--- In [EMAIL PROTECTED], "odeon_cafe"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Pak Erik yang terbaik,

Awalnya, WALUBI terdiri dari 3 Persamuan Sangha & 7 Majelis yaitu:

1. Sangha Agung Indonesia
2. Sangha Theravada Indonesia
3. Sangha Mahayana Indonesia
4. Majelis Buddhayana Indonesia (MBI)
5. Majelis Pandita Buddha Dhamma (Mapanbudhi)
6. Majelis Dharma Duta Kasogatan Indonesia
7. Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (Mapanbumi)
8. Majelis Agama Buddha Niciren Syosyu Indonesia (NSI)
9. Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia
10. Majelis Rohaniwan Tri Dharma Seluruh Indonesia

WALUBI memiliki kedudukan sederajat dengan organisasi yang mewakili
umat beragama di Indonesia spt Majelis Ulama Indonesia (MUI),
Majelis Agung Wali Gereja di Indonesia (MAWI), Persatuan Gereja-
Gereja di Indonesia (PGI), dan Parisada Hindu Dharma Pusat (PHDP).

WALUBI sebagai organisasi keagamaan orde baru sangat berperan dalam
memperkokoh kekuasaan politik orba. Salah satu aktivitas yang paling
dibanggakan WALUBI di masa lalu adalah peran sebagai penyelenggara
kampanye P4 pola pendukung 25 jam. Pada saat itu, WALUBI dengan
sangat bangga membantu BP7 dalam indoktrinisasi ajaran-ajaran Pak
Harto dan ABRI. Selain menjadi pelaksana lapangan program "tenaga
pelaksana pembauran RT/RW" yang sarat semangat anti-tionghoa.

Hampir seluruh komponen WALUBI jelas bersikap anti Tionghoa. Majelis
agama Buddha Niciren Syosyo Indonesia (NSI) yang mendasari dirinya
pada Paduka Hyang Buddha Niciren Daisyonin yang berasal dari
Propinsi Awa-Jepang dan dibantu oleh ajudan setia Nikko Syonin. Asal
negara ajaran budhisme ini saja sudah sgt konfrontatif dgn Tiongkok.
Sehingga tidak terlalu berlebihan apabila NSI yang merupakan
pendukung kuat Pak Harto dan pelaksana Tri Sukses Golkar tidak dapat
dimintai bantuannya untuk menghilangkan perlakuan tidak simpatik
terhadap golongan etnis Tionghoa.

NSI tidak lain dari kelompok intel Jepang yang menjalankan program
infiltrasi politik Jepang di Indonesia. Salah satu programnya adalah
distorsi sejarah. Sebut saja aktivitas yang paling sering dilakukan
yaitu `membersihkan taman makam pahlawan' yang selalu ditayangkan
oleh media-media cetak NSI. Sayangnya, dalam liputan berita itu
kadangkala disisipi propaganda jepang spt menyatakan bahwa terdapat
orang-orang Jepang dan Tionghoa yang menjadi pahlawan perjuangan
kemerdekaan RI. Padahal, hanya orang Tionghoa saja yang berjuang
bersama pejuang RI lainnya dalam revolusi. Sedangkan pasukan Jepang
justeru menindas seluruh Asia termasuk Indonesia. Banyak perempuan
Indonesia yang dijadikan objek sexual orang Jepang.

NSI memelintir semangat fasisme jepang dengan menyitir kata-kata
yang diucapkan oleh Hyang Buddha Niciren Daisyonin yaitu "Saya akan
menjadi tiang, mata dan bahtera bagi negara Jepang". Kata-kata
Niciren ini terdapat di dalam `Surat Membuka Mata' yang ia tulis
untuk menunjukan bahwa ia adalah seorang Jepang Sejati. Berdasarkan
semangat fasisme ini, NSI--yang didukung oleh seluruh komponen
WALUBI—-mendukung keberadaan Bakom PKB. Misalnya di kota Medan, di
mana NSI bersama Bakom PKB dengan aktif membentangkan spanduk
bertulis "BERBAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR" dalam rangka
pemberangusan aksara Mandarin di seluruh kota medan.

Sedangkan Budhisme Thailand, Tibet dan Taiwan bersikap gamang
sekalipun juga sama-sama tidak menghargai golongan Tionghoa
Indonesia apalagi memberikan dukungan politik terhadap Tionghoa.

Golongan Budhisme thailand yang ortodox dan hidup sendirian, tibetan
budhism yang berpolitik hendak menjatuhkan pemerintah RRT, taiwan
yang fanatik dan buta serta tidak kalah dalam semangat anti RRT
tidak mampu membedakan persoalan RRT yang tidak ada kaitannya dengan
masalah eksistensi golongan etnik Tionghoa di negeri Indonesia.

Masih banyak contoh-contoh perilaku golongan Budhist yang juga
antipati terhadap Tionghoa di masa lalu dan saat ini. Jumlahnya,
seperti yang dikatakan Pak Erik, juga tidak kalah apabila
dibandingkan dengan perilaku golongan nasrani.

Thanks,

Kenken


Erik Eresen wrote:

Sudah saya katakan, terlalu banyak kasus-kasus pelunturan budaya
Tionghoa yang juga dilakukan oleh lembaga pendidikan Buddhis, dan
tak bisa disebutkan lengkap semuanya di sini. Maksud saya kemukakan
contoh-contoh kasus itu adalah untuk mengatakan bahwa Upaya
Pelunturan Budaya Tionghoa adalah sebuah kebijakan yang memang
direkayasa oleh pihak penguasa, dan diikuti oleh segenap lembaga
masyarakat yang ada waktu itu.
Apa yang dilakukan kelompok Kristiani memang benar ada. Tetapi kita
juga jangan menafikan hal sama yang juga dilakukan oleh pihak
Buddhis!
Anda minta nama konkret oknum dan vihara? Tidak mungkin saya
kemukakan di sini, itu tidak etis. Tetapi kalo pejabat dan lembaga
agama Buddha yang melakukan pemberangusan budaya Tionghoa bisa saya
sebutkan di sini :
1. dr. Krishnanda Wijaya Mukti : Waktu menjabat sebagai Kanwil Bimas
Buddha Jakarta, menerbitkan surat edaran yang isinya melarang umat
Buddha bersembahyang pada malam Tahun Baru Sin Cia, dan larangan
pada vihara-vihara yang ada di Jakarta untuk tidak buka (tidak
melayani) umat yang mau sembahyang di malam Sin Cia, karena
Sin Cia bukan hari raya agama Buddha!
2. dr. Ratna Surya Widya : waktu menjabat sebagai ketua harian
WALUBI (periode kepengurusan Bhante Giri sebagai ketua umum)
melakukan inventarisasi vihara-vihara mana saja yang selenggarakan
perayaan Sin cia, dan daftar itu dilaporkan kepada lembaga inteligen
Indonesia';
3. juga masih dr. Krishnanda Wijaya Mukti : waktu menjabat Kanwil
bimas Buddha DKI Jakarta, melakukan sweeping di vihara-vihara daerah
kota, memaksa pengurus vihara menurunkan papan nama beraksara Cina
serta Rupang-rupang dewa legendaris Tionghoa.
4. upaya pencaplokan (ato lebih halusnya pengambil alihan) Kelenteng
Boen Tek Bio oleh lembaga + oknum Theravada yang menjadi pengurus di
situ dan berusaha men-Theravada-kan kelenteng itu dengan mengganti
nama kelenteng Boen Tek Bio yang bersejarah itu dengan "Vihara
Padumuttara" yang menurut mereka lebih mncerminkan nilai Buddhis dan
tidak berbau Cina!
5. Seminar-seminar yang gencar diselenggarakan sekitar tahun 77 s/d
80-an (waktu itu anda berusia berapa??) dengan mendatangkan pejabat
BKMC (Badan Koordinasi Masalah Cina) dan pakar-pakar budaya Cina
dari UI untuk membersihkan agama Buddha dari sisa-sisa budaya Cina,
agar bisa menjadi agama yang tidak ekslusive dan dapat diterima oleh
semua lapisan bangsa Indonesia!

Tapi semua itu adalah masalah lampau yang sebetulnya tidak perlu
diungkit-ungkit lagi sekarang. Semua orang memang dalam kondisi
keterpaksaan, terlalu besar risikonya kalo ingin tetap
mempertahankan budaya Cina di bawah politik diskriminasi yang gencar
waktu itu.
Kita harus jujur terhadap sejarah, kalo memang pernah melakukan ya
akui memang pernah. Bukan masalah hanya kasus per kasus atau memang
kebijakan yang tersistimatisir. Yang jelas memang hal itu dilakukan
oleh semua pihak, bukan hanya salah satu golongan saja.

Salam,


Erik
---------------------------------------------------------------------
In agung setiawan <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
ini mah org gila yg sok tau aturan aja yg berlaku begitu. dimana2
juga tau kalo berduka itu pantang pake merah. kalo ada aliran /
vihara tertentu yg ajarin gitu g jamin 90% ga bakal ada umatnya.
kalo boleh kasih alamat viharanya, trus siapa gurunya or bhantenya
yg ajarin begitu. g sering ikut kebaktian kematian tapi ga pernah
tuh nemu yg kayak begini.









------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/UlWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

** Menyadari apa yang sesungguhnya sedang terjadi SAAT INI di dalam diri saya 
maupun di luar diri saya **

** Kami kembali tuk hidup dalam kekinian yang menakjubkan; tuk menanami taman 
hati kami benih-benih kebajikan; serta membuat fondasi pengertian dan cinta 
kasih yang kokoh **

** Kami mengikuti jalur perhatian penuh, latihan tuk melihat dan memahami 
secara mendalam agar mampu melihat hakikat segala sesuatu, sehingga terbebas 
dari belenggu kelahiran dan kematian **

** Kami belajar tuk: berbicara dengan penuh cinta kasih, menjadi penuh welas 
asih, menjadi perhatian terhadap pihak-pihak lain pagi ataupun sore hari,  
membawa akar-akar suka cita ke banyak tempat, membantu sesama melepaskan 
kesedihan; dan tuk menanggapi dengan penuh rasa syukur kebajikan orang tua, 
para guru, serta sahabat-sahabat kami ** 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Dharmajala/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke