saya tukar subjectnya 2009/5/14 Taufik Dwidjowinarto <taufik_dwidjowina...@yahoo.co.id>
> > > Para politikus meributkan pilihan pak SBY menggandeng > pak Boediono sebagai Cawapresnya itu, bermacam-macam alasan argumentasinya. > Namun hal itu ditengarai oleh beberapa kalangan hanya disebabkan rasa iri > hati > saja, mengapa bukan dirinya yang dipilih oleh pak SBY. > > > > Mengapa demikian ?. Karena semua kalangan merasa > haqqul yakin bahwa pak SBY berpasangan dengan siapapun juga (bahkan > seandainya > dipasangkan dengan sandal jepit sekalipun) akan mampu mengalahkan siapa pun > juga kombinasi pasangan capres cawapres yang akan menjadi rivalnya di > Pilpres. > > > > Memang ada segelintir kalangan yang > mengkhawatirkan pasangan SBY-Boediono mempunyai 5 titik kelemahan yang > dapat diserang > oleh kombinasi pasangan capres cawapres yang akan menjadi rivalnya di > Pilpres. > > > > Namun sepertinya kekhawatiran itu mengada-ada > dan berlebihan, mengingat kharisma figur > pak SBY akan mampu menutupi semua kelemahan dari pasangan Cawapresnya. > > > > Maka sangat dimengerti jika pak SBY sangat percaya diri > dengan pilihan Cawapresnya. Oleh sebab maka wajar jika ada yang memprediksi > bahwa slogan Lanjutkan...! akan segera diteruskan dengan slogan > Dengan Siapa Saja Bisa... . > > > > Wallahualambishshawab. > > > > ***** > > > > Pak Beye diprediksi memenangi pemilu > presiden dengan perolehan suara 60,3 persen. > > > > Angka itu terpaut jauh dari pesaing beratnya > Megawati (21,9 persen), Jusuf Kalla (6,4 persen) dan Prabowo Subianto yang > hanya sekitar 5,6 persen. Demikianlah hasil survei dilakukan oleh > Lembaga Survei Indonesia secara cepat dari tanggal 31 Maret sampai 1 April > 2009. Jumlah sampel mencapai 2.486 orang dengan wawancara > langsung di 33 provinsi. Metode yang dipilih dalam survei ini menggunakan > multistage random sampling dengan tingkat kesalahan 2,3 persen. > > > > Jadi sekiranya SBY kesulitan mendapatkan Cawapres > dan pada akhirnya harus berpasangan dengan Sendal Jepit sekalipun, dapat > dipastikan > akan mampu mengalahkan Megawati Soembako Murih walaupun didampingi > Prabowo + Kalla > sekaligus sebagai cawapresnya > > > > SBY+Sendal > jepit mengalahkan MEGA+PRABOWO+KALLA. > > > http://public.kompasiana.com/2009/04/06/sbysendal-jepitmengalahkan-megaprabowokalla/ > > > > ***** > > > > Setelah menyatakan bersedia menjadi calon presiden, Jusuf > Kalla langsung menggebrak dunia perpolitikan Indonesia dengan berbagai > jurus, > salah satunya adalah slogan iklan kampanyenya, Lebih cepat, lebih baik. > Sebuah pilihan slogan yang cukup cerdas, > terutama bagi saya yang hanya berstatus penikmat berita dan iklan politik > di > televisi dan sama sekali bukan seorang praktisi iklan politik, apalagi > konsultan politik yang sedang menikmati masa panen seperti saat ini. > > > > Slogan kampanye memang terbukti ikut berperan dalam > sebuah kampanye politik, setidaknya ini yang dibuktikan Barack Obama dengan > Change we can belive in atau Yes We Can. Kontekstual, pas dengan apa > yang > menjadi kebutuhan rakyat Amerika Serikat setelah sepuluh tahun di bawah > kepemimpinan Presiden Bush. > > > > Perang slogan kampanye personal bukan partai- setidaknya > dimulai oleh Sutrisno Bachir, dengan berondongan slogan Hidup adalah > Perbuatan yang saking banyaknya diplesetkan orang menjadi Hidup adalah > Beriklan. > Belakangan, SB menggantinya dengan Kita Mampu untuk Indonesia Baru. > Prabowo > Subianto yang iklannya berderet-deret di televisi atau Megawati yang sudah > pernah jadi presiden malah belum terlalu jelas slogan kampanyenya. > > > > Lalu bagaimana dengan sang incumbent ?. Setelah sebelumnya bersama JK > sukses dengan > mantra Bersama Kita Bisa, kini sepertinya SBY masih menyimpan rahasia. > > > > Slogan Lanjutkan ! yang sering muncul lebih merupakan slogan > kampanye Partai Demokrat ketimbang mewakili SBY secara personal. Tebakan > saya > slogan Lanjutkan ! tidak akan dipakai > dalam kampanye pilpres 2009 nanti, karena tidak mencerminkan karakter SBY > dan > juga tidak terlalu jelas apanya yang akan dilanjutkan. > > > > Bisa jadi tim SBY sudah punya segudang pilihan slogan > yang pasti lebih ampuh, lebih menarik dan lebih sakti dari mantra para > pesaingnya. > > > > Saya malah curiga kalau Yes We Can-nya Obama mencontek > slogan Bersama Kita Bisa-nya tim kampanye SBY-JK tahun 2004 lalu, > buktinya > adalah karena pilpres 2004 di Indonesia yang lebih dulu daripada pilpres di > Amerika. > > > > Atau bahkan mungkin tim kampanye SBY tidak terlalu > memikirkan slogan. Apalah arti slogan, lha wong tingkat popularitas SBY > yang > masih lebih tinggi dibanding capres manapun, bahkan ketika banyak lembaga > survei yang canggih-canggih dan jago quick count itu mengotak-atik dan > menyandingkannya dengan cawapres siapapun. > > > > Jadi saya yang rakyat biasa hanya bisa menebak kalau > slogan kampanye SBY untuk pilpres nanti adalah Dengan Siapa Saja Bisa... > > > > Dengan Siapa Saja > Bisa slogan kampanye pilpres SBY ?. > > > http://public.kompasiana.com/2009/04/07/dengan-siapa-saja-bisaslogan-kampanye-pilpres-sby/ > > > > ***** > > > > Nama Boediono > sudah dipilih oleh SBY untuk mendampinginya dalam pilpres mendatang. > > > > Walau SBY melihat > banyak kelebihan yang dimiliki oleh Boediono, tapi SBY harus waspada > karena > setidaknya ada 5 titik lemah yang bisa diserang oleh musuh SBY jika > tetap bersikukuh > menggandeng Boediono. > > > > " Pertama, sentimen geografis, Boediono > dan SBY sama-sama dari Jawa. Kedua, sentimen ideologis yaitu > masyarakat masih memiliki mainstream Boediono adalah antek neoliberal ", > ujar pengamat politik Universitas Paramadina Bima Arya Sugiarto saat > berbincang > dengan detikcom, Kamis (14/5/2009) pagi. > Ketiga, lanjut Arya, adanya sentimen Islam-Nasionalis, Boediono dan > SBY dianggap sama-sama beraliran nasionalis sehingga tidak mempunyai > keterwakilan golongan dari Islam. > > " Keempat, sentimen partai dan non partai, > dan kelima > gaya kepemimpinan Boediono ", jelasnya. > Menurut Arya, gaya kepemimpinan Boediono yang kalem dinilai tidak > melengkapi gaya kepemimpinan SBY yang cenderung lambat. "Kalau JK selama > ini kan menyempurnakan SBY ", tandas Direktur Eksekutif Charta Politika > ini. > > > > 5 Kelemahan > SBY-Boediono . > > > http://pemilu.detiknews.com/read/2009/05/14/093854/1131203/700/5-kelemahan-sby-boediono > > > > ***** > > > > Pusat Kajian > Strategi Pembangunan Sosial Politik (PKSPSP) FISIP UI pada tanggal 5 Mei > 2009 > merilis hasil surveinya yang dilakukan dari tanggal 27 April - 2 Mei 2009 > secara simultan. Hasil survei tersebut adalah berupa temuan > hasil studi kuantitatif dan kualitatif. Judul survei adalah persepsi > dan preferensi masyarakat terhadap tokoh politik menjelang Pilpres > 2009. Survei > dilaksanakan di 20 propinsi di Indonesia terhadap 2000 responden. Metode > pengambilan sampling adalah multi-stage random sampling , tingkat > kepercayaan 95%, margin of error 4%. > > > > Temuan studi > kuantitatif. Sebanyak 79,9% responden menilai pemerintah sekarang > kurang mampu terutama dalam menyelesaikan masalah ekonomi, yang meliputi > tingginya harga-harga kebutuhan pokok, kurangnya lapangan kerja dan tingkat > kemiskinan masyarakat yang semakin meningkat. Yang menilai cukup mampu 8,9% > dan > menyatakan baik hanya 1,3%. Sebanyak 52,7% menyatakan pemerintah kurang > mampu > menangani permasalahan politik, kekurang mampuan bidang hukum 47,8% . > Nilai negatif juga terjadi dibidang lainnya seperti keamanan, sosial dan > budaya. > > > > Hasil survei > menyebutkan secara nasional, Capres Prabowo Subianto merupakan pesaing > terberat SBY, dimana > 31,15% responden menyatakan hal tersebut. > > > > Tingkat > kebersaingan Mega 25,2%, JK 21,05% dan Wiranto 12,7%. Sebagai cawapres > terunggul diraih Hidayat Nur Wahid yang mendapat dukungan 34%, Sri Sultan > HB-X 17,3% dan Sutrisno Bachir 12%. Untuk tokoh-tokoh yang dinilai > layak menjabat presiden RI 2009-214, elektabilitas SBY 31%, Prabowo 23,95%, > Mega 15,85%, JK 13,85%, Wiranto 8,1%. Untuk elektabilitas cawapres, > Hidayat NW 34%, Sultan 17,3%, Sutrisno Bachir 12%, Tifatul Sembiring 6,2%, > Puan > Maharani 5,8%, Akbar Tanjung 5%, Hatta Rajasa 3%. > > > > > > Temuan Studi > Kualitatif. > > > > Wawancara mendalam > dilakukan di 20 propinsi, dengan masing-masing 5 wawancara, dengan total > kegiatan 100, dilakukan secara simultan. Informan dipilih secara acak > dengan metode Snowball dengan kriteria informan yang mengikuti situasi > politik nasional khususnya mengenai pilpres 2009. > > > > Mengenai figur capres > pilihan, sebagian besar tokoh-tokoh tersebut menginginkan Prabowo Subianto > sebagai presiden (32%). > > > > Sementara SBY > menempati posisi kedua dengan nilai 30% informan. Megawati 16% dan > Jusuf Kalla 14%. > > > > Berdasarkan > wawancara, kriteria figur capres 2009 yang diharapkan oleh masyarakat > adalah : Berani, tangguh dan tegas dalam mengambil > keputusan, mampu melakukan perubahan demi kesejahteraan rakyat, berpihak > pada rakyat kecil/banyak/mayoritas (buruh, tani, nelayan), Jujur > dan tidak KKN. Mampu melanjutkan pemberantasan korupsi, kolusi dan > nepotisme. Mampu menjaga ideologi Pancasila dan Integrasi bangsa > Indonesia, memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, menjaga > martabat bangsa Indonesia bila berhadapan dengan negara asing. Melindungi > produksi/Industri dalam negeri, cerdas dan bijaksana. > > > > Dari hasil survei > tersebut, terlihat bahwa secara perlahan elektabilitas Prabowo sebagai > capres > telah