[image: 20080821085026]

Pada abad ke-9 M, ilmuwan Muslim bernama Muhammad Al-Razi (864- 925) telah
berhasil memproduksi minyak tanah untuk lampu dan pemanas.

Dunia Islam dikenal memiliki cadangan minyak yang melimpah ruah. Dari dulu
hingga kini negara-negara Muslim di kawasan Teluk dan Semenanjung Arab
menjadi produsen minyak terbesar di dunia. Tak heran, jika anggota
Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) didominasi negaranegara
Muslim, seperti Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, Qatar, serta Uni Emirat
Arab.

Industri minyak di dunia Islam telah dimulai sejak abad ke-7 M. Dr A Zahoor
dalam tulisannya berjudul Muslims and the Oil Industries mengungkapkan, era
minyak di dunia Muslim diawali dengan kisah penghianatan. Guna mematahkan
perlawanan kaum Muslim yang hendak menguasai Konstantinopel, Kaisar
Constantine IV memerintahkan panglima tinggi militernya untuk bekerja sama
dengan seorang penghianat dari Damaskus dalam sebuah operasi rahasia.

Pasukan Constantine akhirnya mampu mengalahkan perlawanan tentara Muslim
dengan senjata berteknologi minyak yang diciptakan para ilmuwan dari Dinasti
Umayyah pada tahun 680 M. Peristiwa itu menandakan bahwa umat Islam di era
kekhalifahan sudah menguasai teknologi pe ngo lahan minyak. Sebuah
pencapaian teknologi yang sangat tinggi pada zamannya.

Sejatinya, menurut Zahoor, manusia kuno yang tinggal di dunia Islam seperti
Kuwait, Irak, Iran dan Azerbaijan, Turkmenistan dan Uzbekistan sudah
mengenal minyak dan gas. "Orang Mesopotamia yang pertama kami membangun
beberapa peradaban telah mengenal minyak mentah yang berasal dari sumur
alam," ungkap Zahoor. Sebuah manuskrip Akkadian bertarikh 2200 SM menyebut
minyak mentah dengan istilah naptu –– berasal dari bahasa Arab yakni naft.

Saat pasukan tentara Muslim tiba di Irak dan Persia sekitar tahun 640 M, di
kedua wilayah itu ditemukan ratusan lubang sumur minyak yang terbuka.
Menurut catatan sejarah, mulai abad ke-10 M, Provinsi Faris di Persia telah
menyumbangkan hampir 90 metrik ton minyak setiap tahunnya untuk bahan bakar
lampu di istana khalifah. Sejarawan Muslim, Ibnu Adam menceritakan
permintaan dan kebutuhan minyak di era kekhalifahan begitu tinggi.

Akibat tingginya kebutuhan akan minyak membuat gubernur Arab di Irak Utara
menghentikan penarikan pajak minyak dan merkuri. Kebijakan itu dilakukan
sebagai sebuah insentif agar produksi minyak dari wilayah itu bisa semakin
tinggi. Sejarah mencatat, sejumlah sumur minyak yang luas telah mulai
dioperasikan di Irak dan wilayah se kitarnya pada abad ke-8 M.

Sumur minyak yang paling strategis dan penting berada di Dir al-Qayyara ñ
dekat kota Mosul. Sumur minyak itu mendapat penjagaan yang ketat pada siang
dan malam dari tentara kekhalifahan.

Pada era itu, umat Islam tak hanya mengeksplorasi minyak. Peradaban Islam
pada masa itu juga mulai menggunakan aspal untuk menghaluskan jalan-jalan di
kota-kota utama. Di awal abad ke-13, ahli geografi bernama Yaqut secara
gamblang menjelaskan bagaimana umat Islam menciptakan aspal dan
menggunakannya untuk menghaluskan jalan. Perabadan Islam menggunakan aspal
jauh lebih dulu dibanding kan peradaban Barat. Eropa pertama kali mengenal
dan menggunakan aspal pada abad ke-19 M. Yakni, saat jalan di kota Paris
berlapiskan aspal pada tahun 1838.

Sejarawan Muslim dari abad ke-10 M, Al-Mas'udi mencatat ten tang
ladang-ladang minyak yang tersebar luas di daratan negeri Muslim. Sang
sejarawan menyaksikan sumur-sumur minyak ter serak di Sicilia, Oman,
Hadramaut, Irak, Persia, Turkmenistan, Taskent, India dan di wilayah Pulau
Sumetera. Ia begitu takjub dengan jumlah minyak yang diproduksi negaranegara
Muslim, kala itu. Ia menyebut negeri-negeri itu sebagai bilad al-naffata
alias 'negeri minyak'.

Kekhalifahan Islam mulai menerapkan pajak minyak pada saat Khalifah
Abbasiyah, Al-Mansur (754-775) memberlakukan pungutan atas produksi minyak.
Itulah pajak pertama yang diberlakukan atas produksi minyak dan hingga kini
masih tetap berlaku di seantero dunia. Begitu melimpahnya produksi minyak
yang dihasilkan, Kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad mengangkat
wali al-naft atau pengelola minyak di setiap daerah yang memproduksi minyak.

Pada abad ke-9 M, ilmuwan Muslim bernama Muhammad Al- Razi (864-925) telah
berhasil memproduksi minyak tanah untuk lampu dan pemanas.

Dalam kitab yang ditulisnya berjudul Kitab Al-Asrar— Rhazes begitu orang
Barat menyebutnya ñ telah mengungkapkan dua metode penyulingan untuk membuat
minyak tanah. Metode penyulingan pertama menggunakan tanah liat dan yang
kedua menggunakan ammonium khlorida.

Penyulingan itu dilakukan berulang-ulang sampai hasil sulingan benar-benar
bersih dan amat digunakan untuk lampu. Minyak tanah bisa digunakan apabila
pecahan hidrokarbon sudah menguap. Minyak tanah untuk lampu telah digunakan
perabadan Muslim di zaman keemasan lebih dari 1.000 tahun sebelum masyarakat
Barat mengenalnya. Itu berarti negeri-negeri Barat masih dicengkram
gelapgulita, ketika kota-kota Islam bertabur cahaya di waktu malam.

Pada abad ke-10, kota Cordoba –– Eropa Muslim –– telah terangbenderang di
malam hari. Di era kepemimpinan Khalifah Abdurrahman II (912-976), Masjid
Cordoba saja diterangi 4.700 lampu dan menghabiskan minyak sekitar 11 ton
per tahunnya. Para sejarawan juga melukiskan, jalan-jalan di Cor doba yang
mulus dan licin pada malam hari terang-benderang bertaburkan cahaya lampu.

Proses penyulingan yang digunakan untuk memproduksi minyak tanah sudah mulai
sempurna pada abad ke-9 M. Minyak tanah di dunia dikenal dengan nama naft
abyad atau minyak putih. Seorang sarjana terkemuka dari Persia di abad ke-15
M, Abu Tahir Al-Fayruzabadi dalam catatan perjalannya berjudul Al- Qamus
Al-Muhit menuturkan bahwa minyak terbaik adalah minyak putih.

Sang pengembara itu juga menuturkan bahwa minyak tanah untuk bahan bakar
lampu pada masa itu telah dijual bebas, laiknya obat. Abu Tahir juga
mengungkapkan bahwa industri minyak sudah berjalan dengan pesat. Begitulah
dunia Islam memulai produksi minyaknya di abad ke-7 M. Hingga kini, dunia
Islam masih menjadi produsen utama minyak bumi alias bahan bakar fosil.

*Sang Penemu Metode Produksi Minyak*
Terlahir di Rayy, Provinsi Khurasan dekat Teheran tahun 864 M, Al-Razi
dikenal sebagai seorang dokter dan ahli kimia yang hebat. Sejatinya, ilmuwan
Muslim yang dikenal Barat sebagai Rhazes itu bernama lengkap Abu Bakar
Muhammad ibnu Zakariya. Al-Razi muda yang dikenal amat gemar memainkan harpa
sudah mulai jatuh hati pada ilmu kimia.

Ia menimba ilmu dari Ali ibnu Rabban al-Tabari (808 M) — seorang dokter
sekaligus filosof. Sang gurulah yang telah melecut minat Rhazes untuk
menekuni dua bidang ilmu yakni kedokteran dan filsafat. Hingga kelak, dia
menjadi seorang filosof, dokter dan ahli kimia yang amat populer di
zamannya.

Al-Razi merupakan ilmuwan yang sangat produktif. Tak kurang dari 200 buku
berhasil dituliskannya. Kitabnya yang paling terkenal dan fenomenal adalah
Kitab Al Mansur, Kitab Al Hawi, Kitab Al Asrar atau 'Kitab Rahasia'. Dalam
ìKitab Rahasiaî itulah Al-Razi melahirkan terobosan yang mencengangkan,
yakni dua metode untuk memproduksi minyak tanah atau minyak lampu.

Metode pertama untuk memroduksi minyak tanah yang ditemukan Al- Razi adalah
dengan menggunakan tanah liat sebagai penyerap. Sedangkan, metode kedua
menggunakan ammonium khlorida.

Penyulingan minyak dengan kedua metode itu dilakukan secara berulang-ulang
sampai hasil sulingan benar-benar bersih dan amat digunakan untuk lampu.
Minyak tanah bisa digunakan apabila pecahan hidrokarbon sudah menguap.

Sejarah juga mencatat bahwa Al- Razilah-lah, Ilmuwan pertama yang
mengungkapkan minyak tanah untuk lampu atau naffatah. Minyak tanah temuannya
itu digunakan untuk bahan bakar pemanas dan penerangan alias lampu. Kitab
Al-Asrar yang ditulisnya telah digunakan industri lampu minyak dari zaman ke
zaman.

Selain sebagai ahli kimia, Al-Razi banyak memberi kontribusi dalam ilmu
kedokteran. Penguasannya yang amat luas dan mendalam dalam kedokteran telah
membuat namanya populer baik di Barat maupun di Timur. Tak heran, jika dia
dipandang sebagai dokter terbesar abad pertengahan dan seorang dokter Muslim
yang tiada bandingnya.

Al-Razi sempat memimpin rumah sakit di Rayy, Iran pada usia 30 tahun. Ia
juga sempat mengelola dan memimpin rumah sakit di Bagdad. Buku kedokterannya
yang paling terkenal adalah Al-Tibb Al-Mansur yang dipersembahkan kepada
Gubernur al-Mansur, al-Hawi. Selain itu, ensiklopedi ilmu kedokteran yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada tahun 1279 menjadi rujukan sekolah
kedokteran di Eropa hingga abad ke-17 M. Ia wafat di tanah kelahirannya pada
usia 62 tahun, yaitu pada 25 Oktober 925 M.

*Minyak untuk Kedokteran di Era Kekhalifahan*
Di era kekhalifahan, minyak tak cuma digunakan sebagai bahan bakar. Seorang
dokter terkemuka dari Basra, Irak bernama Masarjawah dalam kitab Qiwa
Al-'Aqaqir menyebutkan 'minyak putih' — sebutan minyak tanah dapat digunakan
sebagai obat. Itulah pertama kalinya, dunia kedokteran Islam menjadikan
minyak tanah sebagai bahan pengobatan.

Penemuan itu berawal dari permintaan para jenderal perang Muslim yang
meminta Masarjawah membuatkan buku petunjuk bagi para petugas medis yang
diterjunkan ke medan perang. Beserta para dokter lainnya, Masarjawah
melakukan studi dan pencarian untuk menyusun buku panduan bagi petugas medis
saat peperangan. Selain mengadopsi resep herbal dari berbagai negara seperti
Mesir, Masarjawah memperkenalkan minyak tanah sebagai salah satu obat.

Dalam buku petunjuk yang ditulisnya itu, Masarjawah memperkenalkan bahwa
minyak sangat berguna untuk melawan penyakit dan infeksi. Tak heran, bila
dari zaman ke zaman para dokter lainnya menerapkan motede penyembuhan minyak
tanah yang digunakan Masarjawah.

Dalam kitabnya yang kini telah hilang itu Masarjawah berkata, "Minyak
hangat, terutama minyak tanah bila diminum dalam dosis kecil sangat bagus
untuk meredakan batuk, asma, serta radang sendi." Begitulah para ilmuwan
Islam membuat terobosan demi terobosan dalam ilmu pengetahuan. Heri
Ruslan/yto


[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED]
http://capresindonesia.wordpress.com
http://infoindonesia.wordpress.comYahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke