Kompas, Jumat, 30 Maret 2007                                                    
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                       
 Thailand
 Permintaan Militer Ditolak 
 
Bangkok, Kamis - Perdana Menteri Thailand Surayud Chulanont menolak permintaan 
junta militer untuk memberlakukan keadaan darurat di Bangkok. Permintaan itu 
diajukan Rabu lalu untuk mencegah protes terhadap keberadaan pemerintah de 
facto junta militer di Thailand. 
"Tidak ada keperluan mendesak untuk memberlakukan keadaan darurat di Bangkok," 
kata PM Surayud, Kamis (29/3), di Bangkok.  
Surayud adalah perdana menteri yang justru diangkat junta militer untuk 
sementara, menggantikan Thaksin Shinawatra yang dijungkalkan militer pada 19 
September 2006. 
Itu adalah penolakan PM atas permintaan militer yang ingin membungkam penentang 
militer.  
PM Surayud mengutarakan penolakan itu dalam sebuah jumpa pers. Ia mengatakan 
akan memantau keadaan secara ketat. Namun, kepada junta militer, ia mengatakan, 
"tak melihat kebutuhan untuk memberlakukan keadaan darurat". 
Pemimpin kudeta militer Jenderal Sonthi Boonyaratkalin sebelumnya meminta PM 
Surayud memberlakukan keadaan darurat untuk mencegah para pendukung Thaksin 
melakukan protes massal. Sebuah demonstrasi juga sudah direncanakan hari Jumat 
ini dan pemimpin kudeta memperingatkan hal itu bisa berubah menjadi kekerasan. 
Para penentang junta militer bukan saja dari pihak pendukung Thaksin, tetap 
juga berbagai kelompok yang tak menghendaki kekuasaan junta militer di 
Thailand. 
Keadaan sekarang tidak cukup untuk dijadikan alasan memberlakukan keadaan 
darurat. "Namun, pemerintah bersiap-siap mengantisipasi keadaan terburuk, dan 
saya memiliki kekuasaan untuk menyatakan keadaan darurat," kata PM Surayud. 
"Pemerintah akan mencoba berdiskusi dengan semua pihak untuk menghindari 
keadaan berkembang menjadi buruk. Saya tidak ingin melihat terjadi bentrokan di 
antara warga Thailand," kata PM Surayud. 
Pemerintah Bangkok sejauh ini sudah memutuskan menutup taman-taman, tempat para 
demonstran telah merencanakan aksi protes.  
Junta militer memiliki keyakinan bahwa para demonstran sengaja memancing 
keadaan agar keadaan bisa menjadi rusuh. "Karena itulah kami ingin mencegah hal 
itu terjadi," kata Kolonel Sansern Khaewkamnerd, salah seorang juru bicara 
Dewan Keamanan Nasional. 
Pemilu pada Desember  
Masih dalam rangka pemulihan demokrasi, PM Surayud mengatakan pemilu parlemen 
akan dilakukan pada Desember 2007 sekitar tanggal 16 atau 22. PM juga 
menyatakan sebuah referendum untuk pengubahan konstitusi akan diselenggarakan 
pada September 2007 untuk kepentingan pemilu. 
Pengumuman itu dilakukan setelah PM Surayud bertemu dengan Dewan Keamanan 
Nasional. "Hari ini saya meminta pertemuan dengan Dewan Keamanan Nasional, 
Dewan Penyusun Konstitusi, dan Komisi Pemilihan Umum untuk mempersiapkan 
pemilu," kata Surayud. 
Sementara itu, sebuah pengadilan memutuskan hukuman dua tahun penjara kepada 
Sondhi Limthongkul, pemimpin Aliansi Rakyat untuk Demokrasi. Aliansi ini 
berperan besar menjungkalkan Thaksin lewat demonstrasi besar-besaran di Bangkok 
tahun 2006. 
Pengadilan memutuskan itu hari Kamis setelah Sondhi kalah dalam gugatan yang 
diajukan sebuah kelompok pendukung Thaksin. Namun, pemilik Manager Media Group 
itu dibebaskan dengan uang jaminan 5.700 dollar AS (sekitar Rp 53 juta) dan 
Sondhi juga melakukan banding. 
Sondhi digugat di pengadilan oleh Phumtham Vechayachai, mantan Wakil Menteri 
Perhubungan dan menjabat pada era pemerintahan Thaksin. Sondhi menuduh Phumtham 
sebagai anggota Partai Komunis Thaksin tanpa bukti. Sondhi juga menuduh 
Phumtham tidak memberikan penghormatan kepada Kerajaan Thailand. 
Seorang warga negara Swiss juga dikenai hukuman penjara 10 tahun, dikurangi 
dari tuntutan 20 tahun. Oliver Jufer (57) dinyatakan bersalah karena 
menghilangkan potret wajah Raja Bhumibol Adulyadej dengan semprotan di kota 
Chiang Mai pada Desember 2006. Tindakan seperti itu tergolong perbuatan 
kriminal di Thailand, di mana Raja sangat dihormati. (AFP/AP/REUTERS/MON) 

         
---------------------------------
Looking for earth-friendly autos? 
 Browse Top Cars by "Green Rating" at Yahoo! Autos' Green Center.  

Kirim email ke