meningkat dengan cepat, dan bahkan mulai mendekati elektabilitas SBY > yang > berada pada posisi 31%, Prabowo hanya berada sekitar 7% dibawahnya. > > > > Elektabilitas Mega > jauh dibawah SBY, berbeda sekitar 15%, JK lebih jauh lagi dibawah SBY > dengan > selisih sekitar 17%. Nampaknya kegigihan dan kemauan serta manuver Prabowo > ke > PDIP, Golkar serta bersatunya dengan Wiranto mendapat apresiasi > responden. Pada > posisi cawapres, Hidayat NW masih yang terunggul dengan nilai 34%, yang > layak > dihitung adalah Sultan dengan elektabilitas 17,3%. > > > > Hasil studi > kualitatif terhadap 100 tokoh terasa mengejutkan, karena para informan > (tokoh) yang faham dengan pilpres memberikan dukungan lebih besar kepada > Prabowo (32%) dibandingkan dukungan kepada SBY (30%). > > > > Dengan demikian, > dari hasil survei tersebut, nampak bahwa titik lemah dan rawan dari SBY > yang incumbent adalah justru dibidang > ekonomi , hampir 80% > responden menganggapnya tidak mampu menghadapi permasalahan bangsa dibidang > ekonomi. Yang menganggap penanganan ekonomi baik hanya 1,3%. > > > > Inilah titik > lemah yang selama ini didengungkan oleh kedua pesaingnya baik Mega maupun > Prabowo. > > > > Ketidak percayaan > responden terhadap pemerintah nampak juga dibidang politik, 52,7% responden > menyatakan pemerintahan SBY tidak mampu menghadapi permasalahan politik, > hanya > 2,4% yang menilai mampu, sedang 21,3% menilai cukup. Besar > kemungkinan kekacauan masalah DPT yang dinilai merugikan masyarakat > berpengaruh > terhadap penilaian kemampuan incumbent. > > > > Menjelang pilpres > yang tersisa sekitar 62 hari lagi, terjadi pergeseran peta kekuatan capres > dan > cawapres. Nampaknya masyarakat memberikan penilaian positif terhadap > Prabowo, elektabilitasnya naik secara signifikan, mulai mengancam posisi > SBY. Kini > yang menjadi masalah adalah belum adanya titik temu antara Mega dengan > Prabowo, > tentang masalah capres. > > > > Apabila Mega mau mengalah > dan memberi dukungan serta gerbong PDIP kepada Prabowo, maka Prabowo akan > menjadi lawan tangguh dan berbahaya bagi SBY. > > > > Peluang lainnya > apabila terjadi dead lock dengan Mega, Prabowo maju sendiri, masih > memungkinkan menarik PPP dan PAN sebagai teman berkoalisi. Posisi Prabowo > akan lebih kuat apabila disandingkan dengan Sultan yang memiliki > elektabilitas > 17,3%. > > > > Mau tidak mau SBY > harus berfikir ulang siapa cawapresnya, kini cawapres SBY harus dihitung > elektabilitasnya, dengan mengukur kemungkinan majunya Prabowo. > Dari sisi SBY, sangat berbahaya apabila terlalu confident dengan > posisinya selama ini. Titik rawan mulai muncul setelah JK mengutarakan > bahwa > beberapa program ekonomi pemerintah adalah hasil pemikiran Golkar. > > > > Kesimpulannya, > Prabowo apabila mendapat kesempatan maju menjadi capres akan menjadi lawan > yang > berbahaya dan memiliki peluang menang dari SBY, beberapa kriteria figur > capres yang didapat dari hasil survei nampaknya justru menggambarkan > keberpihakan kearah Prabowo yang terus menyuarakan perubahan. > > > > Pihak Partai > Demokrat sebaiknya lebih berhati-hati dalam menangani isu ekonomi dan > politik.. > Jangan terlalu percaya diri dan lengah, walau hasil survei ini hanya > persepsi > masyarakat, tetapi pelaku survei adalah sebuah universitas yang memiliki > kemampuan dan keilmuan yang dapat dipertanggung jawabkan. Semoga > bermanfaat. > > > > Survei > FISIP UI, Prabowo Pesaing Ketat SBY. > > Prayitno > Ramelan > > > http://prayitnoramelan.kompasiana.com/2009/05/05/survei-fisip-ui-prabowo-pesaing-ketat-sby/ > > > > ***** > > > > Naiknya > popularitas Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam survei Lembaga > Survei Indonesia (LSI) sebanyak 61 persen, tidak berarti SBY dengan mudah > memenangkan pemilu presiden 8 Juli mendatang. > > > > Masih ada pelung > SBY kalah dalam pilpres mendatang , ungkap peneliti senior LSI Burhanudin > Muhtadi saat berbincang dengan okezone di Jakarta, Rabu (29/4/2009). > Dari hasil analisanya, Prabowo Subianto > memiliki peluang untuk mengalahkan SBY di putaran kedua. > > Pertama, Prabowo memiliki contras > image dengan SBY. Dia tegas, > sedangkan SBY dikenal peragu. Dia juga dikenal anti kapitalis > global. Sedangkan SBY pro kapitalis global. > > > > Kedua, saat ini > sedang terjadi krisis global. Menteri Keuangan Sri Mulyani dikabarkan akan > meminjam uang kembali kepada negara donor. Jika hal ini terjadi, maka > Prabowo > akan diuntungkan dengan image dia yang anti intervensi asing, anti > kapitalis global . > > > > Ketiga, jika > Prabowo lolos ke putaran kedua, maka dia punya peluang besar untuk kalahkan > SBY. Karena, jika lolos maka dia seperti mendapatkan durian runtuh, > pasalnya seluruh elit akan merapat ke sana . > > > > Soal poin ketiga, > Burhan menampik hal ini akan sama seperti pemilu 2004. Di mana saat itu, > SBY dikeroyok > Koalisi Kebangsaan. Saat itu incumbentnya adalah Mega. Sedangkan > saat ini incumbentnya adalah SBY. Itu lah yang membedakan, pungkasnya. > > > > Popularitas Naik, SBY Masih Berpotensi Kalah. > > > http://www.pemiluindonesia.com/opini-pemilu/popularitas-naik-sby-masih-berpotensi-kalah.html > > > > ***** > > > > Dunia perpolitikan di Indonesia minggu > terakhir ini disesaki dengan berita koalisi yang belum juga jelas. Partai > Demokrat yang akan mengantongi kira-kira 20,6 % suara kini menjadi > leader, > parpol terbesar, menaklukkan dua partai papan atas PDIP dan Golkar. > Elektabilitas SBY sebagai Capres juga duduk pada peringkat teratas > dibandingkan > para pesaingnya Mega, Prabowo, Sri Sultan, Wiranto, Jusuf Kalla.. Dengan > kedudukan ini maka Partai Demokrat, khususnya SBY telah menjelma menjadi > Raksasa Politik yang mampu mengatur parpol lainnya. Tak kurang Golkar-pun > tak > berdaya saat datang dan menawarkan opsi koalisi dan cawapres. Partai > Demokrat keukeuh > meminta tiga calon, yang tidak cocok dengan keinginan Golkar. Maka tim lobi > Golkar yang hebat, Prof. Muladi (Gubernur Lemhannas) , Andi Matalata > (Menkumham) serta Letjen Purn Sumarsono (Sekjen Golkar) menghentikan > pembicaraan, menyatakan pembicaraan dead lock. DPP Golkar akhirnya > menyimpulkan bahwa mengemis menjadi cawapresnya SBY adalah jalan menuju > bunuh diri. Memaksakan > merapat kepada yang berkuasa akan menghilangkan > kehormatan dan harga diri. Memilih pragmatisme akan membuat kader > dan sipatisannya semakin tidak percaya dan itu akan membawa kehancuran > bagi Golkar pada 2014. Pengurus DPP Golkar karena dijepit waktu, keesokan > harinya harus melaksanakan Rapimnasus, memutuskan menarik diri dari > koalisi dengan Demokrat. Akhirnya Rapimnasus sepakat memutuskan mencalonkan > JK > menjadi capres dan memberi mandat kepada JK untuk melakukan pembicaraan > dengan > partai lainnya untuk berkoalisi. JK kemudian melakukan pertemuan dengan > elit > PDIP dan Megawati. Keduanya sepakat akan membentuk pemerintahan yang > kuat. Rencana koalisi kedua parpol besar masih terganjal dengan pengaturan > posisi capres. Dilain sisi PDIP telah melakukan pembicaraan koalisi dengan > Gerindra dan Hanura. > > > > Sebelum JK merapat, kediaman Megawati di > Teuku Umar menjadi posko dari beberapa tokoh dan parpol nasionalis dalam > menuntut amburadulnya pemilu legislatif khususnya DPT. > > > > Tidak kurang muncul tokoh nasional Prabowo, Wiranto, > Gus Dur, Rizal Ramli, Sutiyoso serta 14 Ketua partai yang tidak lolos > parliamentary threshold. > > > > Posko tambah semarak dengan datangnya 20 > orang Purnawirawan Jenderal yang mendukung tuntutan pembenahan DPT. > > > > Publik kemudian mempertanyakan, ada apa ini ?. > Apakah sedemikian besarnya kelompok yang berseberangan dengan SBY ?. SBY > kemungkinan hanya akan didukung PKB, PKS dan mungkin PAN. Sementara PPP > kemungkinan akan mengikuti arah Prabowo. > > > > Kekuatan blok Teuku Umar dinilai merupakan kekuatan > luar biasa dari sebuah koalisi besar apabila pada akhirnya nanti Golkar > bersatu dengan PDIP, Gerindra, Hanura dan kemungkinan PPP. > > > > Bagaimana kira-kira nanti peta pilpres ?. > Banyak beredar pandangan komposisi koalisi, JK tetap maju sebagai capres, > Mega maju sebagai capres, Prabowo dan Wiranto sebagai cawapres. Kedua > purnawirawan Jenderal tersebut penting ditampilkan mendampingi kedua capres > untuk mengimbangi SBY yang juga Jenderal. Apabila salah satu kubu kalah dan > kubu lainnya maju ke putaran kedua, kubu yang kalah akan merapatkan > barisan, > menyatukan diri. Skenario yang sulit adalah bagaimana apabila sejak awal > keempat partai nasionalis tersebut bersatu. Apakah presidennya Mega atau JK > ?. > Ada sebuah skenario mengejutkan, capresnya Prabowo, cawapresnya JK, > Megawati > mundur dan meyerahkan gerbong PDIP kepada pasangan ini. Hingga saat ini > nampaknya belum ditentukan formulasi terbaik dari koalisi tersebut. > > > > Apabila target PDIP dan Golkar akan > memenangkan persaingan dengan SBY, maka peluang terbesar dengan melakukan > langkah berani yang tidak diduga lawan, disebut dengan teori daya > kejut. > > > > Bagaimana peluang kemenangan antara kubu SBY > apabila dihadapkan dengan kubu Prabowo plus kubu Teuku Umar ?. > > > > Kalau kita meneliti pelaksanaan pemilu > presiden 2004, kemenangan pilpres banyak ditentukan oleh figur. Saat itu > konstituen membutuhkan pemimpin, yang muncul adalah Megawati, SBY, Wiranto, > Hamzah Haz dan Amin Rais. Ternyata yang maju keputaran kedua adalah Mega > sebagai incumbent dan SBY. Amin Rais sebagai tokoh besar reformasipun tidak > berdaya, Wiranto berada pada posisi ketiga, figurnya dikalahkan oleh SBY. > Pada > putaran kedua SBY dinilai sebagai figur pemimpin yang tepat, jenderal, > performance sempurna, kemudian terpilih sebagai presiden. Kini kembali > figur > SBY nampaknya mampu membius lebih dari 50% konstituen. Bahkan > simpatisan beberapa partai lawan politiknya menurut survei juga berpaling > padanya. > > > > Apabila Mega atau JK yang maju melawan SBY, > kemungkinan besar akan dikalahkan oleh SBY. Keduanya adalah tokoh lama > dibawah > SBY. > > > > Peluangnya mungkin hanya dimiliki oleh > Prabowo, tokoh baru, lebih netral ke Golkar dan PDIP, memiliki konsep > perbaikan > perekonomian rakyat dan mempunyai kemampuan memotivasi rasa nasionalisme > kebangsaan. Prabowo memiliki konsep perubahan yang lebih jelas. Disamping > itu > juga dukungan dananya sangat besar. Apabila > PDIP, Golkar, dan Hanura bersatu dan secara penuh mendukungnya, maka sosok > Prabowo harus diwaspadai oleh SBY. Direktur LSI Denny JA mengatakan bahwa > Demokrat lebih unggul di citra partai dan > BLT. Tapi, PDI Perjuangan dan Golkar unggul di mesin lokal dan mampu > meminimalkan golput di basisnya . > > > > Memang apabila diukur dari elektabilitas, SBY > akan sulit dikalahkan oleh siapapun. Akan > tetapi kini nampaknya pertarungan dalam pilpres akan sangat tergantung > kepada > tiga hal, yaitu elektabilitas figur, konsep dari koalisi tentang masa > depan > negara, serta kemampuan meraih swing > voter atau meminimalkan golput dibasisnya masing-masing. > > > > Walaupun kini elektabilitas SBY tertinggi, > apabila konsepnya kalah oleh konsep ekonomi Blok Teuku Umar serta > kemampuan > menarik hati swing voters-nya lemah, SBY masih berpeluang untuk > dikalahkan. > > > > Kebesaran nama SBY yang berubah dari anak > kecil menjadi raksasa politik, harus dijaga secara hati-hati oleh elit > Demokrat yang kadang suka salah omong. Jangan sampai nanti SBY dinilai > besar > seperti Rahwana yang akan diantipati oleh konstituen. Biarkanlah dia > tetap menjadi figur Batara > Wisnu, tokoh kebaikan, santun, tetapi yang bisa berubah menjadi Raksasa > sakti > apabila dibutuhkan untuk membela kebenaran. Inilah tugas berat dari para > elit > Partai Demokrat. > > > > Terakhir, manusia harus berusaha tetapi Tuhan > yang akan menentukan, karena itu jangan lupa kita harus banyak berdoa. > Demikian > sedikit sumbang pendapat dari Old Indie Blogger, semoga ada manfaatnya. > Maaf kalau ada kekurangan. > > > > Masih Mungkinkah SBY > Kalah ?. > > > http://prayitnoramelan.kompasiana.com/2009/04/25/masih-mungkinkah-sby-kalah/ > > > > ***** > > > > Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah klik > http://www.SyaikhAchmadSyaechudin.org > > Lebih bersih, Lebih baik, Lebih cepat - Yahoo! Mail: Kini tanpa iklan. > Rasakan bedanya! http://id.mail.yahoo..com > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional? Kirim email ke ekonomi-nasional-subscr...@yahoogroups.com http://capresindonesia.wordpress.com http://infoindonesia.wordpress.comYahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:ekonomi-nasional-dig...@yahoogroups.com mailto:ekonomi-nasional-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ekonomi-nasional-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/