Utamakan Keselamatan Rakyat, Bukan Perluasan Industri Keruk!
<http://www.jatam.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=1284>
<http://www.jatam.org/index2.php?option=com_content&task=view&id=1284&pop=1&page=0&Itemid=1>



Siaran Pers JATAM, 4 Mei 2010

**Kegiatan diawali dengan menggelar Konsultasi Publik bertemu "Lebih dekat
dengan daya rusak Tambang" di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki Jakarta.
Sedikitnya 200 orang yang  menghadiri kegiatan tersebut. Hal penting yang
mengemuka dalam konsultasi publik ini adalah salah urus sektor pertambangan
– bersama-sama dengan sektor lainnya,  telah memperparah krisis yang dialami
warga. JATAM menyerukan pemerintah untuk segera membalik krisis dengan
segera menghentikan dukungan terhadap perluasan industri keruk.

* *

***

Sejak 2 -7 Mei 2010, JATAM menyelenggarakan  rangkaian Pertemuan Nasional
tiga tahunan.  Ini kegiatan rutin pertemuan komunitas yang melawan
dehumanisasi akibat industri tambang, minyak dan gas dengan para
pendukungnya dari  berbagai lokasi di Indonesia. Dari Aceh hingga Papua.
Kegiatan diawali dengan menggelar Konsultasi Publik bertema "Lebih dekat
dengan daya rusak Tambang" di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki Jakarta.
Sedikitnya 200 orang yang  menghadiri kegiatan tersebut. Hal penting yang
mengemuka dalam konsultasi publik ini adalah salah urus sektor pertambangan
– bersama-sama dengan sektor lainnya,  telah memperparah krisis yang dialami
warga. JATAM menyerukan pemerintah memimpin upaya pembalikan  krisis lewat
penghentian dukungan terhadap perluasan industri keruk.

Salah satu krisis tersebut disebabkan keluarnya perijinan pertambangan yang
luar biasa jumlahnya. Setelah ratusan ijin pertambangan dikeluarkan
pemerintah Pusat, melalui UU No 11 tahun 1967. Lantas, ratusan lainnya
dikeluarkan masing-masing Bupati. Di Kutai Kertanegara provinsi Kalimantan
Timur saja, pada 2008 sudah ada 727 ijin Kuasa Pertambangan batubara.

Kondisi diatas disebut Sonny Keraf – salah satu narasumber Konsultasi Publik
JATAM - sebagai hasil liberalisasi ekonomi disertai liberalisasi politik.
Inilah yang menyebabkan kebijakan-kebijakan publik menjadi  kental dengan
kepentingan politik penguasa dan pebisnis. Di masa Otonomi daerah, pemilihan
langsung membuat para calon butuh ongkos sangat besar. Uang tunai yang
tersedia cepat adalah dari para pebisnis, bahkan tak sedikit pebisnis   yang
menjadi pejabat pemerintah. Kelak dana itu akan dibayar dengan beragam
kemudahan menjalankan bisnisnya, membayar balas jasa.

"Korban utama liberalisasi politik adalah sumber daya alam dan warga
disekitarnya", tambah Sonny Keraf - mantan Menteri Lingkungan Hidup dan
mantan anggota DPR RI dari Fraksi PDIP. Pemerintah Daerah yang mengeluarkan
ijin tambang sebelum ditetapkannya wilayah pertambangan sesuai UU No 4 tahun
2009 tentang Mineral dan Batubara adalah melanggar hukum. Tapi yang terjadi,
Bupati tak menghiraukan hal ini, bisa jadi karena dukungan dana yang
diterima saat Pilkada, sehingga ia berani menabrak aturan yang ada.
Praktek-paktek  seperti ini – pebisnis menentukan arah kebijakan pemerintah,
telah terjadi sejak lama dan makin menggurita saat rejim otonomi daerah.

Konsultasi Publik dan Pertemuan Nasional JATAM ini dihadiri Perwakilan warga
dari  pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bangka Belitung, Kabaena,
Flores , Timor, Sumbawa, Maluku dan Papua. Mereka adalah warga yang berjuang
melawan dehumanisasi yang disebabkan oleh industri tambang dari Aceh hingga
Papua. Mereka telah memberikan kesaksian tak terbantahkan bahwa operasi
pertambangan malah membuat produktivitas warga setempat mengerut. Hal ini
terjadi karena pertambangan  rakus lahan, air dan energi.

JATAM menyerukan pemerintah untuk kembali kepada konstitusi negara. Pengurus
negara harus segera menghentikan dukungan perluasan industri keruk dan
mengutamakan keselamatan warganya.

kontak media, Luluk Uliyah  hp 08159480246


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

=====================================================
Pojok Milis Komunitas Forum Pembaca KOMPAS [FPK] :

1.Milis Komunitas FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS

2.Topik bahasan disarankan bersumber dari http://cetak.kompas.com/ , 
http://kompas.com/ dan http://kompasiana.com/

3.Moderator berhak memuat,menolak dan mengedit E-mail sebelum diteruskan ke 
anggota

4.Moderator E-mail: agus.hamonan...@gmail.com agushamonan...@yahoo.co.id

5.Untuk bergabung: forum-pembaca-kompas-subscr...@yahoogroups.com

KOMPAS LINTAS GENERASI
=====================================================
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    forum-pembaca-kompas-dig...@yahoogroups.com 
    forum-pembaca-kompas-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    forum-pembaca-kompas-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke