australia.

Kementerian Luar Negeri mencatat selain keempat negara tersebut, Indonesia juga 
telah menyelesaikan status batas maritimnya dengan Papua Nugini, Vietnam, dan 
India.

Khusus dengan Malaysia pada 1969, RI telah meratifikasi perjanjian Garis Batas 
Landas Kontinen antara kedua negara. Tak hanya itu, pada 1970 kedua negara juga 
telah meratifikasi garis batas laut wilayah RI dan Malaysia. 

Sementara itu, berdasar catatan Kementerian Dalam Negeri ada 10 masalah 
perbatasan darat RI-Malaysia yang belum selesai seperti perlunya pengukuran 
ulang di perbatasan Tanjung Datu karena hasil pengukuran bersama tidak sesuai.

Permasalahan kedua, di perbatasan Gunung Raya, garis batas Gunung Raya I dan 
II, hasil "joint survey" tidak dapat disepakati oleh kedua belah pihak.

Ketiga, G Jagoi/S Buan kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan Konvensi 1928, 
permasalahan keempat di perbatasan Batu Aum penerapan arah dan jarak tidak 
diterima kedua belah pihak.

Masalah kelima adalah Titik D 400, hasil survei RI-Malaysia tahun 1987/1988 
tidak menemukan watershed. Keenam, di Pulau Sebatik, kedua tim survei menemukan 
tugu di sebelah barat P.Sebatik berada pada bagian Selatan posisi yang 
seharusnya 4 derajat, 20", sehingga RI dirugikan.

Permasalahan ketujuh, di perbatasan S Sinapad yakni, Muara S Sinapad berada di 
Utara dari Lintang 4 derajat 20" Lintang Utara, tidak sesuai dengan Konvensi 
1891 dan 1915.

Kedelapan, permasalahan di perbatasan S.Semantipal, oleh pihak Malaysia 
disampaikan keluhan ltentang etak Muara S.Simantipal (minta pengukuran ulang). 
Permasalahan kesembilan, Titik C 500 - C 600, pihak Malaysia mengeluhkan 
watershed dipotong sungai.

Permasalahan ke-10 adalah B 2700 - B 3100 hasil ukuran bersama menunjukkan 
penyimpangan sehingga Malaysia dirugikan.

Menyusul insiden penangkapan tiga petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan 
oleh aparat Malaysia di wilayah perairan Indonesia, Presiden Susilo Bambang 
Yudhoyono memerintahkan agar perundingan persoalan perbatasan dengan Malaysia 
dipercepat. (*)
++++
http://www.antaranews.com/berita/1282398869/menhan-minta-tni-periksa-persenjataan-personil
Menhan Minta TNI Periksa Persenjataan Personil
Sabtu, 21 Agustus 2010 20:54 WIB | Peristiwa | Politik/Hankam | 
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro meminta 
TNI untuk memeriksa seluruh persenjataan personilnya, menyusul ditemukannya 
senapan laras panjang jenis AK-47 dan M-16 dalam aksi perampokan Bank CIMB, 
Medan, Rabu (18/8).

"Kita akan minta TNI untuk melakukan pemeriksaan internal terhadap persenjataan 
personelnya," katanya, usai memimpin wisuda perdana Universitas Pertahanan 
Indonesia di Jakarta, Sabtu petang.

Purnomo mengaku, belum mendapat laporan adanya persenjataan personel TNI yang 
hilang. 

"Kami juga belum menerima permintaan Polri, terkait ditemukannya senjata 
organik yang biasa digunakan personel TNI dan Polri. Kita akan selidiki dulu, 
TNI agar memeriksa lebih teliti persenjataan personelnya," ujarnya.

Purnomo juga akan memeriksa kemungkinan senjata jenis tersebut adalah sisa dari 
konflik bersenjata di Aceh beberapa tahun silam.

"Bisa saja senjata itu bekas konflik di Aceh yang masih belum dikembalikan, dan 
dibawa ke Medan untuk mendukung aksi kejahatan itu. Semua kemungkinan akan kita 
periksa," katanya.

Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Polisi Marwoto Soeto 
sebelumnya mengatakan, senjata laras panjang AK-47 dan M16 serta beberapa jenis 
pistol bisa saja berasal dari sisa-sisa Gerakan Aceh Merdeka. 

"Diduga, masih ada senjata sisa GAM yang beredar," Marwoto.

Meski begitu, lanjut Marwoto, bukan berarti pula pelakunya adalah mantan 
anggota GAM atau bahkan oknum TNI dan Polri. Ia mengingatkan, Medan juga 
merupakan salah satu daerah tempat pelarian GAM. 

"Ada jalan tembusnya dari Aceh Selatan. Saya dulu pernah bertugas di Aceh," 
jelas Marwoto.

Ada empat jenis senjata yang diduga digunakan pelaku. Jenis senjata itu yakni, 
AK47, M16, SS1, dan pistol Revolver. (*)
(T.R018/R009)



Kirim email ke