http://www.suaramerdeka.com/harian/0603/06/nas06.htm
Analisis ekonomi Pemerintah Tidak Pede a.. Humpuss Exxon Harus Diperiksa Didik J Rachbini I SU siapa yang akan menjadi operator pertama atau pemimpin eksploitasi Blok Cepu menjadi isu panas sekarang. Maklum, Blok Cepu merupakan lapangan minyak yang besar cadangannya sehingga kepentingan negara dan rakyat sangat besar. Tidak hanya itu, kepentingan investor juga sangat tinggi, karena Blok Cepu merupakan peluang dan potensi bisnis yang sangat menjanjikan. Rapat gabungan antara DPR dan pemerintah (diwakili Menteri ESDM, Menteri Negara BUMN, dan Menteri Perindustrian) telah menelurkan kesimpulan bahwa pengelolaan Blok Cepu harus didedikasikan untuk kepentingan negara dan rakyat. Pada tataran normatif ini tidak ada masalah, tetapi dalam implementasinya harus ditetapkan pola yang paling baik untuk kepentingan rakyat dan bangsa. Ketika masuk pada perdebatan siapa yang harus memimpin, maka anggota Dewan peserta sidang terpecah. Usulan agar Pertamina menjadi operator menjadi mentah, karena perbedaan kepentingan tersebut. Sebenarnya aspirasi yang rasional adalah keputusan operatorship di tangan bangsa sendiri, dalam hal ini Pertamina. Tidak perlu lagi ada pertanyaan apakah Pertamina mampu atau tidak, karena pengalaman dan kerja sama selama ini sudah sangat memungkinkan untuk melakukannya. Lagi pula ladang minyak Blok Cepu tidak terlalu dalam dan sudah dieksploitasi oleh rakyat sejak hampir seabad yang lalu dengan teknologi yang tidak terlalu canggih. Dengan demikian, alasan soal kemampuan teknologi tidak terlalu relevan di sini. Pertanyaan lain, apakah Pertamina mempunyai uang atau tidak juga merupakan hal yang relevan, karena investasi di sektor perminyakan sangat atraktif. Apalagi, harga minyak dunia sudah sedemikian tinggi sehingga menjanjikan keuntungan yang tinggi. Banyak anggota Dewan yang terlihat tidak mendukung keputusan ini, termasuk pemerintah yang ragu-ragu. Masalahnya sebenarnya tidak pada dua pertanyaan tentang kemampuan perusahaan dan teknologi serta kemampuan keuangan. Dua isu ini bisa dianggap bukan soal dan hanya menjadi alasan untuk mendesakkan kepentingan dari masing-masing pihak. Masalah yang krusial adalah benturan kepentingan yang besar antara negara dan pemerintah, yang memiliki hak dasar terhadap bumi dan kekayaan alam Blok Cepu tersebut - dalam hal ini diwakili oleh Pertamina - dengan kepentingan investor, yang telah menanamkan modal dan mengejar keuntungan maksimal. Mestinya para anggota Dewan berdiri pada posisi kepentingan nasional secara lebih jelas. Tetapi hal ini tidak terlihat, karena banyak yang ragu-ragu dan terpengaruh lobi dan pengaruh lain yang menabrak kepentingan nasional. Pemerintah tidak percaya diri, karena tekanan lobi dari luar memang cukup kuat dan berat. Karena itu, jika tidak ada tekanan dari DPR, kecenderungan pemerintah tidak memilih Pertamina sebagai operator utama pada lapangan minyak Blok Cepu tersebut. Di sinilah letak anomali aspirasi pemerintah, yang mengalami deplesi mentalitas inlader sejak lama. Padahal, posisi hak pengelolaan yang paling dekat ada di tangan Pertamina. Hak pengelolaan bergulir ke Exxon lewat proses yang salah kaprah. Pertamina sebagai pemilik hak pengelolaan melakukan kerja sama TAC dengan Humpuss Patra Gas, yang tidak boleh dialihkan kepada pihak lain. Jika kontrak sudah selesai, maka hak harus kembali kepada Pertamina kembali. Dengan demikian, timbul pertanyaan, mengapa hak pengelolaan beralih ke tangan Exxon? Di sini salah kaprah dan indikasi KKN, yang harus masuk ke dalam pemeriksaan hukum. Humpuss dengan pihak Exxon telah melakukan praktik pengalihan hak secara ilegal sehingga harus diperiksa.(41t) [Non-text portions of this message have been removed] Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional? Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/