SUAMI DAN JANJI SPA

(diinspirasikan oleh banyak kejadian yang senada, walaupun akhirnya bisa 
berbeda)

“Aku pergi!” Kataku seraya meninggalkan Dias yang duduk di sofa ruang tengah 
kami. Inilah kegiatan rutinku, dimulai dengan pergi mengunjungi spa dan salon, 
lalu arisan dan pertemuan atau kadang-kadang shopping dengan sahabat-sahabat 
perempuanku yang seru yang sudah terbayang di benakku.
“Pergilah! Aku sudah tidak bisa mencintaimu lagi, Rin.” Kata Dias, suamiku, 
yang sedang duduk di sofa. Hah? Jawaban apa itu? Bukan jawaban yang biasa 
kudapat dari Dias-ku yang manis dan penurut selama ini. Itulah yang membuat aku 
menoleh padanya.
”Ya, pergilah, semua surat-surat sudah aku urus, kita akan segera bercerai.” 
Segera Dias melanjutkan kata-katanya.
”Maksudnya?” Tanyaku kembali, rasanya aku tiba-tiba lupa arti dari 
kalimat-kalimat bahasa Indonesia, bahasa apa yang dipakai Dias tadi kepadaku? 
Maksudnya apa? Rasanya tadi bukan bahasa Indonesia yang biasa aku mengerti? 
Mengapa dia menggunakan bahasa aneh itu? Apakah tadi pagi aku salah memakan 
sesuatu? Ah! Tidak, sarapan pagiku yang anggun, sebuah apel dan sepotong roti 
gandum tanpa olesan apapun. Air putih, 2 gelas telah kuminum, rasanya tidak ada 
yang berbeda. Seluruh rutinias pagiku yang telah kujalani hampir 25 tahun ini 
yang membuat tubuhku tetap sintal, kulitku tetap dikagumi teman-temanku, 
rambutku tetap mengundang decak kagum para perempuan, rasanya tidak ada yang 
salah dengan rutinitas pagiku. Lalu Dias tadi berbicara suatu bahasa yang 
asing, terasa agak berbeda di telinga.

”Ketika aku pertama bertemu denganmu, aku tergila-gila padamu, Rin. Kau adalah 
perempuan tercantik di dunia ini yang membuat aku sulit memejamkan mataku jika 
sampai aku tidak berjumpa denganmu... Ketika menikah denganmu, kupikir aku 
adalah laki-laki paling beruntung sedunia yang telah berhasil menikahi seorang 
putri dari kayangan... Dari hari ke hari aku tertunduk-tunduk mengagumimu, 
berusaha keras untuk membuatmu bahagia, berusaha keras untuk menghadirkan 
sebuah keluarga di rumah ini, berusaha keras agar bisa mendapat perhatian dari 
istri dan ibu anak-anakku, tapi semua usaha itu tampaknya tidak ada arti 
bagimu! Kau hidup di dunia yang tidak aku mengerti! Kau hanya mau dikagumi 
orang! Kau hanya mementingkan dirimu sendiri! Rasa cintaku luntur dengan 
perkataan-perkataan sinis dan kasar yang kau ucapkan setiap hari padaku. Aku 
mengerti sekarang bahwa aku adalah laki-laki bodoh yang telah menikahi... 
apakah dirimu??? Masih orangkah? Masih berperasaankah?
 Pergi pagi, pulang malam, haha hihi ke sana kemari? Aku sudah muak!” Ujar Dias 
dengan nada tinggi dengan mata yang penuh kemarahan.

Ada apa dengan Dias? Mengapa hari ini dia berbahasa aneh? Anak-anak, Mirta dan 
Arin, sudah berangkat sekolah diantar oleh 2 baby sitter mereka dan seorang 
supir. Sarapan? Sudah tersedia dengan baik, Dias tinggal makan di meja makan. 
Sudah bertahun-tahun, inilah rutinitasku, lalu ada apa dengannya hari ini. Aku 
tidak mengerti kata-kata Dias itu. Yang jelas, hari ini dia tidak mengucapkan 
kalimat bahasa Indonesia yang aku pahami. Kata-kata yang digunakannya pagi ini 
terlalu banyak, dia terlalu berisik bagiku. Dias yang kukenal dari dahulu, 
adalah pria yang penurut, pendiam dan mudah kuatur. Dia menurut saja akan semua 
kata-kataku. Ia pengusaha yang ulet dan berhasil. Lalu ada apa dengannya hari 
ini?

”Aku akan meninggalkanmu, Rin.. Ingatlah selalu, bahwa aku mencintaimu..” Kata 
Dias lagi, ia menghampiriku dan mengelus wajahku. Oh! Pagi-pagi begini, ia 
memperlambat aktivitasku dengan kata cinta! Apa itu cinta! Basi!!! Tidak 
usahlah pasang wajah cengeng itu, hidup ini terlalu menarik untuk dilewati 
dengan romantisme picisan.. Tapi baiklah, dari tadi kamu terus yang 
berkata-kata, sekarang aku mau menjawab... Ah! Tiba-tiba suara telephone 
genggamku berbunyi..
”Tunggu, Dias, aku harus jawab telephone ini. Ini mbak Yayuk.” Kataku pada Dias.
”Ya, mbak Yayuk, bagaimana? Baju saya sudah selesai, mbak?” Suaraku begitu 
ramahnya, aku tidak ingin mengecewakan mbak Yayuk dengan kesinisan, 
bagaimanapun, dia adalah seorang disainer sibuk yang terkenal yang mau 
meluangkan waktunya untuk meneleponku..
”Iya, dek Rin. Sudah bisa diambil bajunya. Dibayar cash atau transfer nih?” 
Tanya mbak Yayuk.
“Oh! Aku transfer aja, mbak. Terimakasih ya, mbak.” Kataku seraya menyudahi 
pembicaraan. Aku segera sibuk mengurusi pembayaran bajuku itu, itu baju yang 
sudah lama kuimpikan. Ok! Transfer mobile banking, hhmmm… mana nomor 
rekeningnya??
“Baiklah kalau begitu!” Tiba-tiba kembali suara Dias terdengar. Oh! Iya, aku 
lupa, tadi aku akan mengatakan sesuatu pada Dias kan. Apa ya?
”Ya, kalau begitu jangan lupa, tanah di Pekalongan dan rumah yang di Bogor itu 
akan menjadi milikku, Dias!” Kataku setengah berteriak. Aku sempat lihat Dias 
menoleh dengan muka terkejut, tampak ia sangat marah. Entahlah! Akhir-akhir ini 
dia memang sangat pemarah, tapi aku harus segera pergi, aku punya janji dengan 
spa-ku jam 10 pagi ini...

Didedikasikan bagi para perempuan yang seharusnya hadir menjadi istri dan ibu 
yang baik dan mulia bagi keluarga mereka...

Cerita ini memang terdengar seperti sinetron, tetapi setelah mendengar beberapa 
curhat para pasangan rumah tangga, curhat pendengar radio; ternyata hal-hal 
yang terjadi di sinetron tersebut ada yang sebenarnya diangkat dari perihal 
yang benar-benar terjadi.
 
Penulis: Yacinta Senduk
Principal of Yemayo advance Education Center
Kunjungi: www.yemayo.com
 
Ikuti DFM Parenting Talkshow bersama Yacinta Senduk
dipandu oleh pembawa acara yang handal: Stella Hermana & Pritha Wibisono
Di Radio 103,4 FM, setiap hari Senin, pukul 16.30 – 17.30
Streaming: www.radiodfm.com
 


      
___________________________________________________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke