Prof Muhtasor ditanya apakah makalahnya Peranan Energi Nuklir dalam pemenuhan 
Kebutuhan Energi Listrik Nasional juga menggunakan Message yang digunakan oleh 
Dewan Energi Nasional ( DEN). Tidak ditanggapi, malahan bangga dengan moderator 
dari ITS bahwa biasanya Spanduk yang Pro PLTN selain di kampus ITS akan 
DIBREDEL MAHASISWA.

MessageĀ  Model for Energy Supply Strategies Alternatives and there General 
Environtmental Impact

--- Pada Jum, 30/7/10, soedardjo batan <soedardjoba...@yahoo.com> menulis:

Dari: soedardjo batan <soedardjoba...@yahoo.com>
Judul: Pak Taswanda di ITS
Kepada: "WARTABATAN" <wartaba...@yahoogroups.com>
Tanggal: Jumat, 30 Juli, 2010, 6:14 AM


Saya juga hadir di situ.
Ada pertanyaan SIapnya KAPAN? WHEN?
Dijawab SECEPATNYA.

Semula di dahului dengan YEL-YEL.....NUKLIR BISA, dimohon dijawab oleh flor 
tiga kali YES... YES... YES.

Sayapun mohon komentarnya. NUCLEAR atau NO CLEAR?

Kondisi Indonesia tidak CLEAR, banyak koruptor, sehinbgga rawan dikorupsi, 
kualitas PLTN bisaaa jauh dari masalah Safety and Quality.

Sayapun mengemukakan Bangka banyak yang menolak, info dari menantu saya.
Banten ada konsevasi Naasional Badak bercula satu..

Saya ada rekaman videonya, jika nanti internet lancar akan saya upload



http://id.news.yahoo.com/antr/20100728/tpl-iaea-indonesia-sudah-siap-miliki-nuk-cc08abe.html



 IAEA: Indonesia Sudah Siap Miliki Nuklir
 
 
  
 
 Antara - Kamis, 29 Juli 

 KirimKirim via YMCetak 
 
 
 

 
 
 
 
 IAEA: Indonesia Sudah Siap Miliki Nuklir
  
 
  

 Surabaya (ANTARA) - International Atomic Energy Agency (IAEA) atau 
badan energi atom dunia di bawah naungan PBB menegaskan bahwa Indonesia 
sudah siap memiliki energi bertenaga nuklir.
 "Penegasan itu dikemukakan pada November 2009," kata Deputi Bidang 
Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir BATAN Dr 
Taswanda Taryo di kampus ITS Surabaya, Rabu.
 Ia mengemukakan hal itu setelah berbicara dalam seminar tentang 
"Teknologi dan Keselamatan PLTN" yang menampilkan Prof Mukhtasor PhD 
dari Dewan Energi Nasional (DEN) dan Ian Love dari Atomic Energy of 
Canada Limited (AECL).
 Menurut Taswanda Taryo, penilaian badan energi atom dunia itu 
menunjukkan Indonesia lebih memiliki kesiapan dalam energi nuklir 
dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
 "Penilaian IAEA itu meliputi empat kesiapan yakni sumberdaya 
manusia, pemangku kepentingan (stakeholder), industri, dan regulasi, 
karena kami (BATAN) memang sudah melakukan serangkaian penelitian sejak 
tahun 1980-an," katanya.
 Dengan penilaian itu, katanya, Indonesia sudah harus memasuki fase yang lebih 
nyata yakni proyek nuklir itu sendiri.
 "UU 17/2007 sudah mengamanatkan adanya pemanfaatan nuklir di 
Indonesia pada kurun waktu 2015-2019, sehingga paling lambat kita sudah 
memiliki PLTN pada tahun 2019," katanya.
 Oleh karena itu, pihaknya membentuk "BATAN Incorporation" yang 
melibatkan pemangku kepentingan seperti BATAN, ESDM, Kemristek, LIPI, 
PLN, KLH, Kementerian Perindustrian, dan sebagainya.
 "Mereka tergabung dalam Tim Pengembangan PLTN yang akan menentukan 
proyek PLTN secara teknis, seperti menentukan industri sebagai `owner`, 
teknologi, lokasi, perizinan, dan sebagainya," katanya.
 Ia mengatakan "owner" itu paling tidak akan terbentuk pada tahun 
2011, namun bentuknya belum jelas, apakah BUMN atau swasta murni.
 "Yang jelas, kalau lokasi kami sudah melakukan penelitian sejak 
tahun 1980-an. Intinya, lokasi harus di pantura untuk menghindari 
lempengan bumi," katanya.
 Ditanya lokasi yang dimaksud, ia mengatakan BATAN sudah meneliti 70 
lokasi, lalu disaring menjadi 14 lokasi dan sekarang tinggal empat 
lokasi, di antaranya Ujung Bumi (Jepara), Banten, dan Bangka Belitung.
 Sementara itu, anggota DEN Prof Mukhtasor PhD mengatakan pihaknya 
sudah melakukan serangkaian dialog dengan kelompok yang pro dan kontra 
dengan PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir).
 "Pihak kontra itu umumnya mempersoalkan keselamatan dengan 
mencontohkan Chernobyl, padahal teknologi nuklir sekarang sudah sangat 
berbeda. Chernobyl itu teknologi usang. Dampak itu selalu ada, tapi 
kalau dampak dilarang ya pembangunan akan berhenti," katanya.
 Dosen FTK ITS Surabaya itu menambahkan hal yang terpenting adalah 
pembangunan dengan dampak terkendali, karena batubara akan habis 2020 
dan pertumbuhan penduduk Indonesia menuntut segala bentuk energi mulai 
dari energi laut, surya, panas bumi, dan nuklir. 
 





[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to