Penanganan ekonomi  Indonesia  tidak mungkin tanpa pilihan paradigma. 
Kendatipun kita malu-malu, namun masyarakatlah yang mendorong 
pemikiran-pemikiran liberalis menjadi semangat perekonomian dan pelayanan 
publik di negara ini. Harap maklum, birokrasi kita kurang pandai untuk 
menjalankan apa yang menjadi tugasnya, baik karena kompetensi yang pas-pasan 
maupun karena keterbatasan fasilitas.


Lihat contoh ringkas: Tatkala anda diminta bersabar 1 bulan untuk urusan 
perpanjangan  KTP, maka anda, anti neo-liberalis sekalipun, 75 % akan minta" 
"Apakah bisa dipercepat?". Sebagian besar warga negeri ini tidak mematuhi 
ketentuan untuk melaporkan masa kedaluwarsa KTP sesuai ketentuan non-liberalis, 
yakni sekian minggu sebelum jatuh tempo.

Padahal, petugas mengatakan bahwa prosedur administrasi baku memerlukan 
sejumlah tahap, yang dikerjakan secara prosedur, dan bukan atas dasar tekanan 
atau stimulus. Maksudnya, petugas mengatakan bahwa birokrasi tidak dapat 
merespons impuls (mekanisme pasar), atau permintaan anda, yang meminta 
pengurusan KTP dipercepat!

Jadi?
Kalau bukan kita sendiri, maka keponakan kita adalah penganut  tersamar gagasan 
liberalis!.
Estimasi saya pragmatik ekonomi liberalis di negeri ini sudah semakin banyak 
jumlahnya.







________________________________
From: rifky pradana <rifkyp...@yahoo.com>
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Meragukan Integritas Sri Mulyani


Doktor Sri
Mulyani yang pernah dianugerahi gelar Menteri Keuangan terbaik Asia versi 
Lembaga
Emerging Market Forum dan gelar Menteri Keuangan terbaik Dunia versi majalah
Euro Money, oleh beberapa kalangan dinilai sebagai seorang ekonom berintegritas
tinggi serta nir kepentingan dan nir ambisi politik.

Disamping itu,
Doktor Sri Mulyani yang pernah menjadi pejabat tinggi di IMF ini oleh beberapa
kalangan itu juga dinilai sebagai sosok yang tak kenal kompromi dalam
menegakkan kebenaran.


Sebagaimana
diketahui pada masa menjelang akhir masa kerja Pansus DPR perihal Skandal Bank
Century, aparat Ditjen Pajak cq Kementrian Keuangan merilis berita tentang
adanya kasus penyelewenang pajak di sebuah perusahaan yang berafiliasi kepada
Ketua Umum partai Golkar, Aburizal Bakrie.

Bahkan berita
tentang penyelewenang pajak itu semakin santer dihembuskan bersamaan dengan
saat-saatmendekati pelaksanaan Sidang Paripurna DPR yang akan mengambil
keputusan DPR tentang Skandal Bank Century.


Dimunculkannya
kasus penyelewenang pajak itu oleh beberapa pihak ditengarai hanyalah bagian
dari upaya menekan partai Golkar agar mengendorkan tekanan politiknya kepada
Sri Mulyani terkait dengan sikap dan penilaian partai Golkar atas kasus Skandal
Bank Century.


Namun publik
tentu saja tak bisa mempercayai bahwa pemunculan kasus penyelewengan pajak itu
hanyalah sebagai bagian dari upaya untuk melakukan tukar guling (barter) dengan
kasus Skandal Bank Century, mengingat penilaian dari beberapa kalangan yang
sangat meyakini tingginya intergritas Doktor Sri Mulyani itu.


Sebagaimana
diketahui pula, hasil Sidang Paripurna DPR akhirnya tetap memberikan kesimpulan
bahwa ada tindak pidana korupsi terkait kebijakan bailout (blankeet guarantee)
bank Century.
Oleh sebab
itu, pihak DPR meminta agar kasus Skandal Bank Century itu segera diproses
secara hukum.

Dan seperti
diketahui, sampai saat ini pihak Kejagung dan Polri serta KPK masih belum
menunjukkan tanda-tanda mulai melaksanakan rekomendasi DPR itu dengan memulai
proses penyidikan atas kasus Skandal Bank Century.


Beberapa pihak
menengarai adanya tanda-tanda yang menunjukkan bahwa rekomendasi DPR yang
dihasilkan melalui Sidang Paripurna DPR itu akan diabaikan oleh aparat penegak
hukum maupun oleh pemerintah yang sedang berkuasa.


Menariknya,
tanda-tanda mulai tidak jelasnya kelanjutan dari rekomendasinya DPR itu
bersamaan pula dengan mulainya terjadi tanda-tanda ketidak jelasan kelanjutan
dari kasus penyelewengan pajak yang pernah dihembuskan oleh aparat Ditjen Pajak
cq Kementrian Keuangan.


Apakah hal
itu menunjukkan kebenaran dari sinyalemen bahwa telah terjadi tukar guling 
(barter)
antara kasus Skandal Bank Century dengan kasus penyelewengan pajak ?.


Tentunya
tidak, jika benar penilaian dari beberapa kalangan yang meyakini bahwa Doktor
Sri Mulyani yang nir kepentingan dan nir ambisi politik itu mempunyai
integritas sangat tinggi dan tak kenal kompromi.


Namun, mengapa
seakan tidak ada kelanjutan dari kasus penyelewengan pajak ?.


Tentunya
ketidak jelasan itu akan membuat munculnya keraguan akan kebenaran penilaian
bahwa Doktor Sri Mulyani itu nir kepentingan dan nir ambisi politik serta
berintegritas sangat tinggi dan tak kenal kompromi.


Ini
merupakan tanda-tanda intergritas tinggi dan sikap tak kenal kompromi itu sudah
mulai luntur ?.

Atau, justru
Doktor Sri Mulyani itu nir kepentingan dan nir ambisi politik serta 
berintegritas
sangat tinggi dan tak kenal kompromi adalah suatu penilaian yang perlu
diragukan kebenarannya ?.


Wallahualambishshaw ab.


*

Catatan
Kaki :
Artikel terkait lainnya yang berjudul ‘ Tukar Guling dalam Skandal Century ‘ 
klik di sini , dan yang berjudul ‘ Bali berlanjut ke Century ‘ klik
di sini , serta yang berjudul ‘ Sri Mulyani algojo bagi Golkar ‘klik di sini , 
dan yang berjudul ‘ Sri Mulyani Wapres 2014-2019 ‘ klik
di sini ,
serta yang berjudul‘ Beranikah Presiden SBY ? ‘ klik
di sini .
Artikel menarik lainnya yang berjudul ‘ Nyidam Menara Petronas ‘ klik
di sini , dan yang berjudul ‘Gatotkaca Indonesia Kurang Hebat ? ‘ klik
di sini , serta yang berjudul ‘ Cukup 1 Riyal Saja ‘ klik
di sini ,dan
yang berjudul ‘ Tujuh WNI Terkaya di Dunia ‘ klik
di sini ,
serta yang berjudul ‘ Kondom Bekas ‘ klik
di sini .

*
Meragukan Integritas Sri
Mulyani
http://polhukam. kompasiana. com/2010/ 03/15/meragukan- integritas- sri-mulyani/
*



Presiden SBY begitu tiba di tanah air langsung menyalami Kapolri Jenderal Pol 
Bambang Hendarso Danuri.
Selanjutnya, di bandara Halim Perdana Kusuma itu Presiden SBY juga langsung 
mengadakan pengarahan kepada Wapres dan sejumlah pejabat tinggi negara.

