(No) Miracle of Gorengan

Salah satu menu favorit berbuka puasa adalah gorengan. Gurih, mengenyangkan, 
ditambah rasa pedas cabe rawit atau bumbu kacang, mantap! Gorengan sahabat buka 
puasa bagi  kebanyakan orang.


Dr. Shinya, dalam Miracle of Enzyme (Qanita, 2008) justru menyarankan agar kita 
menjauhi gorengan.  Mengapa?

Kembali pada catatan sejarah, bangsa Yunani dan Italia mengonsumsi minyak 
zaitun sejak 6000 tahun lalu.  Sedangkan bangsa Jepang mulai menyantap makanan 
digoreng sekitar 150-200 tahun lalu. Perbedaan kebudayaan menu makan ini 
kemungkinan besar terpartri dalam gen-gen kita dan menentukan apakah kita 
memiliki sistem pencernaan yang dapat mencerna minyak.  Minyak diuraikan dan 
dicerna dalam pankreas.  Menurut data klinis Dr. Shinya, pankreas bangsa Jepang 
lebih lemah dibandingkan masyarakat di negara-negara yang memiliki sejarah 
panjang menyantap gorengan.

Jika menyantap dua hingga tiga kali sehari makanan yang digoreng dan mengalami 
rasa sakit pada bagian atas perut, ada kemungkinan Anda menderita pankreatitis.

Memang ada anggapan minyak sayur lebih aman.  Tetap, kita harus hati-hati akan 
jumlah makanan gorengan.  Terlalu sering mengonsumsi minyak sayur buruk bagi 
tubuh.  Akan tetapi, jika merasa tidak mungkin berhenti makanan gorengan, 
sebaiknya Anda mencoba mengurangi frekuensi makan gorengan.  Alternatif lain, 
berusahalah mengunyah dengan lebih baik (minimal 30 kali).  Mengunyah dengan 
baik dan mencampur makanan berminyak dengan air liur membantu menetralisasi 
asam lemak trans hingga kadar tertentu.  Bagaimanapun, makanan yang digoreng 
pada umumnya akan menguras enzim-enzim dalam tubuh Anda.

Dengan lebih tegas Dr. Shinya mewanti-wanti: “Waktu makan, apa yang dimakan dan 
berapa sering memakannya menunjukkan penyebab penyakit”.

Allah Swt.  memerintahkan puasa untuk mendisiplikan waktu makan kita.
Rasulullah Saw. mencontohkan berbuka dengan kurma untuk kesehatan badan kita.
Puasa itu sendiri mengajarkan kita tidak sering makan.
Dan, hadis Nabi menyebutkan, “Berpuasalah agar kamu sehat”.
Marilah kita manfaatkan Ramadhan sebagai sarana menahan diri dan menjaga 
kesehatan.

Tita

Kirim email ke