Lailatul Qadar

By: M. Agus Syafii

Diantara keutamaan Ramadhan adalah adanya suatu malam yang disebut lailatul 
qadar. Secara harfiah, lailat al qadar artinya adalah malam penentuan, artinya 
pada malam itu ada satu keputusan  sangat penting yang sangat menguntungkan 
bagi orang yang memperolehnya. Menurut al Quran, lailatul qadar berbobot setara 
dengan seribu bulan, bahkan lebih (khoirun min alfi syahr). Digambarkan bahwa 
pada malam itu aktifitas alam malakut sungguh luar biasa sibuknya, karena pada 
malam itu malaikat hilir mudik turun naik, naik ke langit membawa doa dan 
harapan manusia dan turun ke bumi menyampaikan keputusan Allah menyangkut 
berbagai perkara (min kulli amr). Digambarkan bahwa suasana super istimewa itu 
berlangsung pada malam itu sejak Isya hingga fajar terbit (salamun hiya hatta 
matla` al fajr).

Kapan malam itu terjadi ? Segala sesuatu yang bermakna tinggi pasti tidak 
sederhana. Ia tidak berada di tempat terbuka, tetapi tersembunyi di tempat yang 
pelik, oleh karena itu hanya orang yang tabah dan kuat serta sungguh-sunggguh 
sajalah yang berpeluang memperolehnya. Menurut sebuah hadis Nabi, lailatul 
qadar memang berada dalam salah satu dari 30 malam Ramadhan. Ketika didesak 
oleh para sahabat, Nabi menyebut waktu yakni pada malam-malam ganjil dari 
sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan (`asyr al ‘awakhir). Ketika didesak lagi 
Nabi menyebut waktu , yakni sekitar malam 27, 29 atau bahkan malam Idul Fitri. 
Apa maknanya ? artinya jika orang ingin meraih keutamaan, ia tidak boleh 
asal-asalan, atau mengambil jalan pintas, tetapi harus serius dari awal 
pekerjaan hingga akhir. Orang tidak bisa berspekulasi kita tidak usah puasa dan 
tarawih pada awal bulan Ramadhan, tetapi cukuplah kita sungguh-sungguh pada 
malam-malam ganjil di akhir bulan, khususnya malam
 27, 29 dan malam Id. Bukankah lailatul qadar setara dengan seribu bulan ?  
Apalah artinya tidak puasa duapuluh hari pertama, kan tertutup oleh pahala 
lailatul qadar ?

Ibadah mengandung arti tunduk, patuh, hormat dan tahu diri, bukan akal-akalan, 
karena kita berhadapan dengan Allah Yang Maha Mengetahui. Ibadah itu bukan 
hanya pekerjaan fisik, tetapi lebih pada pekerjaan hati dan hati nurani. 
Khusyuknya salat misalnya tidak terjadi setiap kita menginginkan, tetapi ia 
merupakan buah dari ibadah yang sudah lama dikerjakan. Mengerjakan salat bisa 
dilakukan dadakan, tetapi mendirikan salat (iqam as salat) hanya bisa dilakukan 
setelah lama mengerjakannya secara konsisten. Dari konsistensi itulah terbangun 
suasana batin, dan dari suasana batin itulah lahir kekhusyu’an. Dari hadis Nabi 
dapat difahami, bahwa nikmatnya salat khusyu’ setara dengan nikmatnya 
bermesraan dengan wanita yang kita cintai, indah, lembut tapi bergelora, 
terkadang menangis. Demikian juga ibadah puasa, sekedar tidak makan minum 
adalah mudah,, tetapi berpuasa dari semua hal yang tidak pantas membutuhkan 
pengalaman dan konsistensi. Lailat al qadar adalah
 anugerah Allah, dan hanya orang yang layak yang dapat memperolehnya. Mereka 
adalah orang yang sejak awal berpuasa dengan semangat kepatuhan, kecintaan dan 
tahu diri. Ia bukan hanya berpuasa dari makanan, tetapi semua anggauta badanya 
ikut puasa dari semua yang tidak sepantasnya dikerjakan.. Kesungguhan dan 
konsistensi berpuasa dan didukung oleh ibadah lainnya selama duapuluh hari 
pertama, insya Allah bisa membawa suasana batin pelakunya pada kebersihan jiwa 
yang siap menerima anugerah lailat al qadar. Itulah maka lailat al qadar 
diisyaratkan turun pada akhir bulan Ramadhan. Wallohu a`lam bissawab.

Wassalam,
M. Agus Syafii
--
Yuk, raih kebahagiaan di hari kemenangan dg hadir pada kegiatan "Hari Nan Fitri 
Bersama" (HANIF), Ahad, 23 Oktober 2011 Jam 9.sd 12 siang di Rumah Amalia. Bila 
berkenan berpartisipasi Paket sembako, baju baru untuk anak2, konsumsi, 
peralatan sekolah. Kirimkan ke Rumah Amalia Jl. Subagyo IV blok ii, No. 24 
Komplek Peruri, Ciledug, Tangerang 15151. Dukungan & partisipasi anda sangat 
berarti bagi kami. Info: agussya...@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431


Kirim email ke