“Presiden dalam pengarahan memberikan apresiasi dan meminta agar langkah Polri 
dapat terus dilanjutkan untuk menciptakan keamanan di dalam negeri”, kata 
Julian Aldrin Pasha, juru bicara kepresidenan.
Presiden SBY memang layak berbangga kepada Polri, karena lantaran prestasinya 
Polri maka Presiden SBY mendapatkan apresiasi dan standing applause saat sedang 
berada di Australia.

Para anggota parlemen Australia serentak memberikan apresiasi berupa standing 
applause saat Presiden SBY mengumumkan kepada mereka tentang kematiannya 
Dulmatin.

Berkait soal standing applause ini, Presiden SBY pada September tahun 2009 yang 
lalu juga pernah mendapatkannya saat berpidato di di Universitas Harvard 
Amerika Serikat.

Para hadirin pada waktu itu memberikan standing applause atas pidato SBY 
perihal hubungan dunia Islam dengan Barat.

“Justru pernikahan antar ras kini sudah mulai terjadi. Tidak ada lagi warna, 
agama dan etnis”, kata Presiden SBY.

“Mari kita ciptakan dunia baru yang lebih baik, dan semuanya akan bahagia, 
Insya Allah”, lanjut Presiden SBY.

Berkait soal pidato, memang ada beberapa kalangan yang menilai bahwa Presiden 
SBY walau berbeda gaya namun kepiwaiannya dalam berpidato tak kalah kelas 
dengan mantan Presiden Soekarno.

Apalagi jika kepiwaian berpidato Presiden SBY dibandingkan dengan mantan 
Presiden Soeharto, maka tentu kepiwaian Presiden SBY teramat sangat jauh 
mengungguli kelasnya mantan Presiden Soeharto.

Bahkan dalam beberapa hal, Presiden SBY dinilai mempunyai beberapa kelebihan 
yang tidak dipunyai oleh mantan Presiden Soekarno.

Salah satu diantaranya adalah penampilannya saat berpidato tetap mampu memukau 
dan mendatangkanstandin g applause walaupun dalam pemilihan katanya jauh lebih 
santun dibandingkan dengan pemilihan kata dalam pidatonya mantan Presiden 
Soekarno.

Hanya saja, publik saat ini masih belum bisa memperbandingkan antara Presiden 
SBY dengan mantan Presiden Soekarno dalam hal keberanian.

Mantan Presiden Soekarno pada masa lalu berani menerbitkan Dekrit Presiden 
untuk membubarkan parlemen saat merasa bahwa lembaga itu sudah tidak kooperatif 
dan tidak layak dipertahankan lagi.

Tentu tak selayaknya jika Presiden SBY juga mengikuti jejak mantan Presiden 
Soekarno dalam membubarkan parlemen.

Namun, berkait dengan yang disebut-sebut oleh para petinggi Partai Demokrat 
sebagai menunggu sebuah keputusan besar dari Presiden SBY sepulangnya dari 
rangkaian lawatannya itu.

Maka, beranikah Presiden SBY mendepak Golkar dan PKS serta PPP dari koalisi 
yang dipimpinnya ?.

Wallahulambishshawa b.

*

Catatan Kaki :
* Artikel terkait lainnya yang berjudul ‘ Diplomasi Ranjang berbuah Koalisi 
Besar ‘ dapat dibaca dengan mengklik di sini ,  dan yang berjudul ‘ Pengabdian 
PAN PKB PPP kepada Demokrat ‘ dapat dibaca dengan mengklik di sini ,  serta 
yang berjudul ‘ Dwi Fungsi Polri ‘ dapat dibaca dengan mengklik di sini ,
* Artikel menarik lainnya yang berjudul ‘ Tujuh Orang Terkaya di Indonesia ‘ 
dapat dibaca dengan mengklik di sini ,  dan yang berjudul ‘ Cukup 1 Riyal Saja 
‘ dapat dibaca dengan mengklik di sini ,  serta yang berjudul ‘ Kondom Bekas ‘ 
dapat dibaca dengan mengklik di sini .

*
Beranikah Presiden SBY ?
http://polhukam. kompasiana. com/2010/ 03/13/beranikah- presiden- sby/
*

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke