lebih kacau sebenarnya dosen FE UI jadi menteri ES
DM???......, kenapa tidak di berikan kepada Org yg mengerti
pertambangan/perminyakan/Geology saja
2009/10/19 Sapri Pamulu <mspam...@gmail.com>

>
>
> Sumber: http://public.kompasiana.com/?p=56686
>
> Hatta sekarang diberitakan akan hampir pasti menduduki pos menteri
> perekonomian dalam Kabinet SBY Jilid 2. Jika prediksi ini benar, maka
> Hatta akan menjadi orang kedua setelah Aburizal Bakri yang tidak
> berlatar pendidikan ekonomi yang menduduki jabatan yang maha penting
> ini. Dari catatan sejarah kabinet pasca reformasi, berikut data-data
> menteri koordinator perekonomian:
>
> 1. Kwik Kian Gie (1999-2000)
> 2. Rizal Ramli (2000-2001)
> 3. Burhanuddin Abdullah (2001)
> 4. Dorodjatun Kuntjorodjakti (2001-2004)
> 5. Aburizal Bakrie (2004-2005)
> 6. Boediono (2005-2008)
> 7. Sri Mulyani (2008-2009)
>
> Nominasi Hatta sebagai Menko Perekonomian ini setidaknya menimbulkan
> berbagai pertanyaan dan keraguan. Pertama, tanpa latar belakang
> pendidikan dan pengalaman yang mumpuni dalam bidang ekonomi, akankah
> Hatta mampu meraih kinerja yang memuaskan? sedang yang non-teknis,
> Kedua, apakah pos perekonomian ini hanya bisa dinakhkodai dengan cukup
> dengan kemampuan manajerial saja? Profil Hatta dapat dibaca lengkap di
> Ensiklopedi Tokoh Indonesia. Tentu saja presiden SBY memiliki
> pertimbangan tertentu dalam pendapukan Hatta ini, meski dalam
> pengalaman Kabinet SBY Jilid 1, Ical hanya bertahan setahun lalu
> dideportasi dari pos Menko Perkekonomian ke Menko Kesra.
>
> Pengamat ekonomi Aviliani mengatakan Hatta sudah merupakan sosok ideal
> untuk pos ini dengan alasan bahwa meski kurang pengalaman dia dalam
> bidang ekonomi tetapi Hatta memiliki `leadership` dan kemampuan untuk
> mengkoordinir menteri bidang ekonomi karena dia memiliki rekam jejak
> yang baik serta pengalaman dalam bidang itu. Juga kelemahan Hatta
> dapat ditutupi oleh wakil presiden terpilih Boediono untuk membantu
> tugas-tugas keseharian yang membutuhkan kemampuan teknis dalam bidang
> ekonomi. Pendapat yang senada, Sri Adiningsih, Pengamat ekonomi juga
> berargumen bahwa jabatan Menko Perekonomian tak musti diduduki orang
> dengan latar belakang ilmu ekonomi, justru kemampuan manajerial yang
> harus menjadi persyaratan utama. Dari kalangan praktisi dunia usaha,
> Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi juga
> mendukung pos ini untuk Hatta dengan alasan bahwa tingginya jam
> terbang HAtta sebagai menteri, dari Menteri Riset dan Teknologi,
> Menteri Perhubungan dan terakhir Menteri Sekretaris Negara, sehingga
> dengan itu jadi memudahkan mengkoordinir menteri-menteri terkait.
> Selain itu, Hatta juga dipandang oleh dunia usaha sebagai sosok
> politisi terbuka yang gampang dihubungi.
>
> Sebaliknya, Pengamat Ekonomi, Tony A Prasetyantono, berpendapat bahwa
> Hatta Radjasa kurang tepat untuk menduduki jabatan sebagai menko
> perekonomian. Alasannya, Pertama, pengalaman Hatta kurang mendukung,
> Jabatan Hatta selama ini hanya merupakan menteri-menteri teknis, dan
> mestinya pos ini hanya untuk figur yang benar-benar mumpuni di bidang
> ekonomi, baik makro maupun mikro karena akan mengkoordinasikan
> fungsi-fungsi ekonomi. Tony merekomendasikan Menko Perekonomian
> diambil dari kalangan akademisi yang pernah menduduki jabatan di
> kementrian ekonomi seperti mantan menteri keuangan atau kepala
> Bappenas. Kedua, Menko ekonomi perlu memahami ilmu-ilmu ekonomi secara
> mumpuni untuk membuat kinerja perekonomian menjadi efektif, sehingga
> menteri ybs dituntut untuk tahu apa yang harus dikerjakan, bukan
> menghabiskan waktu untuk belajar.
>
> Dari catatan Kabinet Jilid 1, menyusul terpilihnya Boediono menjadi
> Gubernur Bank Indonesia, terdapat wacana agar Wapres mengambil alih
> alias merangkap jadi Menko Perekonomian dengan alasan pengalaman
> praktis JK yang dalam dan luas, tapi toh ini batal karena menuai
> protes dari berbagai pihak dan Sri Mulyani yang menjadi Plt.
> (pelaksana tugas). Jika wacana ini juga dipakai untuk pembenaran bahwa
> untuk menutupi Hatta, ada Boediono yang akan membantu pos ekonominya,
> maka akan muncul pertanyaan kritis yang serupa bahwa siapa membantu
> siapa? Konstitusi sudah jelas mengatur bahwa menteri itu merupakan
> pembantu presiden/wakil presiden, bukan justru sebaliknya.
>
> Nah, bagaimana menurut anda?
>
> Sumber: http://public.kompasiana.com/?p=56686
>
> sp
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke