Peringatan hari pluralisme sebaiknya bukan oleh pemerintah yang kemudian 
dibiayai dari pajak. Biarkah pihak-pihak non pemerintah melestarikan tanggal 
wafatnya Gus Dur sebagai hari mereka sendiri, dan memeringatinya dengan 
merenungkan upaya Gus Dur memelihara pluralisme di dalam keseharian bangsa 
ini..   

Masyarakat Indonesia tidak punya masalah kesenjangan ras seperti komutas 
Amerika. Komunitas Amerika perlukan  Martin Luther King sebagai simbol 
pemersatu. Persoalan latent kita sebagai bangsa adalah persoalan penyeragaman 
vs pemeliharaan pluralisme. Selalu ada godaan untuk bergerak ke arah yang 
terbesar, yang terbanyak, agar kemudian dapat memiliki mandat untuk memegang 
hegemoni. 

Oleh sebab itu ketika Gus Dur dengan konsisten mengingatkan Indonesia atas 
pluralitasnya, banyak orang  menilai Gus Dur  berlebihan. Padahal, kalau Gus 
Dur tidak aktif di ranah itu, bukan tidak mungkin taraf goncangan atas perahu 
NKRI ini lebih dahsyat dari sekadar  pisahnya  Tim-tim.

        

     
             




________________________________
From: Agus Hamonangan <agushamonan...@yahoo.co.id>
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Sent: Wed, January 6, 2010 12:14:56 AM
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanggal Meninggalnya Gus Dur Diusulkan sebagai 
Hari Pluralisme

  


JAKARTA, KOMPAS.com — Dukungan terhadap pemberian penghargaan gelar pahlawan 
nasional kepada KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur terus bertambah. Komunitas 
Lintas Iman, yang terdiri dari beberapa tokoh lintas agama, Selasa (5/1/2010), 
menyatakan dukungan tersebut.

Selain itu, mereka juga memberikan usulan agar tanggal meninggalnya Gus Dur 
diperingati sebagai hari pluralisme Indonesia. "Untuk melestarikan semangat dan 
perjuangan Gus Dur, kami Komunitas Lintas Iman mengusulkan tanggal meninggalnya 
Gus Dur, 30 Desember, diperingati sebagai hari pluralisme Indonesia," ungkap 
Syafii Anwar, perwakilan tokoh lintas agama, di Kantor Wahid Institute, 
Jakarta, Selasa.

Ia menambahkan, pihaknya akan sangat menghargai jika pemerintah menyambut 
usulan tersebut. Kalaupun usulan tersebut tidak diterima, mereka akan mendorong 
seluruh kekuatan masyarakat untuk menjadikan tanggal tersebut sebagai hari 
pluralisme.

"Yang menentukan ses eorang akan menjadi apa bukan hari lahirnya, tetapi hari 
kematiannya, " ungkap Frans Magnis-Suseno, perwakilan tokoh lintas agama, saat 
menjawab alasan memilih hari meninggalnya Gus Dur sebagai hari pluralisme, 
bukan hari kelahiran Gus Dur.
Author: C14-09
Editor: Edj

http://nasional. kompas.com/ read/2010/ 01/05/17204446/ Tanggal.Meningga 
lnya.Gus. Dur.Diusulkan. sebagai.Hari. Pluralisme


 


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke