Hadits-Hadits Seputar Bulan Syaban *leh: Al-Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi Al-Atsary*
Silih bergantinya hari dan bulan adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi setiap muslim. Betapa tidak, Allah telah melimpahkan berbagai rahmat dan kemurahan-Nya kepada umat Islam, berupa kebaikan dan amalan *sholih* yang disyariatkan pada hari-hari atau bulan-bulan itu. Dalam sepekan misalnya, ada hari Jumat yang padanya terdapat sejumlah keutamaan, ada Senin dan Kamis yang merupakan waktu puasa sunnah yang telah dimaklumi keutamaannya. Demikian pula di berbagai bulan ada sejumlah keutamaan padanya, seperti bulan Ramadhan, bulan Dzul Hijjah dan lain-lainnya. Maka sudah sepatutnya bagi seorang muslim untuk mengenal dan mengetahui apa yang dituntunkan agamanya di saat menyongsong bulan-bulan tersebut agar kehidupannya -*insyâ Allah*- menjadi suatu yang sangat berarti dan penuh kebahagiaan di dunia yang fana ini dan sangat bermakna untuk akhiratnya kelak. Namun jangan lupa, bahwa di masa ini sangat banyak terjadi bentuk ritual ibadah yang sama sekali tidak memiliki dasar tuntunannya dalam syariat kita, karena itu haruslah dibedakan antara hal yang dituntunkan dengan hal yang tidak ada tuntunannya bahkan merupakan perkara baru dalam agama alias bidah. Seluruh hal ini harus diperhatikan agar maksud memetik nikmat tidak berubah menjadi menuai petaka*1*. Berkenaan dengan datangnya bulan Syaban 1427H, maka berikut ini kami ketengahkan kepada para pembaca yang budiman, beberapa hadits yang berkaitan dengan bulan Syaban. Diuraikannya hadits-hadits shohih yang berkaitan dengan bulan Syaban ini adalah dalam rangka mengingatkan bahwa hadits-hadits tersebut sepatutnya diamalkan, adapun dijelaskannya hadits-hadits yang lemah adalah dalam rangka menyampaikan nasehat untuk kaum muslimin agar menghindarinya. Semoga Allah mencurahkan taufiq dan inâyah-Nya kepada kita semua. *Beberapa Hadits Shohih Seputar Syaban* *Hadits Pertama* ßóÇäó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÚóáóì Âáöåö æóÓóáøóãó íóÕõæúãõ ÍóÊøóì äóÞõæúáõ áÇó íõÝúØöÑõ æóíõÝúØöÑõ ÍóÊøóì äóÞõæúáõ áÇó íóÕõæúãõ ÝóãóÇ ÑóÃóíúÊõ ÑóÓõæúáó Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÚóáóì Âáöåö æóÓóáøóãó ÇÓúÊóßúãóáó ÕöíóÇãó ÔóåúÑò ÅöáÇøó ÑóãóÖóÇäó æóãóÇ ÑóÃóíúÊõåõ ÃóßúËóÑó ÕöíóÇãð ãöäúåõ Ýöíú ÔóÚúÈóÇäó *Adalah Rasulullah shollallâhu alaihi wa alâ âlihi wa sallam berpuasa hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan berbuka, dan beliau berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan/pernah berpuasa, maka saya tidak pernah melihat Rasulullah shollallâhu alaihi wa alâ âlihi wa sallam menyempurnakan puasa sebulan selain bulan Ramadhan dan tidaklah saya melihat paling banyaknya beliau berpuasa di bulan Syaban.* Takhrijul Hadits Dikeluarkan oleh Al-Bukhâry no. 1969, Muslim no. 1156, Abu Dâud no. 2434, An-Nasâi 4/151 dan Ibnu Majah no. 1710 dari Aisyah *radhiyallâhu anhâ*. Fiqih Hadits Hadits di atas, menunjukkan bahwa Rasulullah *shollallâhu alaihi wa alâ âlihi wa sallam* tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, sebab hal tersebut merupakan puasa wajib terhadap kaum muslimin. Adapun puasa sunnah maka kebanyakan puasa beliau adalah pada bulan Syaban. *Hadits Kedua* ãóÇ ÑóÃóíúÊõ ÇáäøóÈöíøó Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÚóáóì Âáöåö æóÓóáøóãó íóÕõæúãõ ÔóåúÑóíúäö ãóÊóÊóÇÈöÚóíúäö ÅöáÇøó ÔóÚúÈóÇäó æóÑóãóÖóÇäó *Saya tidak pernah melihat Nabi shollallâhu alaihi wa alâ âlihi wa sallam berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali pada Syaban dan Ramadhan. * Takhrijul Hadits Hadits di atas, dikeluarkan oleh Abu Dâud no. 2336, At-Tirmidzy no. 735, An-Nasâi 4/151, 200, Ad-Dârimy 2/29 dan lain-lainnya dari Ummu Salamah *radhiyallâhu anhâ*. Dan sanadnya *shohih*. Fiqih Hadits Hadits di atas, lebih mempertegas bahwa Nabi* shollallâhu alaihi wa alâ âlihi wa sallam* paling banyak berpuasa di bulan Syaban. Bukan artinya beliau puasa Syaban sebulan penuh sebagaimana yang kadang dipahami dari konteks hadits di atas, karena orang yang berpuasa di kebanyakan hari pada suatu bulan, oleh orang Arab, dikatakan dia telah berpuasa sebulan penuh. Maka tidak ada pertentangan antara hadits ini dengan hadits-hadits sebelumnya. Demikian keterangan Imam Ibnul Mubarak *rahimahullâh* dalam mengkompromikan antara dua hadits di atas.*2* Adapun Syaikh Abdul Aziz bin Baz *rahimahullâh*, beliau berpendapat bahwa dua hadits di atas menunjukkan bahwa Rasulullah *shollallâhu alaihi wa alâ âlihi wa sallam* pada sebagian tahun beliau berpuasa Syaban sebulan penuh dan pada sebagian lainnya beliau hanya berpuasa pada kebanyakan saja.* 3* *Hadits Ketiga* Fari Usamah bin Zaid *radhiyallâhu anhu*, beliau berkata kepada Rasulullah *shollallâhu alaihi wa alâ âlihi wa sallam*, Wahai Rasulullah, saya tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam suatu bulan sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Syaban? Maka beliau menjawab, Ðóáößó ÔóåúÑñ íóÛúÝõáõ ÇáäøóÇÓõ Úóäúåõ Èóíúäó ÑóÌóÈ æóÑóãóÖóÇäó æóåõæó ÔóåúÑñ ÊõÑúÝóÚõ Ýöíåö ÇáÃóÚúãóÇáõ Åöáóì ÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíäó ÝóÃõÍöÈøõ Ãóäú íõÑúÝóÚõ Úóãóáöíú æóÃóäóÇ ÕóÇÆöãñ *Itu adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang manusia lalai darinya. Dan ia adalah bulan yang padanya segala amalan akan diangkat kepada Rabbul Alamin. Maka saya senang amalanku diangkat sementara saya sedang berpuasa. * Takhrijul Hadits Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad 5/201, Ibnu Abu Syaibah 2/347, An-Nasâi 4/201, Ath-Thahawy dalam *Syarah Maâny Al-Atsâr* 2/82, Al-Baihaqy dalam *Syubul Imân* 3/377 dan Abu Nuaim dalam *Al-Hilyah* 9/18. Dan sanadnya dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam *Irwâul Ghalîl* 4/103 dan *Tamâmul Minnah*hal. 412. Fiqih Hadits Berkata Ibnu Rajab *rahimahullâh*, Nabi *shollallâhu alaihi wa alâ âlihi wa sallam* telah menyebutkan bahwa tatkala (bulan Syaban) dihimpit oleh dua bulan yang agung; bulan Harom (Rajab) dan bulan Puasa (Ramadhan), maka manusia pun sibuk dengan keduanya sehingga (Syaban) terlalaikan. Dan banyak manusia yang menyangka bahwa puasa Rajab lebuh *afdhal* dari puasa (Syaban) karena ia adalah bulan haram, dan hakikatnya tidak demikian.*4* Dan dari hadits di atas, para ulama juga memetik dua hikmah kenapa Nabi *shollallâhu alaihi wa alâ âlihi wa sallam* banyak berpuasa di bulan Syaban, yaitu karena banyak manusia yang lalai darinya dan beliau senang amalan beliau terangkat sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa. Dan sebagian ulama menyebutkan bahwa hikmah dari puasa Syaban adalah sebagai latihan guna menghadapi puasa Ramadhan. Tatkala seseorang telah merasakan manis dan lezatnya berpuasa di bulan Syaban, maka ia akan masuk pada bulan Ramadhan dalam keadaan penuh semangat dan kesiapan serta telah terbiasa untuk berpuasa.