Memang sangat murahan, namun lebih murahan bagaimana mengkaikann Gus dur dkk
mau berada di skenario SBY tersebut. Kelihatan kalau kelompok sekularis akan
melupakan kebobrokannya kalau sudah berhadapan dengan Islam.

2008/6/8 andre andreas <[EMAIL PROTECTED]>:

>   Pernyataan Sikap Front Perjuangan Rakyat
>
> http://fprsatumei.wordpress.com
>
> "Provokasi Politik Murahan Rejim SBY-JK untuk Mengalihkan Isu Kenaikan
> Harga BBM dan Meredam Kebangkitan Gerakan Massa"
>
> Salam Demokrasi!
> Pada tanggal 1 Juni 2008, terjadi peristiwa kekerasan yang dialami Aliansi
> Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) yang tengah
> memperingati Hari Kelahiran Pancasila oleh Komando Laskar Islam yang
> berafiliasi ke Front Pembela Islam (FPI).
>
> Buntut dari itu semua, muncul reaksi yang mengarah pada potensi konflik
> horizontal antar masyarakat—terutama dari kalangan pengikut Nahdiyin—dengan
> pendukung FPI. Selain itu ada juga tuntutan untuk membubarkan FPI sebagai
> ormas yang dinilai sering melakukan tindakan anarkis atas nama penegakan
> ajaran Islam. Sementara persoalan yang menjadi dasar munculnya Insiden Monas
> yaitu mengenai Pembubaran Ahmadiyah (SKB 3 Menteri) akan diputuskan
> pemerintah pada akhir Juni ini.
>
> Lantas, bagaimana sesungguhnya kita menyikapi perkembangan ini? Benarkah
> persoalan ini semata-mata menyangkut pembubaran Ahmadiyah dan FPI? Sekedar
> kecaman atas kekerasan yang tidak tepat dilakukan dalam membangun iklim
> demokrasi dan pluralisme di Indonesia atau seperti apa?
>
> Provokasi Politik untuk Mengalihkan Isu Kenaikan BBM guna Menimbulkan
> Konflik Meluas di Kalangan Masyarakat
>
> Insiden Monas terjadi di tengah berlangsungnya aksi protes masyarakat
> menuntut pembatalan kenaikan harga BBM yang dilakukan rejim SBY-Kalla. Waktu
> itu, Istana dan sekitarnya berlangsung aksi protes yang dilakukan oleh massa
> Front Perjuangan Rakyat (FPR), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Front
> Pembebasan Nasional (FPN).
>
> Terlepas dari argumen masing-masing pihak baik AKKBB dan FPI tentang siapa
> yang saling mendahului hingga terjadinya insiden tersebut, ada hal penting
> yang perlu kita simak lebih mendalam dari insiden ini. Insiden ini
> berlangsung di tengah masih gencarnya protes masyarakat menentang kebijakan
> rejim SBY-JK menaikkan harga BBM. Dalam sekejap, kita bisa melihat bagaimana
> televisi, media cetak dan media massa lainnya mengupas habis soal insiden
> ini. Kupasan tentang kenaikan harga BBM dan berbagai soal di seputarnya,
> perlahan-lahan hanya sekilas muncul dalam pemberitaan media massa.
>
> Unsur praktek pembiaran dari pemerintah SBY-JK bisa juga terlihat dari
> keamanan atas aksi AKKBB yang bisa dinilai tidak seketat dan setanggap dalam
> pengamanan aksi-aksi massa menolak kenaikan harga BBM. Kesan aparat
> kepolisian membiarkan itu sangat jelas terlihat betapa leluasanya tindak
> kekerasan yang kemudian membuat laskar FPI begitu leluasa memukul massa
> AKKBB. Hal seperti ini bukan pertama kali dilakukan oleh pemerintah, dalam
> hal-hal konflik yang berpotensi bagi terjadi konflik horizontal antar
> masyarakat, aparat cenderung berdiam diri dan kemudian seolah-olah seperti
> "koboi" yang muncul untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi.
>
> Pemerintah SBY-JK pun bersikap tarik ulur atas soal-soal yang terkait
> dengan masalah Insiden Monas mulai dari persoalan pengusutan pelaku (seperti
> Komandan Laskar Munarman yang tengah menjadi DPO), pembubaran FPI, hingga
> masalah SKB 3 Menteri. Hingga beberapa soal yang muncul di tengah masyarakat
> atas dampak kenaikan harga BBM, tidak menjadi perhatian dari masyarakat
>
> Selain itu, akibat provokasi murahan dari pemerintah tersebut telah memicu
> pertentangan yang muncul antara kaum Nahdiyin dan pendukung FPI, dengan
> demikian akan membuat massa Nahdiyin dan FPI yang secara mayoritas juga
> terkena imbas dari kenaikan harga BBM saling berkonflik dan bukannya
> mengarahkan kegelisahannya untuk menentang kebijakan SBY-Kalla yang
> menaikkan harga BBM dan sangat merugikan bagi rakyat Indonesia. Sayangnya,
> pemuka-pemuka dari Nahdiyin dan FPI termakan akan provokasi ini murahan dari
> pemerintah SBY-JK ini.
>
> Upaya Rejim SBY-Kalla Meredam Kebangkitan Gerakan Massa
> Pelajaran lain dari insiden Monas yang bisa kita petik sesungguhnya adalah
> upaya rejim SBY-Kalla untuk meredam kebangkitan gerakan massa yang
> sesungguhnya memiliki tendensi bagi bahaya fasisme di Indonesia layaknya
> masa kekuasaan rejim fasis boneka imperialis Soeharto.
>
> Sebagai negeri yang berada di bawah dominasi imperialis pimpinan Amerika
> Serikat (AS) yang justru telah berkembang menjadi negara fasis yang
> menggunankan terorisme negara (state terorisme) atas nama misi penyelamatan
> dunia dari bahaya terorisme, kedudukan pemerintahan atau rejim yang berkuasa
> juga akan mencerminkan watak dari tuannya tersebut. Dan Insiden Monas
> semakin menjelaskan hal tersebut
>
> Sebagaimana disinggung di atas bahwa kenaikan harga BBM yang dilakukan
> pemerintahan SBY-Kalla telah mendapatkan protes dan memunculkan kebangkitan
> gerakan massa yang begitu meluas dari gerakan rakyat di Indonesia, terutama
> yang dimotori oleh gerakan pemuda-mahasiswa. Selain itu, berbagai organisasi
> massa dari berbagai kolompok, aliran dan warna politik bermunculan menentang
> kebijakan yang anti rakyat tersebut.
>
> Dalam situasi ini, rejim SBY-Kalla melakukan beberapa upaya meredam
> kebangkitan gerakan massa tersebut, mulai dari pendiskreditan atas aksi-aksi
> mahasiswa yang dinilai anarkhis seperti kasus Unas hingga mengumbar
> propanganda tentang aksi-aksi massa menolak kenaikan harga BBM ditunggangi
> sejumlah elit politik hingga cara paling halus dengan menyuap rakyat melalu
> Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Namun
> upaya-upaya ini sendiri tidak mampu meredam aksi-aksi massa rakyat termasuk
> mahasiswa untuk membatalkan kenaikan harga BBM. Juga BKM dan BLT yang tidak
> juga memecahka beban ekonomi rakyat akibat kenaikan harga BBM.
>
> Karena gejolak politik ini tidak mampu diredam, SBY-Kalla terlihat panik
> dan melakukan provokasi politik melalui insiden Monas. Buntut dari itu
> muncul wacana untuk menertibkan ormas-ormas yang dianggap mengganggu
> ketertiban umum dan kekuasaan pemerintah yang ada. Dalam titik ini, jika pun
> pemerintah akhirnya membubarkan FPI, efek dominonya juga pasti akan
> dirasakan oleh kalangan ormas-ormas lainnya yang karena kebijakan anti
> rakyat pemerintah SBY-Kalla, tidak ada pilihan lain kecuali melakukan
> berbagai protes atas kebijakan-kebijakan tersebut.
>
> Di sisi lain, karena aksi-aksi massa dianggap bisa memicu timbulnya
> gangguan bagi ketertiban umum dalam kacamata pemerintah SBY-Kalla, sangat
> terbuka potensi bagi rejim untuk menindas aksi-aksi massa rakyat yang secara
> tulus dan mulia memperjuangkan kepentingan rakyat. Intinya, provokasi dari
> insiden Monas akan memiliki kecendrungan bagi pemberangusan
> organisasi-organisasi massa progresif dan militan, serta menindas aksi-aksi
> massa rakyat secara luas. Situasi ini akan semakin menajadi-jadi jika
> pemerintah tidak tegas dan tarik ulur dalam penyelesaian insiden Monas. Dan
> ini membuka kembali lembaran kita akan peristiwa seperti Tragedi 27 Juli
> (Kudatuli) 1996.
>
> Artinya, Insiden Monas adalah preseden buruk bagi demokratisasi di
> Indonesia. Rejim SBY-Kalla adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas
> ini semua. Dengan demikian juga, gerakan massa di Indonesia perlu mencermati
> hal ini dengan jeli dan teliti, sehingga juga tidak terprovokasi oleh
> tindakan rejim SBY-Kalla yang tujuannya adalah untuk meredam kebangkitan
> gerakan massa secara luas di Indonesia. Rejim SBY-Kalla sesungguhnya tengah
> mendorong situasi politik ke arah depolitisasi dan deorganisasi untuk
> menciptakan lautan massa mengambang (floating mass) guna mengamankan
> kepentingan politik utamanya di tahun 2009 nanti, ketika Pemilu kaum
> borjuasi berlangsung di negeri ini.
>
> Berdasarkan hal tersebut, Front Perjuangan Rakyat (FPR) menyatakan sikapnya
> :
> 1. Mengecam Keras Insiden Monas 1 Juni 2008 dan Mendesak Kasus Tersebut Di
> usut Tuntas
> 2. Pemerintah SBY-Kalla melalui Kepolisian RI (Polri) adalah pihak yang
> paling bertanggung jawab atas terjadinya Insiden Monas
> 3. Meminta seluruh lapisan masyarakat dan gerakan massa tidak terpancing
> atas provokasi politik yang bisa berpotensi bagi lahirnya konflik horizontal
> yang merugikan rakyat sendiri.
> 4. Terus Perkuat Persatuan di Kalangan Rakyat, utamanya Buruh danTani serta
> klas/sektor/golongan lainnya (Pemuda, Mahasiswa, Perempuan, Nelayan,
> Pedagang Kecil, Pegawai Rendahan, Sopir Angkot, dsb) dan Kobarkan Terus
> Perjuangan Menuntut Pembatalan Kenaikan Harga BBM dan Penurunan Harga
> Sembako Melawan Rejim Boneka Imperialis AS dan Anti Rakyat SBY-Kalla
> Demikian Pandangan dan Sikap FPR atas Insiden Monas, 1 Juni 2008. Perkuat
> Persatuan Buruh dan Tani Bersama Rakyat Tertindas Lainnya Melawan Rejim Anti
> Rakyat SBY-Kalla! Terima Kasih.
> Jakarta, 6 Juni 2008
> Front Perjuangan Rakyat (FPR)
>
> Solidaritas untuk ASKUM Lombok
>
> Bebaskan 2 Sopir Angkutan Umum ASKUM Lombok! Berikan Subsidi Bagi
> Transportasi Angkutan Umum!
> Batalkan Kenaikan Harga BBM !
> Salam Demokrasi!
> Kenaikan Harga BBM telah membuat gejolak dan keresahan yang semakin
> menjadi-jadi di tengah himpitan kehidupan ekonomi yang semakin akut. Itu
> pula yang dialami oleh Sopir angkutan Umum di Lombok, Nusa Tenggara Barat
> (NTB). Belum lama ini (29/5) 2 (dua) orang anggota Asosiasi Sopir Angkuta
> Umum (ASKUM) Lombok ditahan Polres Lombok Timur sebagai buntut dari aksi
> sopir angkutan umum mendesak pemerintah dan dinas perhubungan setempat untuk
> memberikan subsidi BBM dan suku cadang bagi transportasi angkutan umum,
> penyesuaian tariff angkutan umum dan masalah trayek bis.
> Aksi sopir angkutan umum yang terabung dalam ASKUM Lombok ini juga sejak
> awal menuntut penolakan kenaikan harga BBM sebelum harga BBM dinaikkan pada
> 24 Mei 2008, karena kenaikan harga BBM bisa membawa beban yang lebih berat
> bagi sopir angkutan umum. Bahkan setelah harga BBM dinaikkan, tidak ada
> upaya lebih konkret dari pemerintah SBY-JK hingga pemerintah NTB menyangkut
> tuntutan sopir angkutan umum, karena jika harga dinaikkan semena-mena bisa
> berdampak pada sepinnya pemina angkutan umum, sementara beban seperti
> setoran dan onderdil semakin meningkat.
> Penangkapan yang terjadi terhadap 2 (dua) sopir angkutan umum yang terlibat
> dalam aksi ASKUM yang dituding melakukan perusakan atas bis angkutan AKDP
> non ekonomis sesungguhnya adalah upaya pemerintah setempat untuk meredam
> perjuangan massa sopir angkutan umum di Lombok.
> Jika kita melihat lebih jauh kenapa gejolak di kalangan Sopir angkutan umum
> saat ini meluas, tidak lain karena ulah pemerintah SBY-Kalla sendiri yang
> menetapkan kenaikan harga BBM dengan dalih mahalnya harga minyak dunia. Toh
> saat ini pun ketika harga minyak dunia berada di bawah level 125 dollar
> AS/barrel, pemerintah pun tidak ada niat menurunkan harga BBM. Sehingga
> sekali lagi, dalih dengan alasan kenaikan harga BBM dunia hanya bualan
> politik rejim SBY-Kalla yang tujuannya sesungguhnya untuk melayani
> kepentigan kaum imperialis dan antek-anteknya di dalam negeri yang
> memonopoli sumber-sumber migas di Indonesia.
> Berdasarkan hal tersebut, Front Perjuangan Rakyat (FPR) menyatakan sikap :
> 1. Menuntut Pembebasan 2 (dua) Sopir Angkutan Umum ASKUM Lombok yang
> ditahan Polres Lombok Timur
> 2. Berikan Subsidi Bagi Transportasi Kendaraan Umum
> 3. Batalkan Kenaikan Harga BBM
> 4. Turunkan Harga Barang Kebutuhan Pokok Rakyat
> Demikian Pernyataan sikap ini kami buat. Perkuat Persatuan Buruh dan Tani
> Beserta Rakyat Tertindas Indonesia Lainnya, Melawan Rejim Anti Rakyat
> SBY-Kalla. Maju Terus Perjuangan Massa Rakyat Indonesia Melawan
> Imperialisme, Feodalisme dan Kapitlaisme Birokrat!
> Jakarta, 6 Juni 2008
> Front Perjuangan Rakyat (FPR)
>
>  
>



-- 
OK TAUFIK


[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED]
http://capresindonesia.wordpress.com
http://infoindonesia.wordpress.comYahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke