Bung Karno Mandi Air Kencing di Pesawat  
 Jun 24, '07 12:55 PM    for everyone  
http://dpyoedha.multiply.com/journal/item/56    Bung Karno Mandi Air Kencing di 
Pesawat,  Fakta seputar PROKLAMASI KEMERDEKAANoleh Iwan  Satyanegara:  Selasa, 
12 Agustus 2003M  13 Jumadil Akhir 
1424Hhttp://yulian.firdaus.or.id/2003/08/12/fakta-seputar-proklamasi/ ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++Mungkinkah
 Revolusi  Kemerdekaan Indonesia disebut sebagai revolusi dari kamar tidur?  
Coba simak 
ceritanya.+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ Pada
17 Agustus 1945 pukul 08.00, ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di
kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala
malaria tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah
begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di
rumah Laksamana Maeda. Pating greges, keluh Bung Karno
setelah dibangunkan de Soeharto, dokter kesayangannya. Kemudian
darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom
chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun.
Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta. Tepat
pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari
serambi rumah.  "Demikianlah  Saudara-saudara ! Kita sekalian telah merdeka !",
ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati. Mereka
lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka
Merah Putih. Setelah upacara yang singkat itu, Bung Karno kembali ke
kamar tidurnya. masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai... Upacara
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol,
tak ada korps musik, tak ada konduktor dan tak ada pancaragam. Tiang
bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya
beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang
terjadi pada sebuah upacara sakral yang dinanti-nantikan selama lebih
dari tiga ratus tahun!
Bendera Pusaka Sang  Merah Putih adalah
bendera resmi pertama bagi RI. Tetapi dari apakah bendera sakral itu
dibuat? Warna putihnya dari kain sprei tempat tidur dan warna merahnya
dari kain tukang soto! Setelah merdeka  43 tahun,
Indonesia baru memiliki seorang menteri pertama yang benar-benar orang
Indonesia asli. Karena semua menteri sebelumnya lahir sebelum 17
Agustus 1945. Itu berarti, mereka pernah menjadi warga Hindia Belanda
dan atau pendudukan Jepang, sebab negara hukum Republik Indonesia
memang belum ada saat itu. "Orang Indonesia asli" pertama  yang menjadi menteri 
adalah Ir Akbar Tanjung
(lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 30 Agustus 1945), sebagai Menteri
Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993). Menurut 
Proklamasi  17 Agustus 1945, Kalimantan adalah
bagian integral wilayah hukum Indonesia. Kenyataannya, pulau tersebut
paling unik di dunia. Di pulau tersebut, ada 3 kepala negara yang
memerintah! Presiden Soeharto (memerintah 4 wilayah provinsi), PM
Mahathir Mohamad (Sabah dan Serawak) serta Sultan Hassanal Bolkiah
(Brunei). Hubungan antara revolusi Indonesia dan
Hollywood, memang dekat. Setiap 1 Juni, selalu diperingati sebagai Hari
Lahir Pancasila semasa Presiden Soekarno. Pada 1956, peristiwa tersebut
"hampir secara kebetulan" dirayakan di sebuah hotel Hollywood. Bung
Karno saat itu mengundang aktris legendaris Marylin Monroe, untuk
sebuah makan malam di Hotel Beverly Hills,  Hollywood. Hadir di antaranya 
Gregory  Peck, George Murphy dan Ronald Reagan 
(25 tahun kemudian menjadi Presiden AS). Yang unik dari pesta menjelang
Hari Lahir Pancasila itu, adalah kebodohan Marilyn dalam hal protokol.
Pada pesta itu, Marylin menyapa Bung Karno bukan dengan "Mr President"
atau "Your Excellency", tetapi dengan Prince  Soekarno! Ada lagi hubungan  erat 
antara 17 Agustus dan Hollywood. Judul pidato 17 Agustus 1964, Tahun Vivere 
Perilocoso  (Tahun yang Penuh Bahaya), telah dijadikan judul sebuah film The 
Year of Living Dangerously.  Film tersebut menceritakan pegalaman seorang 
wartawan asing di Indonesia pada  1960-an. Pada 1984, film yang dibintangi Mel 
Gibson itu  mendapat Oscar untuk kategori film asing! Naskah asli teks  
Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte
oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh
Pemerintah! Anehnya, naskah historis tersebut justru disimpan dengan
baik oleh wartawan B. M. Diah. Diah menemukan draft proklamasi itu di
keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari,
setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik. Pada 29 Mei 1992, Diah
menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah
menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari. Ketika tiba di  Pelabuhan Sunda 
Kelapa 9
Juli 1942 siang bolong, Bung Karno mengeluarkan komentar pertama yang
janggal didengar. Setelah menjalani pengasingan dan pembuangan oleh
Belanda di luar Jawa, Bung Karno justru tidak membicarakan strategis
perjuangan menentang penjajahan. Masalah yang dibicarakannya, hanya
tentang sepotong jas! "Potongan jasmu  bagus sekali!"   komentar Bung Karno 
pertama kali tentang jas double  breast yang dipakai oleh bekas iparnya, Anwar 
Tjikoroaminoto, yang  menjemputnya bersama Bung Hatta dan segelintir tokoh 
nasionalis. Rasa-rasanya di dunia ini, hanya the founding fathers Indonesia 
yang pernah mandi air seni. Saat  pulang dari Dalat (Cipanasnya Saigon), 
Vietnam, 13 Agustus 1945, Soekarno  bersama Bung Hatta, dr Radjiman 
Wedyodiningrat dan dr Soeharto
(dokter pribadi Bung Karno) menumpang pesawat fighter bomber bermotor
ganda. Dalam perjalanan, Soekarno ingin sekali buang air kecil, tetapi
tak ada tempat. Setelah dipikir, dicari jalan keluarnya untuk hasrat
yang tak tertahan itu. Melihat lubang-lubang kecil di dinding pesawat,
di situlah Bung Karno melepaskan hajat kecilnya. Karena angin begitu
kencang sekali, bersemburlah air seni itu dan membasahi semua
penumpang. Byuuur... Berkat kebohongan,
peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat didokumentasikan dan
disaksikan oleh kita hingga kini. Saat tentara Jepang ingin merampas
negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer,
fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada
mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada
Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban itu,
Jepang pun marah besar. Padahal negatif film itu ditanam di bawah
sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia  Raja.
Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas
hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap
jujur pada Jepang? Kali ini, Bung Hatta  yang berbohong
demi proklamasi. Waktu masa revolusi, Bung Karno memerintahkan Bung
Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada Jawaharlal Nehru. Cara untuk
pergi ke India pun dilakukan secara rahasia. Bung Hatta memakai paspor
dengan nama "Abdullah, co-pilot". Lalu beliau berangkat dengan pesawat
yang dikemudikan Biju Patnaik, seorang industrialis yang kemudian
menjadi menteri pada kabinet PM Morarji Desai. Bung Hatta diperlakukan
sangat hormat oleh Nehru dan diajak bertemu Mahatma Gandhi. Nehru
adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an dan Gandhi mengetahui perjuangan
Hatta. Setelah pertemuan, Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa
"Abdullah" itu adalah Mohammad Hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah
besar kepada Nehru, karena tidak diberi tahu yang sebenarnya. "You are a  liar 
! " ujar tokoh kharismatik itu kepada Nehru * Bila 17 Agustus menjadi tanggal 
kelahiran Indonesia, justru  tanggal tersebut menjadi tanggal kematian bagi 
pencetus pilar Indonesia. Pada  tanggal itu, pencipta lagu kebangsaan 
"Indonesia Raya", WR Soepratman (wafat 1937) dan pencetus ilmu bahasa 
Indonesia,  Herman Neubronner van der Tuuk (wafat 1894) meninggal 
dunia.* Bendera Merah Putih
dan perayaan tujuh belasan bukanlah monopoli Indonesia. Corak
benderanya sama dengan corak bendera Kerajaan Monaco dan hari
kemerdekaannya sama dengan hari proklamasi Republik Gabon (sebuah
negara di Afrika Barat) yang merdeka 17 Agustus 1960. Jakarta,
tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia dan kota tempat Bung
Karno dan Bung Hatta berjuang, tidak memberi imbalan yang cukup untuk
mengenang co-proklamator Indonesia. Sampai detik ini, tidak ada "Jalan
Soekarno-Hatta" di ibu kota Jakarta. Bahkan, nama mereka tidak pernah
diabadikan untuk sebuah objek bangunan fasilitas umum apa pun sampai
1985, ketika sebuah bandara diresmikan dengan memakai nama mereka. Gelar 
Proklamator
untuk Bung Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar lisan yang diberikan
rakyat Indonesia kepadanya selama 41 tahun! Sebab, baru 1986
Permerintah memberikan gelar proklamator secara resmi kepada mereka. Kalau saja 
usul Bung Hatta
diterima, tentu Indonesia punya "lebih dari dua" proklamator. Saat
setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia rampung disusun
di rumah Laksamana Maeda, Jl. Imam Bonjol no 1, Jakarta, Bung Hatta
mengusulkan semua yang hadir saat rapat din hari itu ikut
menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya. Tetapi
usul ditolak oleh Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu
dihadiri Soekarno, Hatta dan para calon proklamator yang gagal: Achmad
Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. "Huh, diberi kesempatan membuat sejarah  
tidak mau", gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak. Perjuangan frontal  
melawan Belanda, ternyata tidak hanya menelan korban rakyat biasa, tetapi  juga 
seorang menteri kabinet RI. Soepeno, Menteri  Pembangunan dan Pemuda dalam 
Kabinet Hatta, merupakan satu-satunya menteri  yang tewas ditembak Belanda.
Sebuah ujung revolver, dimasukkan ke dalam mulutnya dan diledakkan
secara keji oleh seorang tentara Belanda. Pelipis kirinya tembus kena
peluru. Kejadian tersebut terjadi pada 24 Februari 1949 pagi di sebuah
tempat di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Saat itu, Soepeno dan
ajudannya sedang mandi sebuah pancuran air terjun. Belum ada negara di  dunia 
yang memiliki ibu kota sampai tiga dalam kurun waktu relatif singkat.  Antara 
1945 dan 1948, Indonesia memiliki 3 ibu kota, yakni Jakarta (1945-1946), 
Yogyakarta (1946-1948)  dan Bukittinggi (1948-1949). Panglima Besar
Tentara Nasional Indonesia Jenderal Soedirman, pada kenyatannya tidak
pernah menduduki jabatan resmi di kabinet RI. Beliau tidak pernah
menjadi KSAD, Pangab, bahkan menteri pertahanan sekalipun! Wayang ternyata
memiliki simbol pembawa sial bagi rezim yang berkuasa di Indonesia.
Betapa tidak, pada 1938-1939, Pemerintah Hindia Belanda melalui De
Javasche Bank menerbitkan uang kertas seri wayang orang dan pada 1942,
Hindia Belanda runtuh dikalahkan Jepang. Pada 1943, Pemerintah
Pendudukan Jepang menerbitkan uang kertas seri wayang Arjuna dan
Gatotkoco dan 1945, Jepang terusir dari Indonesia oleh pihak Sekutu.
Pada 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan uang kertas baru seri wayang
dengan pecahan Rp1 dan Rp2,5. Dan tahun 1965 menjadi awal keruntuhan
pemerintahannya menyusul peristiwa G30S/PKI. Perintah pertama Presiden
Soekarno saat dipilih sebagai presiden pertama RI, bukanlah membentuk
sebuah kabinet atau menandatangani sebuah dekret, melainkan memanggil
tukang sate! Itu dilakukannya dalam perjalanan pulang, setelah terpilih
secara aklamasi sebagai presiden. Kebetulan di jalan bertemu seorang
tukang sate bertelanjang dada dan nyeker (tidak memakai alas kaki). "Sate ayam 
lima puluh tusuk!",
perintah Presiden Soekarno. Disantapnya sate dengan lahap dekat sebuah
selokan yang kotor. Dan itulah, perintah pertama pada rakyatnya
sekaligus pesta pertama atas pengangkatannya sebagai pemimpin dari 70
juta jiwa lebih rakyat dari sebuah negara besar yang baru berusia satu
hari. Kita sudah mengetahui, hubungan antara Bung Karno
dan Belanda tidaklah mesra. Tetapi Belanda pernah memberikan kenangan
yang tak akan pernah dilupakan oleh Bung Karno. Enam hari menjelang
Natal 1948, Belanda memberikan hadiah Natal di Minggu
pagi, saat orang ingin pergi ke gereja, berupa bom yang menghancurkan
atap dapurnya. Hari itu, 19 Desember 1948, ibu kota Yogyakarta jatuh ke
tangan Belanda. Sutan  Sjahrir, mantan
Perdana Menteri RI pertama, menjadi orang Indonesia yang memiliki
prestasi "luar biasa" dan tidak akan pernah ada yang menandinginya.
Waktu beliau wafat 1966 di Zurich, Swiss, statusnya sebagai tahanan
politik. Tetapi waktu dimakamkan di Jakarta beberapa hari kemudian,
statusnya berubah sebagai Pahlawan Nasional 
Indonesia. *********************************************************************************************************Diambil
 dari: Arsip mailing list FriendshipNote.
Catatan ini ditulis Selasa, 12 Agustus 2003 pada pukul 6:35 dalam
kategori nusantara. Anda dapat mengikuti respon semua catatan melalui
RSS 2.0 feed. Anda dapat menulis komentar atau menulis trackback di
situs anda 
sendiri.********************************************************************************************************* Catatan
  Yang Mungkin Terkait:Kesederhanaan
Sang Proklamator | Dari Rengasdengklok ke Pegangsaan Timur | 74 Tahun |
Nyanyian Tentang Indonesia | Gajah Mail | Pancasila | Dirgahayu
Indonesia | Teknologia | Gajah Mada: Perang Bubat | Jepretan Seputar
Ledakan | Rusaknya Moral, Awal Hancurnya Suatu Kaum | Ensiklopedi
Kucing | Blog dan Budaya Baca | Pembunuhan John F. Kennedy | Bandung
Lautan Api 
| ************************************************************************************************************ BACA
 JUGA:  (lebih  MENARIK dan MENYEGARKAN kita)115 komentar untuk catatan 'Iwan  
Satyanegara: Fakta seputar proklamasi' · LikeUnlike · Share




 



  






      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke