Bukankah patung Naga Emas Singkawang ini didirikan setelah disetujui oleh
Pemerintah setempat (Gubernur dan Bupati Singkawang)?
 
Bagaimana FPI bisa berbuat diluar jalur hukum dan yang namanya Pemerintah
daerah diam saja?
 
Kota Bendigo (Australia) disebut Dragon City karena tempo doeloe ketika banyak 
emas, para pekerja tambang didatangkan dari mainland China!
 
Ini digunakan kota Bendigo buat promosi turis!
Disana ada kelenteng China, kuburan China dan museum China (dimana disimpan
barongsai yang terbesar di bumi selatan) plus rumah makan (Chinese Food) yang
ramai dikunjungi turis!
 
Kalau kota Bendigo bisa menarik turis dari mana saja, kok kota Singkawang punya
banyak masalah yang menghambat majunya daerah?
Grow up amigos, get real and get a life!
 
Salam
Las

--- On Mon, 31/5/10, agni malagina <a_malag...@yahoo.com> wrote:


From: agni malagina <a_malag...@yahoo.com>
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Patung Naga Emas Singkawang VS FPI
To: "forum kompas" <forum-pembaca-kompas@yahoogroups.com>
Received: Monday, 31 May, 2010, 2:47 AM


  



Kepada YTH.
Anggota Milis Forum Pembaca Kompas, 

Dengan hormat, 

Mohon maaf, saya bermaksud membagi pengalaman saya ketika berada di 
tengah-tengah aksi FPI di Singkawang Kalimantan Barat. 
Saya sangat prihatin bahwasannya FPI melakukan tindakan demo tidak jelas 
(seperti biasanya) di luar Jawa. Bahkan sekarang membawa isu etnisitas. 
Sekali lagi saya mohon maaf jika terdapat kesalahan.

salam hormat

Agni Malagina
FIB Universitas Indonesia

Ketika Naga Emas Singkawang Terluka: sebuah keprihatinan

Bletaaaaaaaak!!!

Batu berukuran sedang melayang dan mendarat di ubun-ubun. Batu yang dilempar 
masa FPI ke arah patung Naga Emas di perempatan dalam kota Singkawang mendarat 
sengit di kepala saya yang sedang mengambil gambar demo Jumat, 28 Mei 2010, 
pukul 15.30, tepat bersamaan perayaan Waisak.
Sontak kaki saya bergetar dan darah serasa mengalir lebih cepat dari sebelumnya 
setelah mendengar seruan ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR, HANCURKAN PATUNG NAGA, JANGAN 
MAU ORANG MELAYU DIHINA, KOTA SINGKAWANG INI BUKAN PUNYA ORANG CINA!!!

Dalam hitugan detik, polisi yang bertameng mendorong massa yang dipimpin oleh 
anggota FPI berbaju muslim warna putih lengkap dengan kopiah putih miringnya. 
Saya melangkah cepat mengikuti pasukan anti huru hara yang mulai maju mendesak. 
Saya terus mengikuti langkah polisi-polisi yang mulai neriakan kata, 
“TANGKAAAAAP! TANGKAP MEREKA!” Sekali lagi bergemalah kata ALLAHUAKBAR dengan 
lantang. Bukan saya tergugah mendengar kalimat suci itu dikumandangkan. Hanya 
ada rasa iba kepada orang yang tega mengumandangkan kalimat suci itu untuk 
kepentingan yang tidak jelas.

Sore yang masih terik itu menjadikan suasana di persimpangan jalan itu semakin 
panas. Adegan demo oleh sekitar 20 orang disaksikan ratusan orang. Tanpa ada 
massa yang kontra terhadap tindakan FPI. Entah mereka apatis, entah mereka 
takut, entah mereka pasrah. Masyarakat etnis Tionghoa yang memiliki ruko di 
sekitar jalan itu sudah menutup tokonya, banyak dari mereka yang berdiri di 
tepi jalan atau di balkon rukonya untuk melihat atraksi konyol yang disulut 
oleh isu dalam kutipan sebuah makalah yang ditulis oleh Wali Kota Singkawang, 
Hasan Karman pada tahun 2008 dalam sebuah seminar sejarah yang menyatakan bahwa 
beberapa kelompok orang melayu lama adalah perompak. Hasan Karman ketika 
ditanyai oleh pers pun menjawab, kutipan itu berasal dari buku sejarah Melayu, 
dan Hasan Karman pun tidak sedang membicarakan bahwa nenek moyang orang Melayu 
semua adalah perompak. Bahkan Hasan Karman dituntut untuk melepaskan 
jabatannya. 

Dahi saya berkerut mencoba memahami tindakan FPI (yang saya maklumi sebagai 
tindakan konyol hanya untuk mendapat uang untuk menghidupi organisasinya 
seperti yang terjadi di Jawa) sembari terus memotret proses penangkapan hingga 
menaikkan mereka ke mobil tahanan. Setelah itu polisi dengan mobil bajanya 
berdiri gagah menjaga patung Naga Emas yang sudah punya luka di kaki tugu. 
Seketika, sunyi sahabat saya, Laura menelpon dan memerintahkan saya segera 
berlalu dari tempat itu. Dia tetap berada di pinggir jalan menanti, dia etnis 
Cina yang sempat menyaksikan kerusuhan itu, seperti dia pernah mematung 
menyaksikan kerusuhan Mei 1998 dengan mata kepalanya sendiri.

Kami berlalu, dan berpikir, hebat benar FPI melakukan tindakan itu dengan 
membawa isu etnis dan agama sekaligus. Beberapa waktu lalu, dengan gagah 
berani, FPI mengobrak-abrik kegiatan waria, gay lesbi di Surabaya dan Depok. 
Pun beberapa waktu lalu, FPI Bekasi hendak merobohkan patung – patung tiga 
perempuan yang mengenakan kebaya- dengan alasan patung itu mengenakan busana 
ketat.

Mereka melakukan aksi tersebut pada hari Jumat, hari kaum muslim melalukan 
ibadah sholat Jumat,, bersamaan dengan perayaan Waisak, sama sekali mereka 
tidak menghormati hari suci Agama Islam dan Buddha. FPI yang mengusung nama 
ISLAM melakukan penghinaan terhadap kemanusiaan! Sungguh mengecewakan saya 
sebagai seorang muslim.

Saya sempat mendapatkan informasi spekulatif dari bebapa warga sekitar yang 
saya temui, bahwa kegiatan itu digosok oleh isu nenek moyang Melayu perompak, 
isu patung Naga Emas, dan isu PILKADA 2011. Pola-pola pergerakan FPI memang 
sudah terbaca, pergerakan mereka semata-mata adalah untuk mendapatkan uang, tak 
peduli siapa yang ada berada di balik mereka. Di Singkawang, berita gerakan 
mereka didukung oleh para orang-orang yang akan bersaing di pilkada dan 
beberapa anggota militer yang tentunya memiliki kuasa tentunya atas nama 
kontestasi politik praktis.

Saya mohon maaf karena menuliskan spekulasi siapa yang bergerak di belakang 
gerakan tersebut. Saya yang naïf ini berharap bahwa para politikus dan militer 
yang disebut-sebut itu tidak benar adanya, karena tentunya mereka adalah 
orang-orang mulia.

Saya bukan penulis berita investigasi, saya hanya seorang manusia yang ingin 
bersuara. Saya melihat salah satu sisi kemanusiaan di Singkawang disepelekan. 
Kehidupan bernegara pun diabaikan. Siapapun yang mendanai amukan konyol tanpa 
alasan yang jelas kaum FPI itu, dia tidak berhak membawa isu sejarah, 
etnisitas, jika dia tidak benar-benar memahami sejarah Indonesia, apalagi 
sejarah Singkawang! Mungkin Pancasila dan lagu Indonesa Raya pun mereka tidak 
hafal.

Ingin rasanya saya berkata, “hai FPI, sudahlaaaah…jangan mengurusi masalah 
etnis, etnis manapun tak layak dibenturkan dengan konflik. Tak hanya konflik 
etnis Tionghoa. Kasus Poso, Ambon, Sambas, tak bijak jika terus diungkit.” 
Etnis Tionghoa punya hak yang sama sebagai bangsa Indonesia yang berdaulat. 
Mereka punya hak dan kewajiban yang sama untuk menegakkan NKRI HARGA MATI.

Bubarkan saja FPI kalau fungsinya hanya untuk membuat kacau keharmonisan hidup 
bernegara! Seperti terjadinya pembubaran FPI di beberapa daerah di Pulau Jawa 
ketika terjadi kasus pemukulan terhadap perempuan dan anak kecil di MONAS. 
Jangan takut pada FPI, karena fakta bicara, FPI bukan oraganisasi agama, tapi 
hanya mengenakan kedok agama untuk melegitimasi gerakan mereka! Anggota FPI 
Singkawang mungkin belum tahu bahwa pimpinan FPI pusat yang ditangkap, ketika 
kediamannya digeledah dan ditemukan banyak vcd porno, dia berkata “aaah…itu kan 
untuk sarana RISET!” Aih aih…ketua FPI sang habib pun ternyata mengoleksi vcd 
porno atas nama riset. Sangat memprihatinkan.

Saya pun sangat salut dengan kerja aparat keamanan yang tidak tinggal diam 
menyaksikan aksi anarkis FPI. Salut! Semoga polisi Singkawang memang tulus 
menjadi abdi dan pelindung warga Singkawang, tanpa memandang etnisitas.

Bersama surat ini pun saya berharap banyak kepada pemerintah pembuat kebijakan 
di tingkat Propinsi Kalimantan Barat dan Kota Singkawang untuk memberi banyak 
himbauan kepada warga untuk tidak mudah tergosok isu etnisitas. Bahwa 
pendidikan toleransi dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah hal yang 
utama.

Saya tutup tulisan curahan hati ini dengan harapan, walaupun konflik memang 
tidak bisa tiada dalam kehidupan bernegara, namun semboyan INDONESIA NKRI HARGA 
MATI adalah sumpah sehidup semati, mari bersama-sama memberikan yang terbaik 
untuk Negara Indonesia tercinta, tanah tumpah darah kita dengan meminimalisasi 
potensi konflik. Tempat kita dilahirkan dan mungkin kelak kita akan dikebumikan 
di tanah ini.

Salam hormat
Agni Malagina 
Pengamat Naga

[Non-text portions of this message have been removed]









      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke