Makna Keluarga Sakinah

By: M. Agus Syafii

Makna keluarga sakinah adalah keluarga yang bahagia. Keluarga sakinah satu 
ungkapan untuk menyebut sebuah keluarga yang fungsional dalam mengantar orang 
pada cita-cita dan tujuan  membangun keluarga. Dalam bahasa Arab disebut dengan 
usrah sa`idah, keluarga bahagia. Penggunaan nama sakinah pasti diambil dari al 
Quran surat 30:21, litaskunu ilaiha, yang artinya bahwa Allah menciptakan 
perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tenteram terhadap yang lain.  
Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti tenang, terhormat, 
aman, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh pembelaan.  Pengertian ini 
pula  yang dipakai dalam ayat-ayat al Quran dan hadis  dalam kontek kehidupan 
manusia. Jadi keluarga sakinah adalah kondisi yang sangat ideal dalam kehidupan 
keluarga, dan yang ideal biasanya jarang terjadi, oleh karena itu ia tidak 
terjadi mendadak, tetapi ditopang oleh pilar-pilar yang kokoh, yang memerlukan 
perjuangan serta butuh waktu serta
 pengorbanan terlebih dahulu. Ada empat hal memahami makna keluarga sakinah 
diantaranya adalah.

Pertama, bahwa nikah atau hidup berumah tangga itu merupakan sunnah Rasul bagi 
yang sudah mampu. Dalam kehidupan berumah tangga terkandung banyak sekali 
keutamaan yang bernilai ibadah, menyangkut aktualisasi diri sebagai 
suami/isteri, sebagai ayah/ibu dan sebagainya. Bagi yang belum mampu disuruh 
bersabar dan berpuasa, tetapi jika dorongan nikah sudah tidak terkendali 
padahal ekonomi belum siap, sementara ia takut terjerumus pada perzinaan, maka 
agama menyuruh agar ia menikah saja, Insya Allah rizki akan datang kepada orang 
yang memiliki semangat menghindari dosa, entah dari mana datangnya (min haitsu 
la yahtasib). Nabi bersabda: 

'Wahai pemuda, barang siapa diantara kalian sudah mampu untuk menikah nikahlah, 
karena nikah itu dapat mengendalikan mata (yang jalang) dan memelihara kesucian 
kehormatan (dari berzina), dan barang siapa yang belum siap, hendaknya ia 
berpuasa, karena puasa bisa menjadi obat (dari dorongan nafsu). (H.R. Bukhari 
Muslim)

Kedua, Bahwa tingkatan ekonomi keluarga itu berhubungan dengan kesungguhan 
berusaha, kemampuan mengelola (manajemen) dan berkah dari Allah. Ada keluarga 
yang ekonominya pas-pasan tetapi hidupnya bahagia dan anak-anaknya bisa sekolah 
sampai  ke jenjang tinggi, sementara ada keluarga yang serba berkecukupan 
materi tetapi suasananya gersang dan banyak urusan keluarga dan pendidikan anak 
terbengkalai. Berkah artinya terkumpulnya kebaikan ilahiyyah pada 
seseorang/keluarga/masyarakat seperti terkumpulnya air di dalam kolam. Secara 
sosiologis, berkah artinya terdayagunanya nikmat Allah secara optimal. Berkah 
dalam hidup tidak datang dengan sendirinya tetapi harus diupayakan. Firman 
Allah. 

'Sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, niscaya Kami 
akanmelimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi, tetapi mereka 
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami akan sisksa mereka disebabkan  oleh 
perbuatan mereka./(Surat al A'raf, 96)

Ketiga, Suami isteri itu bagaikan pakaian dan pemakainya. Antara keduanya harus 
ada  kesesuaian ukuran, keseuaian mode, asesoris dan pemeliharaan kebersihan. 
Layaknya pakaian, masing-masing  suami dan isteri harus bisa menjalankan 
fungsinya sebagai (a) penutup aurat (sesuatu yang memalukan) dari pandangan 
orang lain, (b) pelindung dari panas dinginnya kehidupan, dan (c) kebanggan dan 
keindahan bagi pasangannya. Dalam keadaan tertentu pakaian mungkin bisa 
diperkecil, dilonggarkan, ditambah  asesoris dan sebagainya. Mengatasi 
perbedaan selera, kecenderungan dan hidup antara suami isteri, diperlukan 
pengorbanan kedua belah pihak. Masing-masing harus bertanya , Apa yang dapat 
saya berikan, bukan apa yang saya mau. 

'Mereka (isteri-isterimu) adalah (ibarat) pakaian kalian, dan kalian adalah 
(ibarat)  pakaian mereka. (Surat al Baqarah 187).

'Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik terhadap isterinya, dan aku 
(Nabi) adalah orang yang paling baik terhadap isteri. (H.R. Turmuzi dari 
Aisyah). 

Keempat, Bahwa cinta dan kasih sayang (mawaddah dan rahmah) merupakan sendi dan 
perekat rumah tangga yang sangat penting. Cinta adalah sesuatu yang suci, 
anugerah Allah dan sering tidak rasional. Cinta dipenuhi nuansa memaklumi dan 
memaafkan. Kesabaran, kesetiaan, pengertian, pemberian dan pengorbanan akan 
mendatangkan/menyuburkan cinta, sementara penyelewengan, egoisme, kikir dan 
kekasaran akan menghilangkan rasa cinta. Hukama berkata, 'Tanda-tanda cinta 
sejati ialah  (1) engkau lebih suka berbicara dengan dia (yang kau cintai) 
dibanding berbicara dengan orang lain, (2) engkau lebih suka duduk berduaan 
dengan dia dibanding dengan orang lain, dan (3) engkau lebih suka mengikuti 
kemauan   dia dibanding kemauan orang lain/diri sendiri). 

'Tidak bisa memuliakan wanita kecuali lelaki yang mulia, dan tidak sanggup  
menghinakan  wanita kecuali lelaki yang tercela.'

Wassalam,
M. Agus Syafii
--
Yuk, hadir di kegiatan 'Salam Amalia (SALMA)' jam 8 s.d 11 siang, Ahad, 26 Juni 
2011,  Bila  berkenan berpartisipasi buku2, Majalah, buku Pelajaran, peralatan 
sekolah, baju layak pakai. Kirimkan ke Rumah Amalia.  Jl. Subagyo IV blok ii, 
no. 24 Komplek Peruri, Ciledug. Tangerang 15151. Dukungan & partisipasi anda 
sangat berarti bagi kami. Info: agussya...@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431

Kirim email ke