Pak Adyanto, Hal tersebut terjadi akibat, pada mulanya "HUKUM" berlalu-linas TIDAK DITERAPKAN dengan BENAR dan dengan DISIPLIN yang tangguh. Karena ya itu, di Indonesia ini HUKUM SANGATLAH LEMAH. Selalau membela yang SALAH bukan yang BENAR. Contonya, para PEJABAT yang korup, malahan BENAR, tapi rakyat kecil yang mencuri pisang malahan dipenjara, hanya gara-gara tidak punya uang untuk membeli pisang. Inilah HUKUM di Indonesia. Jika hukum lalu lintas kita diterapkan secara disiplin dari AWAL MULA (bukan kesalahan dibiarkan, karena untuk mencari duit dan pemasukan kantong pribadi) seperti negara tetangga kita, yang tidak jauh-jauh, lihat Singapura saja, maka moral ber-lalu lintas para pemakai kendaraan dijalanan di Indonesia ini akan lebih TERTIB, TERATUR dan LANCAR. Tapi kan masalahnya sekarang sudah "SALAH KAPRAH", rakyat sudah tidak mau menjalankan kedisiplinan, karena ya SIAPA YANG MEMULAI terlebuh dahulu dalam hal pelanggaran kedisiplinan, jika bukan para petugas pengatur lalu lintas sendiri, kan? Ditahun 1997 saja, masih banak pengatur lalu lintas, bersembunyi diwarung-warung dekat perempatan, ataupun diarea yang sering bermasalah, agar bisa me-MALAK para pengendara mobil dan motor. Nah, disinilah "salah kaprah" sudah terlanjur menjadi bubur. Mana bisa dikembalikan menjadi nasi, lagi? Karena bukan HKUM-nya yang diterapkan, tetapi "KEUNTUNGAN" pribadi yang dikedepankan. Maka dari itu, jika sudah berjanji untuk menjalankan tugas-tugas untuk NEGARA dan berjanji untuk Melindungi dan Melayani masyarakat luas, ya JALANKAN-lah dengan jujur, disiplin dan bermoral. Dengan begitu, WIBAWA terjaga dan kedisiplinan akan tetap dijalankan oleh masyarakat luas. Karena ada yang memberikan CONTOH yang berdisiplin tinggi dan BERWIBAWA. Mana ada yang berani melanggar aturan lalau-lintas lagi, jika para petugas penjaga lalu lintas juga menjalankannya dengan tegas dan benar? Nah, sekarang masalahnya para pengemban tugas lalu-lintas yang benar-benar berdisiplin tinggi dan jujur serta berwibawa, jadi TERNODA dignity-nya, karena hanya sebagian petugas lain yang tidak bermoral. Jadi memang kasihan juga yang bermoral dan berwibawa, seperti pendapat anda. Soalnya yang moralnya masih "utuh" dan dignity-nya tinggi, bisa dihitung dengan jari tangan saja. Apakah hal-hal tersebut diatas, maka 'public transport' sangat TIDAK MENDAPATKAN perhatian yang besar dari pemerintah? Karena masih banyak badan-badan negara yang "ingin" berkepentingan mendapatkan keuntungan? Wallahua'lam. Yuli
--- Pada Kam, 5/8/10, Adyanto Aditomo <adyantoadit...@yahoo.co.id> menulis: Dari: Adyanto Aditomo <adyantoadit...@yahoo.co.id> Judul: RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] JAKARTA LUMPUH ? Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Tanggal: Kamis, 5 Agustus, 2010, 9:28 AM Soal Polisi Lalu Lintas, sebetulnya saya kasian sama Polisi Lalu Lintas di Jakarta. Bayangkan, untuk menertibkan Lalu Lintas di suatu perempatan yang sangat padat, diperlukan setidaknya 10 Polisi untuk menertibkan dan mengatur Lalu Lintas di lokasi tersebut. Kadang saya lihat jumlah Polisinya bisa lebih dari 10 orang, akibat para pengendara tidak tertib. Saya bandingkan dengan di China, untuk mengatur Lalu Lintas sepadat di perempatan tersebut cukup 1 atau 2 Polisi saja yang mengatur dan semuanya beres. Mengapa??? Karena para Pengendara di China jauh lebih tertib dan jauh lebih menghargai Aparat Kepolisian yang bertugas mengatur Lalu Lintas dibandingkan masyarakat Indonesia. Artinya: Kepolisian China bisa lebih menghemat energi dalam mengatur Lalu Lintas yang padat dan macet. Salam, Adyanto Aditomo --- Pada Kam, 5/8/10, Armansyah Burhan <abur...@tugu.com> menulis: Dari: Armansyah Burhan <abur...@tugu.com> Judul: RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] JAKARTA LUMPUH ? Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Tanggal: Kamis, 5 Agustus, 2010, 7:40 AM menurut pendapat saya, cara yg paling bisa dilakukan untuk mengurangi kemacetan dalam waktu dekat adalah dengan merubah etika, sikap dan cara mengemudi para pengendara kendaraan bermotor, baik itu pengendara sepeda motor, angkutan umum, mobil pribadi. Karena saat ini sudah tidak ada lagi etika dijalanan, semua ingin nya buru - buru, semua ingin nya cepat..... Rambu lalu lintas tidak lagi menjadi hokum dijalan, tp hanya menjadi hiasan dipinggir jalan. So mari kembalikan hal ini ke diri kita masing - masing, koreksi diri apakah kita sudah berkendara dengan etika dan sopan santun..... Jangan hanya bisa mengeluhkan polisi yang tidak siaga dijalan, pemerintah yang tidak menetapkan aturan main yang jelas tentang jalan, tapi koreksi dulu diri kita. siapa yang pernah menyalahkan diri sendiri karena kita melanggar aturan lalu lintas, siapa yang pernah menyalahkan diri sendiri ketika kita seenaknya memotong jalan orang yang sudah dalam antrian...... Best Regards, Arman PT. Tugu Pratama Indonesia Wisma Tugu I Jl. HR Rasuna Said Kav C8-9 Jakarta, 12940 Phone +62 - 21 - 5296 1777 Fax +62 - 21 - 5296 1555 ________________________________ [Non-text portions of this message have been removed]