Berlembut-lembut Dulu Baru Keras
Segala puji hanya milik Allah Subhaanahu Wa Taaalaa. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah tercinta, Muhammad bin Abdullah, segenap keluarga, para sahabat dan umatnya yang setia. Islam adalah dien yang fitrah dan sesuai bagi semua manusia. Islam itu bisa lembut bisa keras. Tergantung kebutuhannya. Dalam mendakwahkan Islam memang harus dimulai dengan lemah lembut dulu, baru kalau mereka mulai menghalangi bahkan memusuhi apalagi memerangi ya kita tidak boleh tinggal diam. Umumnya yg dipahami oleh orang-orang, muslim itu suruh sabar terus. Diapa-apakan juga sabar. Bahkan saudara-saudarinya di belahan bumi lain diperangi kafir pun sini tidak boleh membela. Bahkan sekedar berlatih fisik, sudah dicap macam-macam, apalagi militer. Acapkali kita dengar ungkapan Islam anti kekerasan, seiring terjadinya berbagai aksi kekerasan akhir-akhir ini di tanah air yang entah kenapa dituduhkan kepada Islam. Islam anti kekerasan adalah sebuah ungkapan apologetik yang menyesatkan saat dijadikan pembelaan bahwa Islam sebagai *way of life* tidak mengajarkan kekerasan. Benarkah? Keras atau kekerasan itu sifatnya *fithriyyah* (manusiawi) sebagaimana lembut juga adalah fitrah. Hal yang menjadi tabiat dasar manusia yang tidak bisa dan tidak boleh dihilangkan melainkan harus diarahkan dan diberdayakan untuk tujuan kebajikan. Kekerasan tidak lagi manusiawi ketika dilakukan secara berlebihan, sebagaimana juga dengan kelembutan atau kedamaian. Di dalam Islam, berlebihan dikenal dengan istilah *tatharruf*. *Tatharruf*adalah setiap aktifitas yang dilakukan tidak sesuai dengan proporsinya. Dalam literatur fikih Islam seringkali terdapat penggunaan kalimat *ifrath*dan *tafrith* yaitu upaya berlebihan dalam bermudah-mudah dan berlebihan dalam mempersulit. Islam adalah dien yang proporsional tidak berat sebelah dan sesuai dengan sifat-sifat dasar kemanusiaan, sehingga Islam disebut juga agama fitrah. Artinya jika seseorang tidak berislam berarti ia melawaan hakikat kemanusiaannya. Dengan demikian berlebihan bertentangan dengan ruh agama, berlebihan sering dibahasakan dengan istilah ekstrim. Ekstrimisme inilah yang dalam bahasa Islam disebut dengan *tatharruf*. Oleh karena itu problemnya bukan pada persoalan kekerasannya. Tapi pada penempatan kekerasan tersebut. Sebagai dien fitrah, Islam jelas mengadopsi kekerasan sebagai salah satu manhaj dakwah. Namun Islam menempatkan kekerasan pada proporsi yang sebenarnya. Sebab secara manusiawi, tidak semua persoalan kehidupan hanya bisa diselesaikan oleh kelembutan semata. Dalam peperangan, agar tetap di Jalan Allah dan tidak melebihi batas, Islam melarang umatnya untuk; membunuh orang yang tidak terlibat langsung dengan peperangan seperti membunuh perempuan dan anak-anak, atau membunuh yang sedang beribadah. Islam juga melarang merusak pepohonan, tempat-tempat ibadah, fasilitas umum dan mencincang mayat. Islam juga mengharuskan sebelum terjadi peperangan terlebih dahulu ditawarkan kepada pihak musuh 3 hal; masuk Islam, membayar *jizyah* (pajak) atau berperang. Dan Islam sangat menekankan untuk lebih berharap perdamaian daripada terjadinya peperangan saat tiga tawaran itu diajukan. Itulah yang dimaksud bahwa Allah tidak menyukai hal-hal yang berlebihan sekalipun dalam situasi peperangan. Maka jika perang dalam Islam dikaitkan dengan kekerasan sebagai aktifitas yang abnormal, biadab, barbar dan destruktif. Lalu apakah kita juga akan menyebut Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam dan para sahabat sebagai bidab dan barbar disebabkan melakukan peperangan? Padahal sejarah dunia mencatat, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menegur sahabatnya yang membunuh musuh saat mengucapkan syahadat. Jenderal besar Khalid bin Walid membiarkan kemahnya tidak dibongkar saat peperangan karena diatasnya ada burung yang sedang bersarang dan penunggang kuda ulung sahabat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bernama Abu Qatadah memberikan air wudhunya ketika seekor kucing menghampiri berharap minum. Di luar itu semua ada sebuah adagium di antara para ahli sejarah dan politikus dunia bahwa seringkali peperangan dibutuhkan untuk mencapai kedamaian. Tidak akan ada perdamaian jika tidak ada peperangan. Sebagai perbandingan, jika hanya Islam yang dituduh pelaku kekerasan. Silahkan buka-bukalah catatan sejarah kelam Yahudi dan Kristen, niscaya anda akan merinding seolah bukan manusia yang melakukan keganasan itu semua melainkan segerombolan serigala lapar dalam setiap babak sejarahnya. Sampai abad yang diklaim sebagai abad modern, abad milik mereka ini, siapakah yang saat ini sangat hoby berperang dan menumpahkan darah? Adapun teks-teks syariat yang dijadikan legitimasi perang (jihad) tidak pada tempatnya, pelakunya adalah oknum. Oknum akan senatiasa ada pada setiap agama dan kelompok masyarakat. Sehingga ekstrimitas dalam Islam tidak bisa dipakai untuk menjudge bahwa Islam agama yang keliru, terlebih jika yang dipersalahkan adalah konsep jihad dalam Islam. Terkait hal itu, jika dilihat melalui perspektif teori konspirasi terlihat jelas bahwa gembar-gembor ungkapan Islam anti kekerasan diproduksi oleh musuh-musuh Islam yang menginginkan konsep jihad dalam Islam tereduksi atau paling tidak ada reinterpretasi yang sesuai dengan selera mereka. JIHAD adalah syariat Islam yang paling ditakuti oleh musuh-musuhnya. Mereka berusaha membuat persepsi yang salah tentang jihad sebagai suatu kejahatan karena mengandung kekerasan. . . Ala kulli hal, kita tahu betul bahwa JIHAD adalah syariat Islam yang paling ditakuti oleh musuh-musuhnya. Perjalanan sejarah membuktikan, mereka tidak pernah menang melawan jihadnya umat Islam. Lalu mereka membuat mempersepsikan Jihad sebagai kejahatan karena mengandung kekerasan sehingga diharap umat Islam mengenyampingkan JIHAD sebagai sesuatu yan diwajibkan. Dan menanglah mereka tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga. Maka dalam arti yang sebenarnya, Islam tidak anti kekerasan. Lembut dulu baru memusuhi Contoh Musa kepada Firaun ~Halus ~Memusuhi Ibrahim kepada musyrik ~Lembut ~Memusuhi Ini setelah beliau mengajaknya dengan penuh bijaksana dan wejangan yang baik. Maka, Anda bisa mendapatkannya bahwa Ibrahim meng-khitabi ayahnya dengan perkataannya. "Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus."(QS. Maryam [19] : 43) "Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan(QS. Maryam, [19]: 45) Ibrahim a.s telah *bara'ah* dari keluarga terdekatnya, tatkala jelas baginya, bahwa ayahnya itu bersikukuh di atas syirik dan kekafirannya. Allah SWT berfirman: ...Maka tatkala jelas baginya bahwa ia adalah musuh Allah, maka ia bara'ah darinya..." (QS. At-Taubah [9]: 114) Awalnya lembut-lembut dulu, kalau tidak menerima baru keras.. Betapa seringnya kita mendengar tentang ayat yang lembut ini, dan jarang ayat yang sebaliknya : Begitu juga Musa a.s kepada Fir'aun setelah Allah mengutus kepadanya dan berfirman: "maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut"(QS. Thaahaa [20] : 44) Ia memulainya dengan ungkapan yang lemah lembut terhadapnya dalam rangka memenuhi perintah Allah. Dia berfirman: dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan). Dan kamu akan kupimpin ke jalan RABB-mu agar supaya kamu takut kepada-Nya?" (QS. An- Naazi'aat [79] : 18-19). Tatkala Musa a.s memperlihatkan kepadanya mukjizat-mukjizat yang besar dan tatkala Fir'aun menampakkan pendustaan, pembangkangan dan pengototan di atas kebatilan, maka Musa a.s berkata kepadanya sebagaimana yang dikabarkan oleh Allah SWT: "Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mu'jizat-mu'jizat itu kecuali RABB (penguasa) langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir'aun, seorang yang akan BINASA"(QS. Al-Israa [17] : 102) Bahkan dia berdo'a untuk membinasakan mereka: Musa berkata."Ya RABB (penguasa) kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya RABB (penguasa) kami akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau, ya RABB (penguasa) kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih. " (QS.Yunus [10] : 88 ) Orang-orang yang selalu mengembor-gemborkan *nash-nash* tentang lemah lembut dan kemudahan secara mutlak serta menempatkannya bukan pada tempat dan posisinya, seyogyanya bagi mereka untuk diam lama untuk men-tadabburi masalah ini, mempelajari dan memahaminya baik-baik bila memang mereka itu ikhlas. Setelah itu, hendaklah mereka mengetahui baik-baik bahwa orang yang diajak bicara dengan berbagai metode pada umumnya adalah tergolong metode yang lembut dan halus, baik lewat jalan risalah-risalah, buku-buku maupun langsung berhadapan lewat perantaraan banyak para ustadz dan dai. Serta, dijelaskan kepadanya bahwa *al hukmu bighairi ma anzalallah* adalah kekafiran. Dia tahu bahwa tidak boleh baginya berhukum dengan selain syariat Allah. Namun demikian, dia tetap ngotot dan bersikukuh. Maka di mana posisi kita? Mencari ridha Allah Subhanahu wa Taala atau mencari ridha manusia? Lembut-lembut dulu "Ibrahim berkata: Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah dan nenek moyang kamu yang dahulu?" (QS. Asy-Syu'ara [26]: 75-76) Mulai berlepas diri / jaga jarak "Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit dia berkata: "Inilah Rabbku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai' kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dan' apa yang kamu persekutukan." (QS. Al An'am [6] : 78) "Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggungjawab terhadap apa yang kamu sembah tetapi (aku menyembah Rabb) Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku (QS. Az-Zukhruf [43] : 26-27) Pernyataan permusuhan nabi Ibrahim a.s. (lebih membela Allah Subhanahu Wa Taala / menyatakan berada di pihak Allah daripada berada di pihak manusia) Allah Taala berfirman, ÞóÏú ßóÇäóÊú áóßõãú ÃõÓúæóÉñ ÍóÓóäóÉñ Ýöí ÅöÈúÑóÇåöíãó æóÇáøóÐöíäó ãóÚóåõ ÅöÐú ÞóÇáõæÇ áöÞóæúãöåöãú ÅöäøóÇ ÈõÑóÇÁ ãöäßõãú æóãöãøóÇ ÊóÚúÈõÏõæäó ãöä Ïõæäö Çááøóåö ßóÝóÑúäóÇ Èößõãú æóÈóÏóÇ ÈóíúäóäóÇ æóÈóíúäóßõãõ ÇáúÚóÏóÇæóÉõ æóÇáúÈóÛúÖóÇÁ ÃóÈóÏðÇ ÍóÊøóì ÊõÄúãöäõæÇ ÈöÇááøóåö... Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka : "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja...(QS. Al-Mumtahanah : 4) Firman-Nya yang berbunyiÈÏ Ç *bada* artinya adalah ÙåÑ nampak dan ÈÇ äjelas. Perhatikanlah! Didahulukannya permusuhan sebelum kebencian adalah karena permusuhan itu lebih penting daripada kebencian. Sebab, terkadang seseorang membenci pengikut pengikut thaghut namun dia tidak memusuhi mereka. Perhatikan pula bagaimana Allah menyebutkan bara Ibrahim dan pengikutnya terhadap kaum mereka yang musyrik sebelum bara terhadap sesembahan-sesembahan mereka. Artinya yang pertama memang lebih penting daripada yang kedua. Hal itu dikarenakan banyaknya orang yang mengaku bara terhadap thaghut, atau terhadap hukum dan undang-undang serta dien-dien yang batil, namun mereka tidak bara terhadap penyembah, pendukung serta pengikut-pengikutnya. Bara terhadap penyembahnya yang musyrik, tentu konsekuensinya mereka pun bara terhadap sesembahan-sesembahan dan dien-dien mereka yang batil. Puncaknya, apabila lemah lembut tidak mempan. Nabi Ibrahim a.s menghancurkan sesembahan-sesembahan mereka "Mereka berkata: "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap ilah-ilah kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim. "Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim". (QS. Al-Anbiya' [21] : 59-60) Jadi Islam adalah agama yang fitrah dan sesuai bagi semua manusia. Islam itu bisa lembut bisa keras. Tergantung kebutuhannya. Wallahu alam [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ ==================================================== Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam ==================================================== Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar ==================================================== website: http://dtjakarta.or.id/ ====================================================Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: daarut-tauhiid-dig...@yahoogroups.com daarut-tauhiid-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: daarut-tauhiid-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/