*5* *Hadits Keempat* íóØøóáöÚõ Çááåõ Åöáóì ÎóáúÞöåö áóíáóÉó ÇáäøöÕúÝö ãöäú ÔóÚúÈóÇäó ÝóíóÛúÝöÑõ áöÌóãöíúÚö ÎóáúÞöåö ÅöáÇøó ãõÔúÑößñ Ãóæú ãóÔóÇÍöäñ *Allah melihat kepada makhluk-Nya pada malam nishfu (pertengahan) Syaban lalu mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bertikai.* Hadits di atas dikeluarkan oleh sejumlah Imam Ahli Hadist dari hadits Abu Bakr Ash-Shiddîq, Muâdz bin Jabal, Abu Tsalabah Al-Khusyany, Aisyah, Abu Hurairah, Abdullah bin Amr bin Ash, Abu Musa Al-Asyary, Auf bin Mâlik, Utsmân bil Abil Ash dan Abu Umâmah Al-Bâhily *radhiyallâhu anhum*, Dan hadits di atas dishohîhkan oleh Syaikh Al-Albany dari seluruh jalannya.* 6* Hadits di atas adalah satu-satunya hadits *shohîh**7* yang menunjukkan keutamaan malam nishfu Syaban. Dan hal ini berlaku bagi mereka yang mempunyai kebiasaan beribadah pada malam hari yang bertepatan dengan malam nishfu Syaban. Ini bukanlah berarti bahwa diizinkan untuk melakukan ibadah-ibadah khusus yang tidak pernah dilakukan pada hari-hari lainnya sebagaimana kebiasaan sebagian manusia yang menghidupkan malam nishfu Syaban secara khusus. Tidak pernah dinukil dari Nabi *shollallâhu alaihi wa alâ âlihi wa sallam*dan para shahabatnya ada yang menghidupkan malam nishfu Syaban secara khusus dengan melaksanakan shalat lail dengan melebihkan malam-malam lainnya, apalagi melakukan ritual-ritual khusus yang sama sekali tidak ada tuntunannya dalam agama kita.*8* *Hadits-Hadits Lemah Seputar Syaban* *Hadits Pertama* ßóÇäó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÚóáóì Âáöåö æóÓóáøóãó ÅöÐóÇ ÏóÎóáó ÑóÌóÈó ÞóÇáó Çááøóåõãøó ÈóÇÑößú áóäóÇ Ýöíú ÑóÌóÈó æóÔóÚúÈóÇäóæóÈóáøöÛúäóÇ ÑóãóÖóÇäó *Adalah Nabi **shollallâhu alaihi wa alâ âlihi wa sallam bila beliau telah memasuki bulan Rajab beliau berdoa: Ya Allah, berkahilah untuk kami bulan Rajab dan Syaban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.* Hadits di atas dikeluarkan oleh Ahmad 1/259, Ath-Thabarâny dalam *Al-Ausath*4/no. 3939 dan dalam *Ad-Duâ* no. 911, Al-Baihaqy dalam *Syuabul Imân* 3/375 dan Abu Nuaim dalam *Al-Hilyah* 6/269 dari jalan Zâidah bin Abi Ar-Ruqâd dari Ziyâd An-Numairy dari Anas bin Malik *radhiyallâhu anhu*. Zâidah bin Abi Ar-Ruqâd menurut Imam Al-Bukhâry *munkarul hadits*, dan Ziyâd An-Numairy juga lemah sebagaimana yang diterangkan oleh Imam Adz-Dzahaby dalam *Mizânul Itidâl*. Dan hadits di atas dilemahkan pula oleh Syaikh Al-Albâny dalam *Dhoîful Jami*. *Hadits Kedua* ßóÇäó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÚóáóì Âáöåö æóÓóáøóãó íóÕõæúãõ ãöäú ßõáøö ÔóåúÑò ËóáÇóËóÉó ÃóíøóÇãò ÝóÑõÈøóãóÇ ÃóÎóÑó Ðóáößó ÍóÊøóì íóÌúÊóãöÚó Úóáóíúåó Õóæúãõ ÇáÓøóäóÉö æóÑõÈøóãóÇ ÃóÎøóÑóåõ ÍóÊøóì íóÕõæúãõ ÔóÚúÈóÇäõ *Adalah Rasulullah **shollallâhu alaihi wa alâ âlihi wa sallam biasa berpuasa tiga hari dalam sebulan. Dan kadang beliau mengakhirkan hal tersebut hingga terkumpul puasa setahun, dan kadang beliau akhirkan hingga beliau berpuasa Syaban.* Hadits di atas dikeluarkan oleh Ath-Thabarâny dalam *Al-Ausath* 2/no. 2098. Dan dalam sanadnya ada Abdurrahman Ibnu Abi Lailah dan beliau *dhaîful hadîts* (lemah haditsnya). Demikian keterangan Al-Haitsamy dalam *Majma Az-Zawâid* 3/441 dan Ibnu Hajar dalam *Fathul Bâry* 4/214. *Hadits Ketiga* ÑóÌóÈõ ÔóåúÑõ Çááåö æóÔóÚúÈóÇäõ ÔóåúÑöí æóÑóãóÖóÇäõ ÔóåúÑõ ÃõãøóÊöìú *Rajab adalah bulannya Allah, Syaban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulannya umatku.* Derajat Hadits Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Baihaqy dalam *Syuabul Imân* 3/374 dari jalan Nûh bin Abi Maryam dari Zaid Al-Ammy dari Yazid Ar-Raqâsyi dari Anas bin Mâlik *radhiyallâhu anhu*. Berkata Al-Baihaqy setelah meriwayatkannya, Sanad ini sangatlah mungkar. Dan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam *Tabyîn Al-Ujab* telah menegaskan bahwa hadits ini adalah hadits palsu dari kedustaan Nuh bin Abi Maryam. Dan Syaikh Al-Albany dalam *Adh-Dhaîfah* no. 4400 menyebutkan bahwa Al-Ashbahâny dalam *At-Targhîb* membawakan riwayat lain dengan sanad yang * mursal* dari AL-Hasan Al-Bashry. Dan demikian pula disebutkan oleh Asy-Syaukâny dalam *Nailul Authâr* 4/331, 621 dikeluarkan oleh Abul Fath Ibnu Abil Fawâris. *Hadits Keempat* ÝóÖúáõ ÑóÌóÈó Úóáóì ÓóÇÆöÑö ÇáÔøõåõæúÑö ßóÝóÖúáö ÇáúÞõÑúÂäö Úóáóì ÓóÇÆöÑö ÇáÃóÐúßóÇÑö¡ æóÝóÖúáõ ÔóÚúÈóÇäó Úóáóì ÓóÇÆöÑö ÇáÔøõåõæúÑö ßóÝóÖúáö ãõÍóãøóÏò Úóáóì ÓóÇÆöÑö ÇáÃóäúÈöíóÇÁö¡ æóÝóÖúáõ ÑóãóÖóÇäó Úóáóì ÓóÇÆöÑö ÇáÔøõåõæúÑö ßóÝóÖúáö Çááåö Úóáóì ÚöÈóÇÏöåö *Keutamaan Rajab terhadap bulan-bulan yang lain adalah seperti keutamaan Al-Qurân terhadap dzikir-dzikir selainnya, dan keutamaan Syaban terhadap bulan-bulan selainnya adalah seperti keutamaan Muhammad terhadap nabi-nabi selainnya, dan keutamaan Ramadhan terhadap bulan-bulan selainnya adalah seperti keutamaan Allah terhadap segenap hamba-Nya.* Derajat Hadits Hadits di atas adalah hadits palsu. Demikian keterangan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam *Tabyîn Al-Ujab* sebagaimana dalam *Kasyful Khafa* karya Al-Ajlûny 2/85 dan *Al-Mashnû fi Marifah Al-Hadits Al-Maudhû* karya Ali Qâri hal. 128. *Hadits Kelima* ÓõÆöáó ÇáäøóÈöíøõ Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÚóáóì Âáöåö æóÓóáøóãó Ãóíøõ ÇáÕøóæúãö ÃóÝúÖóáõ ÈóÚúÏó ÑóãóÖóÇäó¿ ÝóÞóÇáó ÔóÚúÈóÇäõ áöÊóÚúÙöíúãö ÑóãóÖóÇäó¡ Þöíúáó ÝóÃóíøõ ÇáÕøóÏóÞóÉö ÃóÝúÖóáõ¿ ÞóÇáó ÕóÏóÞóÉñ Ýöíú ÑóãóÖóÇäó *Nabi **shollallâhu alaihi wa alâ âlihi wa sallam ditanya, Puasa apakah afdhol* setelah Ramadhan? Beliau menjawab, Syaban, untuk mengagungkan Ramadhan. Kemudian ditanyakan lagi, Shodaqah apakah yang afdhol? Beliau menjawab, Shodaqah pada bulan Ramadhan.* Derajat Hadits Dikeluarkan oleh At-Tirmidzy no. 663 dan Al-Baihaqy dalam *Syuabul Imân*dari Anas bin Malik *radhiyallâhu anhu*. Dan dalam sanadnya ada Shodaqah bin Musa dan beliau *dhoîful hadîts*. Hadits ini dilemahkan oleh At-Tirmidzy, As-Suyuthy dan Al-Albany.*9 * Demikian pula dilemahkan oleh Al-Hâfizh Ibnu Hajar*10* dan beliau menganggap bahwa hadits di atas menyelisihi hadits Abu Hurairah riwayat Muslim no. 1163 dengan lafazh, *ÃóÝúÖóáõ ÇáÕøöíóÇãö ÈóÚúÏó ÑóãóÖóÇäó ÔóåúÑõ Çááåö ÇáúãõÍóÑøóãõ æóÃóÝúÖóáõ ÇáÕøóáÇóÉö ÈóÚúÏó ÇáúÝóÑöíúÖóÉö ÕøóáÇóÉõ Çááøóíúáö* *Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah bulan Allah Al-Muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat lail.* Bulan Al-Muharram yang diinginkan dalam hadits mungkin bulan Muharram yang merupakan awal bulan dalam penanggalan Islam dan mungkin juga seluruh bulan harom dalam Islam yaitu Dzul Qadah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab.*11* *Hadits Keenam* ßóÇäó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÚóáóì Âáöåö æóÓóáøóãó íóÕõæúãõ ÍóÊøóì äóÞõæúáõ áÇó íõÝúØöÑõ æóíõÝúØöÑõ ÍóÊøóì äóÞõæúáõ áÇó íóÕõæúãõ æóßóÇäó ÃóßúËóÑó Ýöíú ÔóÚúÈóÇäó ÝóÞõáúÊõ íóÇ ÑóÓõæúáõ Çááåö ãóÇáöíú ÃóÑóì ÃóßúËóÑó ÕöíóÇãößó Ýöíú ÔóÚúÈóÇäó ÝóÞóÇáó íóÇ ÚóÇÆöÔóÉõ Åöäøóåõ ÔóåúÑñ íõäúÓóÎõ áöãóáóßö ÇáúãóæúÊö ãöäú íóÞúÈóÖõ ÝóÃõÍöÈøõ Ãóäú áÇó íõäúÓóÎó ÇÓúãöíú ÅöáÇøó æóÃóäóÇ ÕóÇÆöãñ *Adalah Rasulullah **shollallâhu alaihi wa alâ âlihi wa sallam berpuasa hingga kami berkata bahwa beliau tidak (akan/pernah) berbuka, dan beliau berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak (akan/pernah) berpuasa, dan kebanyakan puasa beliau pada bulan Syaban. Maka saya berkata, Wahai Rasulullah, kenapa saya melihat kebanyakan puasamu (adalah) pada bulan Syaban? Beliau berkata, Wahai Aisyah, ia adalah bulan yang dituliskan untuk malaikat maut siapa yang akan dicabut nyawanya, maka saya senang namaku ditulis sedang saya dalam keadaan berpuasa.* Derajat Hadits Hadits di atas disebutkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam *Al-Ilal* 1/250-251 dari hadits Aisyah *radhiyallâhu anhâ*. Beliau menanyakan kedudukan hadits ini kepada ayahnya, Abu Hatim -salah seorang pakar *Ilalul hadits*di masanya-. Maka Abu Hatim berkomentar bahwa hadits tersebut adalah hadits yang mungkar. *Hadits Ketujuh* ÎóãúÓõ áóíóÇáò áÇó ÊõÑóÏøõ Ýöíúåöäøó ÇáÏøóÚúæóÉõ: Ãóæøóáõ áóíúáóÉò ãöäú ÑóÌóÈ¡ æóáóíúáóÉõ ÇáäøöÕúÝö ãöäú ÔóÚúÈóÇäó¡ æóáóíúáóÉõ ÇáúÌõãõÚóÉö¡ æóáóíúáóÉõ ÇáúÝöØúÑö¡ æóáóíúáóÉõ ÇáäøóÍúÑö *Ada lima malam yang tidak tertolak padanya doa: awal malam pada bulan Rajab, malam nishfu Syaban, malam Jumat, mala Iedul Fitri dan malam Iedul Adha.* Derajat Hadits Dikeluarkan oleh Ibnu Asâkir dan Ad-Dailamy dari hadits Abu Umâmah Al-Bâhily *radhiyallâhu anhu*. Demikian keterangan Syaikh Al-Albâny dalam * Adh-Dhaîfah* no. 1452 dan beliau memvonis hadits di atas sebagai hadits * maudhû* (palsu). *Hadits Kedelapan* ÅöÐóÇ ßóÇäóÊú áóíúáóÉó ÇáäøöÕúÝö ãöäú ÔóÚúÈóÇäó ÝóÞõæúãõæúÇ áóíúáóåóÇ æóÕõæúãõæúÇ äóåóÇÑóåóÇ. ÝóÅöäøó Çááåó íóäúÒöáõ ÝöíúåóÇ áöÛõÑõæúÈö ÇáÔøóãúÓö Åöáóì ÓóãóÇÁö ÇáÏøõäúíóÇ ÝóíóÞõæúáõ ÃóáÇó ãöäú ãóÓúÊóÛúÝöÑò áöíú ÝóÃóÛúÝöÑó áóåõ ÃóáÇó ãöäú ãõÓúÊóÑúÒöÞò ÝóÃóÑúÒõÞóåó ÃóáÇó ãõÈúÊóáóì ÝóÃõÚóÇÝöíóåõ ÃóáÇó ßóÐóÇ ÃóáÇó ßóÐóÇ ÍóÊøóì íóØúáõÚó ÇáúÝóÌúÑõ *Bila datang malam nishfu Syaban maka lakukanlah Qiyam Lail dan puasa pada siang harinya, karena ketika matahari terbenam Allah turun pada malam itu ke langit dunia dan berkata, Adakah yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya, adakah yang memohon rezki, niscaya Aku akan memberikannya, adakah yang tertimpa penyakit, niscaya Aku akan menyembuhkannya, adakah , adakah hingga terbit fajar.* Derajat Hadits Dikeluarkan oleh Ibnu Mâjah no. 1388, Al-Baihaqy dalam *Syuabul Imân*3/378, Al-Mizzy dalam Tahdzîbul Kamâl. Seluruh ulama sepakat akan lemahnya hadits di atas. Namun Syaikh Al-Albâny dalam *Adh-Dhaîfah* no. 2132 berpendapat bahwa sanad hadits di atas adalah palsu, karena Ibnu Abi Sarbah -salah seorang perawinya- telah dicap oleh Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Main sebagai pemalsu hadits. *Hadits Kesembilan* ãóäú ÃóÍúíóÇ áóíúáóÊóí ÇáúÚöíúÏóíúäö æóáóíúáóÉó ÇáäøöÕúÝö ãöäú ÔóÚúÈóÇäó áóãú íóãõÊú ÞóáúÈõåõ íóæúãó ÊóãõæúÊõ ÇáúÞõáõæúÈõ *Siapa yang menghidupkan malam dua Ied dan malam nishfu Syaban, niscaya hatinya tidak akan mati pada hari semua hati menjadi mati.* Derajat Hadits Hadits di atas dikeluarkan oleh Ibnu Jauzy dalam *Al-Ilal Al-Mutanâhiyah*2/71-72 dari shahabat Kurdûs *radhiyallâhu anhu*. Demikian pula disebutkan oleh Al-Hâfizh Ibnu Hajar dalam *Al-Ishôbah* 5/585 dan Ibnu Atsîr dalam *Usudul Ghâbah* 1/931. Al-Hâfizh menyatakan bahwa Marwân bin Salîm -salah seorang perawinya- adalah seorang rawi yang *matrûk* (ditinggalkan haditsnya) dan *muttaham bil kadzib* (dituduh berdusta). Dalam *Lisânul Mizân* pada biografi Isa bin Ibrahim bin Thahmân -salah seorang perawi hadits di atas- Ibnu Hajar menghukumi hadits di atas sebagai hadits yang mungkar lagi *mursal*. ÅöÐóÇ ßóÇäó ÇáäøöÕúÝõ ãöäú ÔóÚúÈóÇäó ÝóáÇó Õóæúãó ÍóÊøóì íóÌöíúÆó ÑóãóÖóÇäõ *Apabila masuk pertengahan dari bulan Syaban maka tidak ada lagi puasa hingga datangnya bulan Ramadhan.* Derajat Hadits Hadits di atas dikeluarkan oleh Abdurrazzâq 4/161, Ibnu Abi Syaibah 2/284, Ahmad 2/442, Ad-Dârimy 2/29, Abu Dâud no. 2337, Ibnu Mâjah no. 1651, Ibnu Hibbân no. 3589, 3591, Ad-Dâruquthny 2/191, Ath-Thâhawy dalam *Syarah Maâny Al-Atsâr* 2/82, Ibnu Ady dalam *Al-Kâmil* 5/280, Ath-Thabarâny dalam *Al-Ausath* 7/no. 6863 dan dalam *Musnad Asy-Syamiyyîn* no. 1827, Al-Baihaqy 4/209 dan Al-Khathib 8/48. Terjadi silang pendapat di kalangan para ulama tentang kedudukan hadits di atas. Kesimpulan dari apa yang disebutkan oleh Ibnu Rajab*12*, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah*13*, Ibnu Hajar*14*, dan Al-Ainy*15* bahwa hadits dishohihkan oleh At-Tirmidzy, Ath-Thâhawy, Ibnu Hibban, Al-Hakim, Ibnu Abdil Barr, Ibnu Asakir dan Ibnu Hazm. Di versi lain, hadits di atas telah dilemahkan oleh sejumlah ulama yang lebih besar dan lebih berilmu dari mereka dimana mereka berkata bahwa hadits di atas adalah hadits yang mungkar. Demikian komentar Imam Ahmad, Abdurrahman bin Mahdi, Abu Zurah Ar-Razy dan Al-Atsram serta diikuti oleh Abu Yala Al-Khalily*16* dan Az-Zarkasyi*17*dan lainlainnya. Imam Ahmad berkata bahwa hadits di atas adalah hadits yang paling mungkar yang diriwayatkan oleh Al-Alâ bin Abdurrahman. Dan *insya Allah* pendapat para ulama yang melemahkannya ini yang paling tepat, karena mereka mereka itulah yang merupakan rujukan dan acuan dalam masalah kedudukan dan derajat sebuah hadits. *Hadits Kesebelas* íóÇ Úóáöíøõ ãóäú Õóáøóì áóíúáóÉó ÇáäøöÕúÝö ãöäú ÔóÚúÈóÇäó ãöÆóÉó ÑóßúÚóÉò ÈöÃóáúÝö Þõáú åõæó Çááåõ ÃóÍóÏñ ÞóÖóì Çááåõ áóÊåõ ßóáøó ÍóÇÌóÉò ØóáóÈóåóÇ Êöáúßó ÇááøóíúáóÉó *Wahai Ali, siapa yang shalat malam nishfu Syaban seratus rakaat dengan (membaca) Qul Huwallâhu Ahad seribu (kali) maka Allah akan menunaikan seluruh hajat yang dia minta pada malam itu.* Derajat Hadits Hadits ini disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam *Al-Manâr Al-Munîf* hal. 78 dan Asy-Syaukâny dalam *Al-Fawâid Al-Majmûah* hal. 50-51 sebagai hadits yang *maudhû* (palsu). Dan baca pula lafazh yang mirip dengannya dalam *Lisânul Mizân* karya Al-Hâfizh Ibnu Hajar pada biografi Muhammad bin Saîd Ath-Thabary. Berkata Syaikh Ibnu Baz *rahimahullâh*, *Adapun (hadits-hadits) yang menjelaskan tentang shalat pada malam (nishfu Syaban) seluruhnya adalah maudhû (palsu) sebagaimana yang diingatkan oleh banyak ulama.18* Dan Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan bahwa orang yang melakukan shalat pada malam nishfu Syaban ada tiga tingkatan: *Satu:* *Orang yang melakukan kebiasaan shalatnya sebagaimana hari-hari lainnya, tanpa meyakini adanya keutamaan khusus bagi orang yang melakukan shalat pada malam nishfu Syaban. Yang seperti ini tidak mengapa, karena tidak ada padanya bentuk bidah dalam agama.* *Dua:* *Ia melakukan shalat pada malam nishfu Syaban tidak pada selainnya. Ini adalah bidah dalam agama, karena Nabi **shollallâhu alaihi wa alâ âlihi wa sallam** dan para shahabatnya tidak pernah melakukannya dan tidak mencontohkannya.* *Tiga:* *Ia melakukan shalat dengan jumlah rakaat tertentu pada setiap tahun. Ini lebih besar bidahnya dan lebih jauh dari Sunnah ketimbang yang kedua. Karena hadits-hadits tentang hal tersebut semuanya maudhû (palsu).19 * *Hadits Kedua Belas* ãóäú ÞóÑóÃó áóíúáóÉó ÇáäøöÕúÝö ãöäú ÔóÚúÈóÇäó ÃóáúÝó ãóÑøóÉò Þõáú åõæó Çááåõ ÃóÍóÏñ ÈóÚóËó Çááåõ Åöáóíúåö ãöÆóÉó ÃóáúÝö ãóáóßò íõÈóÔøöÑõæúäóåõ *Siapa yang membaca pada malam nishfu Syaban Qul Huwallâhu Ahad seribu kali, niscaya Allah akan mengutus untuknya seratus ribu malaikat memberi kabar gembira kepadanya.* Derajat Hadits Hadits ini disebutkan oleh Al-Hâfizh Ibnu Hajar dalam *Lisânul Mizân* pada biografi Muhammad bin Abd bin Amir As-Samaqandy sebagai salah satu bentuk/(contoh) hadits palsunya. Dan disebutkan pula oleh Ibnul Qayyim dalam *Al-Manâr Al-Munîf* hal. 78. *Hadits Ketiga Belas* ãóäú Õóáøóì áóíúáóÉó ÇáäøöÕúÝö ãöäú ÔóÚúÈóÇäó ËöäúÊóíú ÚóÔóÑó ÑóßúÚóÉð íöÞúÑóÃõ Ýöíú ßõáøö ÑóßúÚóÉò ËóáÇóËöíúäó ãóÑøóÉð Þõáú åõæó Çááåõ ÃóÍóÏñ ÔõÝøöÚó Ýöíú ÚóÔóÑóÉò ÞóÏö ÇÓúÊóæúÌõÈõæúÇ ÇáäøóÇÑó *Siapa yang shalat pada malam nishfu Syaban 12 rakaat, pada setiap rakaat ia membaca Qul Huwallâhu Ahad tiga puluh kali, niscaya Allah akan mengizinkannya untuk memberi syafaat kepada sepuluh orang yang telah wajib masuk neraka.* Derajat Hadits Hadits ini disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam *Al-Manâr Al-Munîf* hal. 78 sebagai hadits yang *maudhû* (palsu). Berkata Ibnul Qayyim *rahimahullâh*, Yang mengherankan, ada sebagian orang yang telah menghirup harumnya ilmu Sunnah tertipu dengan igauan ini dan melakukan shalat itu. Padahal shalat tersebut hanya diada-adakan setelah empat ratus tahun (munculnya/lahirnya) Islam dan munculnya di Baitul Maqdis, kemudian dipalsukanlah sejumlah hadits tentangnya. *Hadits Keempat Belas* ãóäú ÃóÍúíóÇ ÇááøóíóÇáöíó ÇáúÎóãúÓó æóÌóÈóÊú áóåõ ÇáúÌóäøóÉõ: áóíúáóÉõ ÇáÊøóÑúæöíóÉö¡ æóáóíúáóÉõ ÚóÑóÝóÉó¡ æóáóíúáóÉõ ÇáäøóÍúÑö¡ æóáóíúáóÉõ ÇáúÝöØúÑö¡ æóáóíúáóÉõ ÇáäøöÕúÝö ãöäú ÔóÚúÈóÇäó *Siapa yang menghidupkan malam-malam yang lima (ini), maka wajib baginya surga: malam Tarwiyah*, malam Arafah, malam Iedul Adha, malam Iedul Fitri dan malam nishfu Syaban.* Derajat Hadits Hadits di atas dikeluarkan oleh Al-Ashbahâny dari Muâdz bin Jabal, dan dianggap sebagai hadits palsu oleh Syaikh Al-Albâny dalam *Dhaîf At-Targhîb * no. 667. *Bidah-bidah Seputar Syaban* Sebagai tambahan faedah terhadap penyebutan hadits-hadits di atas, maka berikut ini beberapa keterangan para ulama berkaitan dengan sejumlah bidah yang berkembang di tengah kaum muslimin pada bulan Syaban*20*: 1. Merayakan malam nishfu Syaban. 2. Mengkhususkan shalat seratus rakaat pada malam nishfu Syaban dengan membaca surah Al-Ikhlash sebanyak seribu kali. Shalat ini dinamakan *shalat Alfiyah*. 3. Mengkhususkan shalat pada malam nishfu Syaban dan berpuasa pada siang harinya. 4. Mengkhususkan doa pada malam nishfu Syaban. 5. Shalat enam rakaat dengan maksud menolak bala, dipanjangkan umur dan berkecukupan. 6. Seluruh doa yang dibaca ketika memasuki bulan Rajab, Syaban dan Ramadhan. Karena semua bersumber dari hadits yang lemah. 7. Menghidupkan api dan lilin pada malam nishfu Syaban. 8. Berziarah ke kuburan pada malam nishfu Syaban dan menghidupkan api di sekitarnya. Dan kadang para perempuan juga ikut keluar. 9. Mengkhususkan membaca surah Yasin pada malam nishfu Syaban. 10. Mengkhususkan berziarah kubur pada bulan Rajab, Syaban, Ramadhan dan pada hari Ied. 11. Mengkhususkan bershodaqah bagi ruh yang telah meninggal pada tiga bulan tersebut. 12. Meyakini bahwa malam nishfu Syaban adalah malam Lailatul Qadri. 13. Membuat makanan pada hari nishfu Syaban kemudian membagikannya kepada fakir miskin dengan anggapan makanan untuk kedua orang tua yang meninggal *Footnote:* 1 Baca pembahasan Bidah dan Bahayanya dalam majalah An-Nashihah vol. 06 pada Rubrik Manhaj. 2 Keterangan Ibnul Mubarak disebutkan oleh Imam At-Tirmidzy setelah membawakan hadits di atas. Dan baca juga *Fathul Bâry* 4/214. 3 *Majmu Fatâwâ* beliau 15/416. 4 *Lathôif Al-Maârif*, hal. 138 karya Ibnu Rajab. 5 *Lathôif Al-Maârif*, hal. 138 karya Ibnu Rajab. 6 Baca *Silsilah Ahâdîts As-Shohîhah*, no. 1144 dan risalah *Husnul Bayân fimâ Warada fi Lailah An-Nishf min Syabân* karya Masyhûr Hasan Salmân. 7 Kebanyakan para ulama menganggap bahwa tidak ada satu hadits pun yang * shohîh* berkaitan dengan keutamaan Nishfu Syaban. Di antara mereka yang menganggap seperti itu, Al-Hafizh Ibnu Dihyah, Abu Bakr Ibnul Araby, Al-Qurthuby, Jamalauddin Al-Qasimy, Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu Utsaimin dan lain-lainnya. Dan sebagian penulis di masa ini ada yang tidak menyetujui Syaikh Al-Albany dalam menshohihkan hadits di atas. Kami dalam permasalahan kali ini belum sempat untuk lebih meneliti masalah ini. Semoga Allah memudahkannya di waktu lain. 8 Akan datang penjelasan tentang bidah-bidah seputar Syaban. *** *Afdhol* dalam bahasa Arab bermakna paling utama atau lebih utama. 9 Baca *Irwâul Ghalîl* 3/397. 10 *Fathul Bâry* 4/214. 11 Demikian keterangan Ibnu Taimiyah sebagaimana yang dinukil oleh muridnya, Ibnu Qayyim dalam *Ilâmul Muwaqqiîn* 4/293. 12 *Lathôif Al-Maârif*, hal. 151 karya Ibnu Rajab. 13 *Al-Furûsiyah*,* *hal 247. 14 *Fathul Bâry* 4/129. 15 *Umdah Al-Qâri* 11/85. 16 *Al-Irsyâd* 1/218, karya Al-Khalîly dan beliau menyebutkan bahwa hadits di atas termasuk hadits-hadits yang Al-Alâ bersendirian dalam meriwayatkannya dan tidak ada pendukungnya. 17 *An-Nukat alâ Muqaddimah Ibnu Ash-Sholâh*, karya Az-Zarkasyi 1/364-365. 18 Risalah yang ketiga tentang hukum merayakan nishfu Syaban dari buku beliau *At-Tahdzîr min Al-Bida*, hal. 22. 19 Diringkas dari *Fatâwâ* beliau pada jilid 20. *** Malam *Tarwiyah* adalah malam menjelang hari *Tarwiyah* yang jatuh pada tanggal 8 Dzulhijjah setiap tahunnya. 20 Disarikan dari buku *Mujam Al-Bida*, hal. 299-301 dan *Al-Bida Al-Hauliyah*, hal. 300-304. *(Dinukil dari Majalah An-Nashihah Vol. 11 Th. 1/ 1427H/2006M, kategori: Hadits, judul: **Hadits-Hadits Seputar Bulan Syaban**, hal. 46-52, **untuk http://akhwat.web.id**)* -- * =Rony Setyo Hariyono,ST= Suplier dan Distributor Aneka Produk Herbal & Pengobatan Islami www.supergrosirherbal.com <http://www.nabawiherba.com/> http://thibbunnabawi.wordpress.com * [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ ==================================================== Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam ==================================================== Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar ==================================================== website: http://dtjakarta.or.id/ ====================================================Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: daarut-tauhiid-dig...@yahoogroups.com daarut-tauhiid-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: daarut-tauhiid-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/