he.. he.. he... Di China, itu namanya bukan "ba-tik" Bu... tapi "ba-gong"... Jadi mereka bukan mau menyaingi "ba-tik" Jawa, cuma sekedar memperkenalkan "ba-gong"nya mereka... dari China lagi...
2008/10/6 ayu_nata_pradnyawati <[EMAIL PROTECTED]> > > Minggu lalu, saya jalan-jalan ke Pasar Johar, Semarang. Rencananya, > aku hendak membeli batik untuk ibuku di kampung halaman. Ketika tiba > di sana aku terkejut sekali. Yang kujumpai malah batik "made in China". > > Masuknya batik buatan Cina yang membanjiri Jakarta bukanlah berita > baru. Tetapi kenyataan masuknya batik Cina ke sentra penjualan batik > lokal baru saya ketahui saat itu. Air mata saya menetes hari itu. Jika > batik Cina sudah sampai ke Pasar Johor, lalu bagaimana dengan > pasar-pasar lain. Bagaimana dengan nasib pengrajin kecil? > > "Produk tekstil Cina ini berusaha meniru budaya tradisional asli > Indonesia," kata Ketua Paguyuban Pencinta Batik Indonesia Bokor > Kencono, Diah Wijaya Dewi. Dampak membanjirnya batik asal China ini > sudah dirasakan pengusaha batik yang biasa memasukkan produknya ke > pasar tradisional. "Salah satu pengusaha batik cap asal Pekalongan > sudah ditolak produknya untuk masuk ke Pasar Johar karena para > pedagang sudah memasok batik asal China ini," ujar wanita yang kerap > dipanggil Dewi Tunjung ini. > > Suhartini, penjual batik di Pasar Johar mengakui, mendatangkan batik > Cina sejak Febuari dan langsung menyetop penjualan batik asal > Pekalongan dan Solo. "Soalnya bahannya lebih bagus, lebih murah, lebih > laku dan ketika dicuci tidak luntur" katanya. > > Langkah Ke Depan > > Potret di atas adalah salah satu gambaran permasalahan perlindungan > budaya di tanah air. Cerita ini menambah daftar budaya indonesia yang > diklaim oleh negara lain, seperti Batik Adidas, Sambal Balido, Tempe, > Lakon Ilagaligo, Ukiran Jepara, Kopi Toraja, Kopi Aceh, Reog Ponorogo, > Lagu Rasa Sayang Sayange, Kerajinan Perak Bali dan lain sebagainya. > Saya sadar bahwa diam tidak akan memberikan penyelesaian. Kita harus > bangkit dan melakukan sesuatu. > > Kemarin saya mendengar tentang upaya perjuangan yang dilakukan IACI > www.budaya-indonesia.org. Saya tertarik dengan ide gerakan tersebut. > Beberapa kali saya melakukan korespondensi via email ke IACI. Saya > merekomendasikan kepada teman-teman untuk mendukung perjuangan > tersebut. Secara garis besar, ada tiga bentuk partisipasi yang dapat > kita lakukan. > > Pertama, mendukung upaya perlindungan budaya Indonesia secara hukum. > Kepada rekan-rekan setanah air yang memiliki kepedulian (baik bantuian > ide, tenaga maupun donasi) di bagian ini, harap menggubungi IACI di > email: [EMAIL PROTECTED] > > Kedua, mendukung proses pendataan kekayaan budaya Indonesia. > Perlindungan hukum tanpa data yang baik tidak akan bekerja secara > optimal. Jadi, jika temen-temen memiliki koleksi gambar, lagu atau > video tentang budaya Indonesia, mohon upload ke situs PERPUSTAKAAN > DIGITAL BUDAYA INDONESIA, dengan alamat www.budaya-indonesia.org. Jika > Anda memiliki kesulitan untuk mengupload data, silahkan menggubungi > IACI di email: [EMAIL PROTECTED] > > Ketiga, melakukan kampanye secara online. Saya memohon bantuan > rekan-rekan untuk mendukung perjuangan ini di dunia maya. Misalnya > dengan menyebarkan pesan ini ke email ke teman, mailing-list, situs, > atau blog, yang Anda miliki. Mari kita selamatkan budaya Indonesia > mulai dari komputer kita sendiri. > > - Ayu Nata Pradnyawati > >