~~~~~~~~~~~~~~~~ Wacana Mingguan Edisi Pebruari 1999 13-02-1999 ~~~~~~~~~~~~~~~~ “MANUSIA DI TANGAN ALLAH YANG BERDAULAT” Daniel 1:1-2 “Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya….” (Dan 1:2) Yoyakim diangkat menjadi raja di Yehuda kurang lebih pada tahun 609 SM. Dan pada tahun 605 SM Israel dibawah pemerintahan Yoyakim untuk pertama kalinya berhasil ditaklukkan oleh Babel dibawah Nebukadnezar. Tetapi pertanyaannya apakah memang Nebukadnezar terlalu hebat sehingga ia bisa mengalahkan Israel? Hukum perang berlaku siapa yang kuat dia yang akan memenangkan peperangan. Dan demikian dengan Nebukadnezar. Tetapi apakah semata-mata hukum perang tersebut yang bisa kita lihat dari peristiwa keruntuhan Israel ini? Ternyata jawabannya tidak sama sekali, karena dibalik hukum perang yang berlaku, terdapat hukum yang jauh lebih tinggi. Sejak awal dari perikop ini, setelah ayat satu menerangkan tentang ‘tanggal kejadian’, maka kitab Daniel (dalam ayat 2) pertama kali menyatakan Tuhan sebagai ‘causa prima’. Tuhan dalam bahasa Ibrani dipakai kata ‘adonai’ (lord, master) yang artinya ‘tuan’, yang mempunyai otoritas mutlak. Yang namanya mutlak, berarti tidak bisa dibagi. Otoritasnya berada pada dirinya sendiri dan tidak ada pada orang lain. Mutlak juga berarti tertinggi, tidak ada otoritas yang lain yang lebih tinggi. Itulah yang pertama kali Daniel dalam kitabnya menegaskan tentang kedaulatan Allah yang melebihi segala kekuatan di alam semesta ini. Ia berkuasa atas nasib umat-Nya, dan atas bangsa-bangsa lain yang dipakai-Nya untuk melaksanakan kehendak-Nya. Nebukadnezar berhasil mengalahkan Yoyakim bukan semata-mata kekuatan dan kemampuannya sendiri, melainkan Tuhan yang berdaulat menyerahkan Yoyakim kedalam tangan Nebukadnezar. Tetapi pertanyaan selanjutnya mengapa? Bukankah Yehuda adalah bangsa milik kepunyaan-Nya? Dan bukankah Babel adalah bangsa yang tidak mengenal Tuhan? Kenapa Tuhan menyerahkan bangsa pilihan-Nya kepada bangsa yang menentang-Nya? Sedemikian kejamkah Tuhan terhadap bangsa pilihan-Nya sendiri? Maka jawabannya bukan sekedar kejam, atau tidak kejam, kasih atau tidak kasih, adil atau tidak adil. Karena pada hakekatnya pertanyaan “sedemikian kejamkah” tidak valid untuk kita pertanyakan kepada Tuhan yang adalah (dalam diri-Nya) adil dan kasih, yang berjalan bersama-sama. Maka pertanyaan yang benar bukan “mengapa” tetapi “apa” yang Tuhan mau atas peristiwa yang terjadi ini? Yoyakim adalah seorang raja yang jahat (2 Raj. 23:37) dan dalam keadilannya Tuhan harus mengadakan hukuman terhadap kejahatan yang terjadi didepan-Nya. Tuhan tidak hanya menyerahkan Israel kepada Babel, tetapi Ia juga menyerahkan perkakas-perkakas rumah Allah (yang pada saat itu benda-benda tersebut melambangkan suatu kesucian karena dipakai untuk beribadah). Dari peristiwa tragis ini mari kita belajar. Pertama kita menyadari kemutlakkan kedaulatan Allah yang mengatur alam semesta ini. Dan kalau kita mengenal Allah kita yang berdaulat maka kita juga percaya bahwa Ia tidak pernah merancangkan sesuatu yang buruk pada kita umat pilihan-Nya walaupun kelihatannya yang tampak didepan kita atau yang kita alami adalah sesuatu yang buruk dalam pandangan kita. Bukan sesuatu yang mudah bagi bangsa Israel untuk menerima kekalahan itu. Mereka begitu yakin bahwa mereka adalah bangsa pilihan Allah, tetapi sekarang mereka harus menerima kenyataan bahwa mereka ada dibawah jajahan Babel. Terlalu sering kita mengalami kenyataan-kenyataan yang kelihatan begitu pahit untuk kita terima (kalau itu memang kesalahan kita maka kita harus rela untuk menanggungnya sebagai akibat kesalahan kita sendiri). Tetapi Tuhan yang mengijinkan semuanya itu terjadi adalah Tuhan yang berdaulat atas hidup kita. Tuhan yang menyerahkan Israel ke tangan Babel adalah Tuhan yang sama yang memegang tangan umat-Nya. Seperti seorang bayi umur satu tahun yang baru pertama kali belajar berdiri dan berjalan yang memegang tangan ayahnya supaya bisa berdiri. Ia tidak pernah curiga bahwa ayahnya akan melepas tangannya sehingga ia celaka dan jatuh. Keberanian percaya dari seorang bayi ini yang seringkali tidak lagi dimiliki oleh seorang dewasa seperti kita. Terlalu banyak dalil dan alasan yang menyebabkan kita ragu-ragu dalam kehidupan ini. Bahkan kepada Tuhan sekalipun. Sudah seberapa jauhkah kita berjalan sebagai ‘advonturir’ di dunia yang ‘chaos’ ini. Sudah berapa kalikah kaki kita terantuk dan kesakitan? Mengapa kita tidak kembali kepada Pencipta kita yang memiliki hidup kita? Apakah kita harus menunggu sampai terantuk batu besar dan tidak akan pernah bangun lagi? (bersambung). (Wacana mingguan mulai minggu ini dan seterusnya akan mengeksposisi kitab Daniel) (Hr.) ------------------- 1. - Berdoa untuk Gereja di seluruh Nusantara agar berani menunjukkan "terang dan garam"nya. 2. Berdoa untuk semua orang yang mengalami penganiayaan dalam peristiwa kerusuhan Ambon dan di kerusuhan lain. - Berdoa bagi situasi keamanan di Ambon khususnya untuk situasi yang rawan pangan, obat-obatan dan pakaian. - Berdoa untuk pemulihan rohani bagi saudara-saudara dan anak-anak yang mengalami trauma akibat dari peristiwa tersebut. - Berdoa untuk pemulihan dan rehabilitasi gereja-gereja yang mengalami perusakan dan pembakaran agar sesegera mungkin dapat dilaksanakan. 3. Berdoa untuk Pemilu yang akan berlangsung, agar siapapun yang terpilih kiranya dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab baik kepada negara dan juga kepada Tuhan. 4. Berdoa untuk masa depan bangsa Indonesia. ************************************************************************ "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36) *********************************************************************** Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk. Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED] BII Cab. Pemuda Surabaya, a.n. Robby (FKKS-FKKI) Acc.No. 2.002.06027.2 *********************************************************************** Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan: subscribe eskolnet-l ATAU unsubscribe eskolnet-l
[Eskol-Net]- Wacana Mingguan : 13 Pebruari 1999
Buletin Elektronik Eskol-Net Sat, 13 Feb 1999 01:50:01 -0500