Makanan Halal & Haram, 
Kesatuan dari Samudra-Samudra Keberuntungan 
Mawlana Shaykh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani
Lefke, Desember 2006
 

Bismillah hirRohman nirRohim

Wahai manusia, mintalah pada Allah swt untuk
memberikan kalian rezeki yang halal.  Itu adalah
penting, karena kalian harus meminta pada Allah untuk
memberikan kalian rezeki yang halal, rezeki yang murni
yang akan memberi kalian kekuatan untuk beribadah.  

Hal-hal yang kotor membuat hati kita tertutup, dan
membuat organ tubuh kita malas dan tidak mampu
melakukan sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah
swt. Oleh sebab itu kalian harus berusaha untuk
mendapatkan rezeki yang halal, yang bersih, agar kita
dapat berdiri melakukan badah. Karena jika makanan
kalian tidak bersih, kalian tidak dapat berdiri untuk
melaksanakan perintah Allah.  Jika seseorang tidak
memakan makanan yang bersih, kekuatannya akan
digunakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan setani. 


Kini orang-orang tidak bertanya apakah itu halal atau
haram.  Mereka makan apa saja, segala sesuatu yang
tidak diketahuinya.  Tetapi bagi mukmin, orang yang
beriman, mereka harus melihat apa yang mereka makan. 
Jika itu bersih, murni, itu akan memberi kalian
cahaya, nur.  Nur atau cahaya surgawi, yang membuat
kalian bergerak, dan memiliki kekuatan untuk berdiri
melaksanakan ibadah di Hadirat Ilahi.  Jika tidak,
maka dilarang bagi orang itu untuk memasuki Hadirat
Ilahi dan untuk melakukan sesuatu yang membuatnya
lebih dekat ke Hadirat Ilahi.  

Oleh sebab itu, `Awliya ( Wali-Wali Allah) mereka
mengatakan," Yang terpenting bagi murid-murid adalah
berusaha untuk memakan makanan yang bersih, yang
halal.  Jika tidak, maka mereka tidak dapat bergerak,
mereka tidak dapat berdiri untuk beribadah".  Mereka
akan sangat malas untuk salat, tetapi sangat cepat
untuk melakukan hal-hal yang terlarang. Jika mereka
tidak memakan makanan yang halal, ego mereka akan
mengambil lebih banyak energi untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang terlarang, perbuatan yang
tidak halal.  

Oleh sebab itu `Awliya, mengatakan bahwa salat
tergantung pada makanan yang halal.  Barangkali bila
ibadah itu ada sepuluh bagian, mungkin diperlukan satu
bagian saja dari segala sesuatu yang memberikan
kekuatan bagi kita untuk melakukan ibadah itu. 
Sembilan dari sepuluh, itu berasal dari makanan yang
halal, makanan yang bersih.  Dan (kalian) harus sangat
hati-hati dengan makanan yang kalian makan.  

Sekarang, orang-orang… kita mempunyai sebuah ungkapan,
“halal, haram wa Allahum kuru namaz wa Allah haq ...“ 
  Ada sebuah ungkapan dalam bahasa Turki bahwa
orang-orang tua berkata dan mengeluh terhadap
orang-orang yang lalai, tetapi mereka tidak pernah
bertanya ketika mereka makan sesuatu, apakah itu halal
atau haram.  Segala sesuatu datang di hadapan mereka,
lantas langsung mereka makan dan minum.  Dan mereka
berkata, “Wahai Tuhan kami, sekarang kami adalah
hamba-hambaMU, tetapi mereka akan menjadi sangat lalai
di mana mereka tidak pernah bertanya apakah yang
mereka makan atau minum itu bersih, murni. 

Segala sesuatu yang mereka pikir halal, mereka
memakannya.”  Dan jika sepotong makanan atau minuman
yang tidak halal itu dapat membuat kalian untuk salat,
maka setan membuat salatnya gagal.  Satu bagian, atau
hanya sepersepuluh membuat orang menjadi gagal.  Maka
mereka tidak akan mampu bangkit menuju surga.  Mereka
membuat spiritualitas mereka pada posisi yang sangat
sulit, karena sekarang spiritualitas terbelenggu dalam
tubuh fisik kita, dan ketika tubuh fisik kita menurun,
spiritualitas kita juga ikut menurun.   Oleh sebab itu
kita memerlukan—apa yang kita makan, apa yang kita
minum, (harus) bersih, halal.  Halal.    

Oleh sebab itu ada sebuah munajaat, doa:
Allahumarzuqna thayyiban w 'asta`malna shaalihan—Wahai
Tuhan kami, berikanlah kepada kami dari Rezeki-Mu yang
bersih, dan kami juga meminta dari-Mu bahwa kami makan
dan mendapatkan kekuatan untuk digunakan demi
kepatuhan kepada-Mu, apa yang kami makan—dari makanan
itu timbul kekuatan bagi organ tubuh kami untuk
membuat organ-organ tersebut bangkit menuju surga.

Itu adalah doa yang baik, meminta kepada Allah makanan
yang bersih, makanan yang halal, sehingga bila
seseorang memakan yang halal, ia tidak akan melakukan
sesuatu yang haram.  Tidak, karena pintu haram menjadi
tertutup bagi orang yang memakan makanan yang halal.  

Seseorang dapat menggunakan kekuatan yang datang
kepada mereka untuk ibadah dan kebaikan dari makanan
yang halal— kekauatan dari makanan yang halal tidak
akan bisa digunakan untuk aspek-aspek setani.  Tidak,
oleh sebab itu, kita harus berusaha untuk memberi
makan tubuh fisik kita dengan makanan yang halal, yang
akan membuat diri kita bahagia, ringan, dan memberi
kita kekuatan, energi, himma, himmatul ‘aliya,
aspirasi—yang dapat membuat diri kita bangkit menuju
surga. Semoga Allah mengampuni kita.

Wa min Allah at tawfiq

wassalam, arief hamdani
www.rabbani-sufi.blogspot.com
HP. 0816 830 748
HP. 0888 133 5003


UNDANGAN DZIKIR AKBAR HAQQANI DI MASJID KUBAH EMAS,
MERUYUNG LIMO, 28 JANUARI 2007

Assalamu 'alaikum wr wb
Bismillah hirRohman nirRohim

Insya Allah bila tidak ada halangan, Rabbani Sufi
Institute of Indonesia, Zawiyah Rabbani Whirling
Dervishes - Cinere, Pesantren Tassawuf Nurul Hidayah,
bekerjasama dengan Yayasan Dian al-Mahri akan
mengadakan Dzikir Akbar Naqshbandi Haqqani pada :

Hari / Tgl. : Minggu, 28 Januari 2007
Waktu : Dimulai dari Subuh Berjamaah,
dilanjutkan Dzikir Khatam Kawajagan
Tempat : Masjid Kubah Emas, Yayasan Dian
al-Mahri, Meruyung Limo, Cinere, Depok ( Dari arah RS,
Fatmawati kearah Cinere Mall, terus ke Limo, kiri 
jalan).

Acara akan dipimpin Syaikh Barkah, KH Nur Muhammad,
KH. DR Manarul ( Pesantren Nurul Hidayah), KH. Taufiq
dll. Demikian pengumuman ini kami sampaikan,
Terimakasih atas perhatiannya.

Wassalam, Arief Hamdani
Rabbani Sufi Institute of Indonesia
www.rabbani-sufi.blogspot.com

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

Kirim email ke