Demikian 3 kata yang dicoretkan oleh bung Pong Harjatmo diatas gedung DPR. 
Sebuah harapan yang mestinya bisa diwujudkan oleh para wakil rakyat di gedung 
Senayan sana, namun apa kenyataannya ? Begitulah kalau pengabdian dianggap 
pekerjaan sampingan, lebih banyak bolos untuk ngurusin untuk kepentingan 
pribadi dan pencitraan partainya sendiri. Bolos dengan alasan yang nggak jelas, 
dan ketika diumumkan siapa saja anggota dewan yang suka mangkir, eh pembelaan 
khas politikus muncul : itu pembunuhan karakter ! Itu baru sekedar dituding 
mencuri waktu, apalagi nanti kalau ketahuan selingkuh dan korupsi ?!
 
Saya jadi teringat ketika ada supporter Indonesia yang masuk ke tengah lapangan 
sepakbola, masih di lokasi stadion kawasan yang sama. Tindakannya jelas salah 
dan mencoreng nama bangsa di dunia internasional, tapi mungkin seperti juga 
Pong : rakyat sudah kehabisan kesabaran dan cara untuk mengkritik para pejabat 
bangsa ini agar eling eling sadar sadar !!!
 
Introspeksi dirilah. Terutama anggota dewan yang sering jadi narasumber di 
berbagai talkshow tv, eh ternyata ada yang termasuk pembolos kelas wahid. Lha, 
wong anak sekolahan aja kalau bolos nggak menuding gurunya yang memberitahukan 
kepada orangtua, bahwa sang guru telah membunuh karakter sang anak. Kalau 
memang para wakil rakyat tersebut merasa nggak mampu mengemban amanat rakyat 
dengan seabrek agenda rapat yang ada, mbok yach mengundurkan diri saja daripada 
bikin malu terus.
 
 
NB :
Mas Tantowi Yahya dan Eko Patrio, sebenarnya status pekerjaan anda di isian KTP 
itu : wakil rakyat atau entertainer sich ?
Mas Roy Suryo, penasaran nich status pekerjaan di KTP-nya tuch : anggota dewan, 
pakar telematika, dosen, atau konsultan urusan photo/video asli palsu ? 
 



[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to