Memilih Pasangan Menuju Keluarga Sakinah

By: M. Agus Syafii

Di dalam membangun keluarga sakinah, salah satu upaya yang paling penting 
adalah memilih pasangan yang tepat. Lantas bagaimana caranya memilih pasangan 
untuk menuju keluarga sakinah? Di dalam memilih pasangan, ada peranan rasa dan 
ada peranan ilmu. Perasaan cocok sering lebih 'benar' dibanding pertimbangan 
ilmiah Jika seorang wanita dalam pertemuan pertama dengan seorang lelaki 
langsung merasa bahwa lelaki itu terasa sreg untuk menjadi suami, meski ia 
belum mengetahui secara detail siapa identitas si lelaki itu, biasanya faktor 
perasaan sreg itu akan menjadi faktor dominan dalam mempertimbangkan. Sudah 
barang tentu ada orang yang tertipu oleh hallo efec, yakni langsung tertarik 
oleh penampilan, padahal sebenarnya penampilan palsu. 

Sementara itu argumen rasional berdasar data lengkap tentang berbagai segi dari 
karakteristik lelaki atau perempuan, mungkin dapat memuaskan logika, tetapi 
mungkin  terasa kering, karena pernikahan bukan semata masalah logika, tetapi 
justeru lebih merupakan masalah perasaan. Ada pasangan suami isteri yang dari 
segi infrastruktur logis (misalnya keduanya ganteng dan cantik, usia sebaya, 
rumah tempat tinggalnya bagus, penghasilan mencukupi, kelengkapan hidup 
lengkap)  mestinya bahagia, tetapi pasangan itu justru melewati hari-harinya 
dengan suasana kering dan membosankan, karena hubunganya lebih bersifat formal 
dibanding rasa. Perasaan sreg dan cocok akan dapat mendistorsi berbagai 
kekurangan, sehingga meski mereka hidup dalam kesahajaan, tetapi mereka kaya 
dengan perasaan, sehingga mereka dapat merasa ramai dalam keberduaan, merasa 
meriah dalam kesunyian malam, merasa ringan dalam memikul beban, merasa 
sebentar dalam mengarungi perjalanan panjang.
 Mereka sudah melewati usia 40 tahun perkawinan, tetapi serasa masih pengantin 
baru.

Agama adalah tuntunan hidup kita, oleh karena itu tuntunannya juga sejalan 
dengan fikiran (logika) dan perasaan secara umum. kita diciptakan Allah dengan 
dilengkapi  fitrah kecenderungan (syahwat) yang bersifat universal seperti yang 
disebut dalam al Qur’an. 'Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan 
kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita2, anak-anak, harta yang banyak 
dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah 
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali 
yang baik (surga) Q/3:14)

Adalah manusiawi jika kita tertarik kepada lawan jenis, bangga memiliki 
anak-anak yang banyak dan sukses, senang memiliki benda-benda berharga, 
kendaraan bagus , kebun luas dan binatang ternak.  Kita secara manusiawi 
menyukai kenikmatan, kebanggaan dan kenyamanan. Sepanjang syahwatnya ditunaikan 
secara benar dan syah (halal) maka ia bisa menjadi sesuatu yang dipandang 
ibadah, atau sekurangnya mubah, tidak haram. Jika lelaki menginginkan memiliki 
isteri yang cantik dan kaya, atau seorang wanita menginginkan memiliki suami 
yang ganteng dan kaya, maka syahwat seperti itu adalah syahwat yang wajar dan 
sah karena hal itu merupakan fitrah yang dilekatkan Allah kepada kita.  

Akan tetapi kita juga memiliki  hawa disamping syahwat. Hawa atau yang dalam 
bahasa Indonesia disebut hawa nafsu adalah dorongan (syahwat) kepada sesuatu 
yang bersifat rendah, segera, dan tidak menghiraukan nilai-nilai moral, atau 
apa yang dalam teori Freud disebut id, yakni aspek hewani dari manusia, dari 
struktur  id, ego dan superego (hewani, akali dan moral). Jika orang dalam 
memilih lebih depangaruhi oleh hawa, maka kecenderunganya adalah pada 
kenikmatan segera atau bahkan kenikmatan sesaat, bukan pada kebahagiaan abadi. 
Jika orang dalam memilih lebih dipengaruhi oleh tuntunan nurani dan agama, maka 
pertimbangannnya lebih pada memilih kebahagiaan abadi, meski untuk itu sudah 
terbayang  harus melampaui terlebih dahulu fase-fase kesabaran dalam menghadapi 
kesulitan dan kepahitan hidup. Agama, seperti yang dianjurkan oleh Nabi 
memberikan tuntunan dalam memilih pasangan. Ada empat pertimbangan yang secara 
sosial  selalu diperhatikan pada calon
 pasangan yang akan dipilih, yaitu harta, keturunan , kecantikan, keturunan dan 
agama. Artinya, Wanita itu dinikahi karena empat pertimbangan, kekayaannya, 
nasabnya, kecantikannya dan agamanya. Pilihlah wanita yang beragama niscaya 
kalian beruntung. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). 

Wassalam,
M. Agus Syafii
--
Alhamdulillah, terima kasih atas doa & dukungan teman2 semua untuk kegiatan 
'Amalia Sejukkan Hati' (ASAH) di Rumah Amalia. Teriring doa kami, semoga Allah 
melimpahkan kesehatan, keberkahan & rizki untuk anda & keluarga, amin.  Info: 
agussya...@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431, http://agussyafii.blogspot.com/



Kirim email ke